Share

56. Anak Kita

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 20:30:33

“Lagunya benar-benar membuat kepalaku pusing!” Desisan tajam Oliver menggantikan lagu Marshall yang baru saja berhenti berputar, membuat Yara yang tengah menikmati musik yang penuh semangat itu langsung menghentikan gerakannya—yang tengah menyapu ruangan sambil sesekali berdansa mengikuti irama lagu.

“Oliver! Kenapa musiknya dimatiin?” protes Yara seraya memandangi Oliver—yang entah sejak kapan datang, dengan tatapan jengkel. Namun, saat tatapan keduanya bertemu, suasana di antara mereka menjadi canggung dan bayangan mereka yang tengah berciuman kemarin menghantui kepala Yara.

“Sudah kubilang, musiknya membuat kepalaku pusing,” desis Oliver sekali lagi, memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka beberapa saat.

Oliver melihat playlist di laptop Yara. “Apa kamu segila itu pada Marshall? Sampai-sampai hampir semua playlist kamu lagu-lagu dia?”

“Iya, dia satu-satunya penyanyi favoritku dan aku berterimakasih padamu karena punya sepupu seperti dia,” jawab Yara blak-blakan sambi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ami Lee
mau sampe kapan anak dalam kandungan yara jadi alibi kamu oliver
goodnovel comment avatar
Ambarwati Ambarwati
bucin abizzzz oliverr
goodnovel comment avatar
fauziah Zie
ntar tau² ada cowo baik mau sama yara, mampus lu oliver!!! gua sorakin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   57. Tergoda

    Sial! Apa yang kulakukan?!Lagi-lagi pertanyaan itu muncul di benak Oliver.Menginap di rumah Yara? Itu benar-benar tidak ada dalam to do list yang ia tulis tadi pagi. Biasanya, Oliver akan melakukan sesuatu sesuai rencana, secara terstruktur.Namun beberapa hari terakhir ini ia banyak melanggar aturan yang ia buat sendiri. Seperti tiba-tiba pulang ke rumah di saat jam makan siang misalnya, atau menginap di rumah kubus Yara secara mendadak.Oliver tak tahu kenapa ia melakukannya.Jelas-jelas ia tak ingin mengkhianati Zara dengan menerima anak dari wanita lain. Namun entah mengapa setelah bertemu psikiaternya kala itu, pandangannya berubah. Baik terhadap Yara, maupun terhadap anak yang dikandungnya. Oliver menginginkan anak itu.“Maafkan Papa, Sayang,” bisik Oliver pada Zio yang sedang bermain dengan mainannya.Pada saat yang sama, pintu kamar mandi terbuka. Oliver menoleh, ia melihat Yara muncul di sana menggunakan kemeja kedodoran dan celana di atas lutut sambil mengeringkan rambutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   58. Bagaimana Kalau Begini?

    “Dan aku akan memastikan kamu tidak membuatku jatuh kali ini.”Senyuman miring yang tersungging di bibir Oliver membuat Yara tercengang sekaligus merasa waspada. Pasalnya, Yara jarang sekali melihat Oliver tersenyum meskipun itu hanya senyuman misterius, seperti sekarang.Lalu, Yara ingat, dulu Zara sering mengeluh sakit badan jika tidur satu ranjang dengannya. Namun, tentu saja Yara tidak pernah ingat apa yang ia lakukan saat sedang tertidur.“Oh ya?” Yara menyahut ucapan Oliver, dagunya sedikit terangkat untuk menantang. “Memangnya bisa? Dengan cara apa?”Yang ada dalam bayangan Yara, kedua kaki dan tangannya akan diikat oleh Oliver selama ia tidur. Membayangkannya saja sudah membuat Yara merasa ngeri.“Dengan memastikan kamu nggak punya banyak ruang untuk bergerak,” jawab Oliver dengan tatapan misterius, seolah sedang memikirkan sesuatu yang licik.“Oh. Begitu?” Yara mendengus kecil. “Kita lihat saja nanti. Aku bisa membuat kamu jatuh tanpa harus banyak bergerak.”“Benarkah?” Olive

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   59. Kisah Masa Lalu

    Oliver duduk termenung sendirian di dalam ruangan kerjanya. Berulang kali ia membisikkan kata “maaf” seraya menatap foto Zara yang teronggok di sudut meja kerjanya. Rasa bersalah menghantui diri Oliver, karena pagi tadi ia memutuskan untuk melupakan masa lalunya bersama Zara dan membuka lembaran baru bersama Yara, dengan menyuruh beberapa orang untuk menurunkan foto-foto mereka dari dinding-dinding rumah.“Maafkan aku, Zara... maaf... aku sudah mengkhianati kamu,” bisik Oliver nyaris tak terdengar.Ia menunduk, mengepalkan tangan, berusaha berdamai dengan perasaan bersalah yang terus menggerogoti hatinya.Namun, ia tidak bisa. Ia tak pernah membayangkan suatu saat dirinya akan bisa melupakan Zara. Akan tetapi Oliver sadar, ia tak bisa terus menerus hidup dalam bayang-bayang mantan istrinya itu.“Sekali lagi, maafkan aku...,” bisik Oliver lagi sambil meraih foto tersebut dari ujung meja, lalu memasukkannya ke dalam laci. Ia menutup laci itu dan menguncinya.Hari ini ia tak ingin bertem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   60. Pergi Jalan-Jalan

    Yara tidak pernah merasa sejengkel ini sebelumnya ketika ia bangun tidur. Oliver tidak pulang semalam, tapi bukan itu yang membuat Yara marah dan kesal pagi ini. Sebab ia tahu Oliver butuh waktu untuk sendiri setelah menurunkan foto-foto Zara yang baginya tidak mudah mengambil keputusan itu.Namun, yang membuat Yara jengkel dan marah adalah kenyataan Wanda yang datang ke rumah pagi-pagi buta—di saat Yara masih tidur, hanya untuk mengemas pakaian Oliver yang akan pergi ke Singapura. Yara baru tahu akan hal itu dari Lisa saat ia akan sarapan.“Tapi Oliver nggak ngasih tahu aku dia akan pergi ke Singapura?” gumam Yara pada dirinya sendiri, tapi masih terdengar jelas oleh Lisa yang tengah merapikan meja makan.“Mbak Wanda bilang perjalanannya memang sangat mendadak, Non,” timpal Lisa, “Tuan dan Wanda akan pergi pagi ini.”“Mereka pergi berdua?”“Kata Mbak Wanda sih begitu, Non.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   61. Makan Malam Berdua

    Setibanya di Dufan, suasana ceria segera menyambut mereka. Yara dan Zio menikmati berbagai wahana mulai dari Bianglala, Halilintar, hingga Istana Boneka, sementara Marshall tak henti-hentinya tertawa melihat ekspresi ceria dan spontan dari Yara, yang tampaknya benar-benar menikmati momen tersebut.Saat Yara mencoba wahana Kora-Kora, ia berteriak kencang saat perahu bergoyang naik turun dengan cepat. Marshall yang berdiri memperhatikan sambil menggendong Zio, tak bisa menahan tawanya kala melihat ekspresi lucu Yara. Marshall mengabadikan ekspresi konyol Yara dengan memotretnya berulang kali.“Astaga! Aku jelek sekali! Hapus gak?” omel Yara saat ia melihat foto tersebut setelah turun dari kora-kora.“Nggak!” Marshall tertawa melihat foto-foto itu. “Em... haruskah aku unggah ini di medsosku terus tag kamu? Biar followers kamu tahu kalau kamu sejelek ini,” canda Marshall dengan nada mengejek.“Coba saja! Aku nggak takut!” tantang Yara, ia berjinjit, mendekatkan wajahnya ke wajah Marshall

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   62. Telepon Tengah Malam

    Yara menekuri foto pada ponsel dalam genggamannya. Wanita itu Wanda. Mereka berdua sedang makan malam di sebuah restoran. Hanya berdua. Persis seperti sepasang kekasih yang tengah makan malam romantis. Oliver dengan jas hitamnya, sementara Wanda dengan pakaian formalnya yang seksi.“Yara, ada apa?” Marshall melambaikan tangan di depan wajah Yara saat ia hanya terdiam membisu.“Oh?” Yara mengerjap, keluar dari lamunannya. “Nggak. Gak apa-apa. Ah ternyata makanannya sudah ada. Ayo makan!” Yara tertawa kecil, berusaha menghilangkan kecurigaan Marshall yang terus menatapnya dengan tatapan penuh tanya.Karena Marshall tak berhenti menatapnya seolah meminta penjelasan, Yara pun menghela napas panjang dan tersenyum. “Sungguh. Aku nggak apa-apa. Barusan temanku mengabarkan sesuatu, tapi menurutku itu nggak penting. Baiklah... yang lebih penting sekarang adalah makanan!” seru Yara, yang tiba-tiba berubah ceria.Namun, Marshall tahu keceriaan Yara kali ini seolah tengah menyembunyikan sesuatu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   63. Kenapa Kamu Sepeduli Itu?

    “Setelah seharian sibuk dengan klien, makan malam bersama seperti ini benar-benar menyenangkan, ya?” ucap Wanda sambil tersenyum manis.Oliver tidak menanggapi, pria itu hanya sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya sambil menatap piring dengan tatapan menerawang, seolah-olah ia tidak menikmati makanannya.Wanda yang melihatnya hanya bisa menghela napas. Ia penasaran, apa yang membuat sang bos kesayangannya itu tidak fokus hari ini? Meski begitu, saat bersama klien Oliver tetap bersikap profesional.“Tuan, Anda mendengar saya?”Oliver mengerjap. “Apa?” katanya sambil menatap Wanda sekilas.Wanda tersenyum, menyembunyikan perasaan jengkelnya karena merasa diabaikan. Padahal ia sudah sengaja berpenampilan semenarik mungkin untuk malam ini di hadapan Oliver.“Apa ada masalah yang mengganggu pikiran Anda?” tanya Wanda, “sepertinya Anda tidak menikmati makan malam ini.”Oliver mengembuskan napas berat. “Tidak. Tidak ada apa-apa,” jawab Oliver singkat.Namun, tanpa Wanda ketahui, Oliver

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   64. Pulang Ke Rumah

    Oliver terdiam cukup lama, sebelum akhirnya menjawab, “Karena dia istriku. Sebagai seorang istri sudah tentu harus menjaga nama baik suami.”“Benarkah hanya karena itu?” Marshall menatap Oliver dengan mata disipitkan, seolah sedang menyelidiki perasaan di balik tatapan tajam Oliver.“Dengar, Marshall.” Oliver menjejalkan kedua tangan ke dalam saku celana. “Apapun alasanku, kamu nggak berhak ikut campur.” Ia lantas mendekati pintu dan hendak membukanya, akan tetapi ucapan Marshall berikutnya membuat Oliver mengepalkan tangan.“Kalau kamu masih menganggap Yara sebagai bayangan Zara dan menyakitinya, aku nggak akan segan-segan merebutnya darimu,” ucap Marshall dengan tegas dan serius, lalu pergi setelah mengatakannya.Oliver terdiam cukup lama, merenungi kata-kata Marshall yang biasanya jarang berkata serius terhadapnya. Sebelum akhirnya Oliver menghela napas berat dan mendorong pintu di hadapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   190. Bertemu Dengannya

    Yara menekan bel berulang kali, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membuka pintu dari dalam. Mungkin dirinya datang di waktu yang tidak tepat, pikir Yara. Mungkin saja saat ini Zara sedang pergi.Karena tak kunjung mendapat sahutan, Yara akhirnya berbalik untuk kembali kepada suaminya yang menunggu di lobi.Namun, belum lima langkah Yara berjalan, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka, membuat langkah kaki Yara seketika terhenti.“Siapa?”Yara tertegun kala mendengar suara yang barusan bertanya kepadanya. Nada suaranya terdengar datar, seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.Setelah memantapkan hatinya, Yara pun berbalik menghadap orang itu, yang tak lain adalah Zara. Yara bisa melihat Zara terkejut saat menatapnya.“K-Kamu...,” bisik Zara dengan lirih. Matanya membulat, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Hai!” Yara berusaha menampilkan senyumnya dengan canggung. “Apa kabar? Boleh aku masuk?”Zara terdiam sejenak, membuat Yara merasa bahwa adiknya itu ak

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   189. Hari-Hari Yang Romantis

    Oliver menatap Yara yang tengah terlelap dengan damai. Senyuman Oliver mengembang lebar melihat betapa cantik dan polos wanitanya itu, seperti bayi yang tidak berdosa. Deru napas Yara terasa halus, membuat Oliver merasakan ketenangan yang hanya didapatkan di kala sedang bersama Yara. “Sayang, bangun,” bisik Oliver nyaris tak terdengar, seolah enggan mengganggu tidur sang istri. Ia menyapukan jemarinya di pipi yang terasa halus di bawah sentuhannya itu. Mata Yara perlahan bergetar, lalu terbuka hingga Oliver bisa menatap mata coklatnya yang indah. Tatapan mata Yara selalu membius Oliver, hingga ia merasa jatuh cinta lagi dan lagi pada orang yang sama setiap waktu. “Sudah siang? Jam berapa sekarang?” tanya Yara dengan suara serak sembari menggeliatkan tangannya ke atas. “Baru jam tujuh, Sayang,” jawab Oliver sambil tersenyum. Sontak, mata Yara terbelalak. “Jam tujuh? Astaga... kenapa kamu nggak bangunin aku? Aku harus pergi ke kantor! Ini gara-gara kamu nggak ngebiarin aku tidur t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   188. Pacaran Setelah Menikah

    “Sayang, hari ini aku mau ngajak kamu pacaran dulu ,” kata Oliver setelah kendaraan yang mereka tumpangi berlalu dari rumah Rianti.Tampak kerutan di kening Yara. “Pacaran?” tanyanya tak percaya.“Mm-hm.” Oliver mengangguk, ia meraih tangan Yara dan menggenggamnya, sementara tangan yang lain memegangi stir. “Banyak waktu kita yang terbuang di masa lalu, Sayang. Kita bahkan nggak sempat pacaran dulu. Jadi mulai sekarang, kita harus sering meluangkan waktu untuk berkencan berdua, tanpa anak-anak.”Mendengarnya, Yara pun terkekeh kecil. ia beringsut mendekati suaminya, menyandarkan kepala di bahu bidang pria itu. “Bukankah sekarang kita sedang pacaran?”“Iya, tapi kayak gini saja nggak cukup.”“Lalu? Memangnya kamu mau apa lagi?”“Yaa pacaran seperti orang kebanyakan, lah.” Oliver melabuhkan kecupan mesra di puncak kepala Yara. “Aku mau mengajakmu pergi ke suatu t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   187. Mirip Bapaknya

    Genggaman lembut di tangan mengeluarkan Yara dari lamunannya. Yara menoleh dan mendapati suaminya tengah menatapnya sambil tersenyum manis. Senyuman yang membuat Yara lupa bagaimana caranya bernapas.“Kita sudah sampai, Sayang,” ucap Oliver.“Oh?”Yara mengerjap, ia menoleh ke sisi kiri dan baru menyadari bahwa kini mereka berada di halaman rumah ibunya, Rianti.“Sudah sampai ternyata,” gumam Yara sembari hendak melepas sabuk pengaman. Namun, Oliver sudah melakukannya lebih dulu untuknya.“Kamu lagi mikirin apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu banyak melamun.” Oliver menatap Yara dengan sorot matanya yang dalam dan membius.Tatapan itu membuat jantung Yara berdebar-debar. Yara menghela napas panjang. “Aku cuma lagi mikirin gimana pertemuan aku dan Zara nanti,” ujarnya dengan tatapan menerawang. “Kami saudari kembar, tapi rasanya kami seperti orang asing. Ada

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   186. Asalkan Yara Bahagia

    “Aku masak sup kesukaan kamu,” kata Yara sambil memeluk Oliver dari belakang. Mereka berjalan menuju dapur dengan posisi seperti itu setelah Oliver berhasil lolos dari dua bocah kecil yang sejak tadi mengerumuninya.Oliver mengerutkan kening, sedikit terkejut. Tangannya menggenggam tangan Yara yang melingkar di depan perutnya.“Whoaa serius? Aku nggak sabar mau coba,” kata Oliver sembari tersenyum lebar.Yara terpaksa melepaskan pelukannya saat tiba di meja makan. Si kembar berlarian menuju meja makan sambil tertawa, lalu sama-sama memeluk kaki ayahnya di kiri dan kanan.Oliver kemudian mendudukkan mereka di kursi berdampingan, lalu Oliver duduk di kursi utama dan menuangkan makanan khusus anak-anak ke piring mereka masing-masing. Sementara itu Yara yang duduk di samping Oliver, berhadapan dengan si kembar, menyiapkan roti panggang dan sup untuk Oliver.Yara menatap Oliver dengan penuh harap saat pria itu mengambil sendok pertama supnya.Oliver memasukannya ke mulut, mengunyah perlaha

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   185. Menyambutnya Pulang

    Yara tersenyum bahagia melihat Airell dan Arthur berlarian di ruang tengah dengan riang. Saat ini mereka sudah berada di rumah baru Oliver setelah pindah beberapa hari yang lalu.Anak-anak terlihat bahagia sekali. Apalagi saat mereka melihat ruangan khusus bermain yang dipenuhi mainan anak laki-laki dan perempuan. Tak hanya itu, bahkan Oliver menyediakan kolam renang dengan fasilitas lengkap seperti perosotan dan ember tumpah.Selain itu ada lapangan bola basket dan sepak bola di halaman belakang. Fasilitas lengkap yang disediakan membuat anak-anak betah bermain di rumah. Yara merasa bersyukur, terharu dan juga bahagia dengan segala fasilitas yang Oliver berikan untuk mereka.Oliver juga membawa Zio pindah ke rumah ini, dan tentu saja Yara tidak keberatan. Bagaimanapun, Zio adalah keponakannya sendiri, ia menyayangi anak itu seperti anaknya. Namun hari ini, Zio sedang tidak ada di rumah. Anak berusia 8 tahun itu kini berada di rumah Jingga. Meski tahu Zio bukan anak kandung Oliver, ta

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   184. Hadiah

    Yara tertegun kala melihat banyaknya bukti yang dikumpulkan Oliver mengenai kepalsuan video yang dikirimkan Leonard. Lantas, Yara menatap Oliver dengan mata berkaca-kaca.“Oliver...,” panggilnya lirih, yang membuat Oliver membuka matanya. Kini mata yang indah dan menghipnotis itu menatap Yara dengan lembut. “Tanpa kamu mengumpulkan semua bukti ini juga aku sudah percaya sama kamu, Oliver. Tapi terima kasih, aku sangat menghargai usaha kamu.” Yara tersenyum penuh haru.Oliver menegakkan punggungnya yang semula bersandar di sofa. Lalu memutar tubuh, menghadap Yara sepenuhnya yang duduk di sampingnya.“Aku tahu kamu mempercayaiku, Sayang,” kata Oliver sembari menangkupkan sebelah tangan di pipi kiri Yara. “Tapi aku juga ingin membuktikan padamu bahwa aku nggak pernah mengkhianati kamu selama kamu pergi.”Yara mengangguk. Ia mendekati Oliver, melingkarkan kedua tangan di pinggang pria itu dan menenggelamkan wajah di dada bidangnya. “Aku makin percaya sama kamu. Sekali lagi, terima kasih.”

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   183. Ancaman Oliver

    “Oliver, ada yang mau aku bicarakan.” Yara berusaha mendorong dada bidang Oliver agar pria itu menghentikan aktifitasnya.Namun, sepertinya Oliver tak ingin berhenti. Ia justru malah memperdalam ciumannya, membuat Yara kewalahan. Oliver mengungkung Yara di kursi penumpang dengan mesin mobil yang masih tetap menyala. Pagi ini ia kembali mengantarkan Yara ke Infinity Events setelah sebelumnya mereka mengantar anak-anak ke sekolah.“Tentang?” tanya Oliver akhirnya setelah beberapa saat kemudian. Pria itu dengan enggan menjauhkan wajah mereka.“Leonard.”“Leonard?” Sontak, Oliver menatap Yara dengan kening berkerut. “Kenapa dengan laki-laki itu? Dia mengganggumu lagi?”Yara menggeleng, ia menangkup rahang suaminya yang kasar di bawah sentuhannya. “Nggak ada, kok,” timpalnya, “tapi semalam, aku dengar dari Airell, kalau Leonard yang memberitahu Airell bahwa kamu nggak sayang dia. Sepertinya Leonard waktu datang ke sekolah, memprovokasi Airell.”“Leonard pernah datang ke sekolah anak-anak?”

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   182. Rindu

    Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Oliver tak kunjung pulang. Yara berkali-kali melirik jam dinding, perasaan khawatir mulai merayapi hatinya. Tak biasanya Oliver pulang sampai selarut ini, pikirnya.Tepat di saat yang sama, terdengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah. Yara buru-buru menaruh pakaian yang akan ia masukkan ke koper, lalu bergegas membuka pintu.Yara langsung menghela napas lega kala yang ia dapati adalah lelaki yang ia harapkan kedatangannya. Yara tersenyum lebar pada Oliver yang tengah menghampiri. Penampilan pria itu tampak sedikit kusut, tapi hal itu tidak mengurangi ketampanannya.“Oliver, kenapa baru pulang? Aku khawatir terjadi sesuatu pada—“Kata-kata Yara terhenti saat Oliver tiba-tiba menarik pinggangnya dan membungkam mulut Yara dengan bibirnya. Yara seketika lupa bagaimana caranya bernapas saat Oliver menggerakkan bibirnya dengan memberi sedikit penekanan. Lalu Oliver melumatnya dengan rakus seolah-olah bibir Yara adalah sesuatu yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status