Share

58. Bagaimana Kalau Begini?

last update Last Updated: 2024-11-12 20:41:33

“Dan aku akan memastikan kamu tidak membuatku jatuh kali ini.”

Senyuman miring yang tersungging di bibir Oliver membuat Yara tercengang sekaligus merasa waspada. Pasalnya, Yara jarang sekali melihat Oliver tersenyum meskipun itu hanya senyuman misterius, seperti sekarang.

Lalu, Yara ingat, dulu Zara sering mengeluh sakit badan jika tidur satu ranjang dengannya. Namun, tentu saja Yara tidak pernah ingat apa yang ia lakukan saat sedang tertidur.

“Oh ya?” Yara menyahut ucapan Oliver, dagunya sedikit terangkat untuk menantang. “Memangnya bisa? Dengan cara apa?”

Yang ada dalam bayangan Yara, kedua kaki dan tangannya akan diikat oleh Oliver selama ia tidur. Membayangkannya saja sudah membuat Yara merasa ngeri.

“Dengan memastikan kamu nggak punya banyak ruang untuk bergerak,” jawab Oliver dengan tatapan misterius, seolah sedang memikirkan sesuatu yang licik.

“Oh. Begitu?” Yara mendengus kecil. “Kita lihat saja nanti. Aku bisa membuat kamu jatuh tanpa harus banyak bergerak.”

“Benarkah?” Olive
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
yg udah bisa move on bagus Oliver jangan permainkan Yara ya
goodnovel comment avatar
Ami Lee
oliver mulai berpikir waras tapi takut nya itu berlangsung sebentar aja
goodnovel comment avatar
Lucya Kurnialin Ha
gak mau overthinking..gak mau mikirin zara ntar hidup lagi atau gimana..yg penting sekarang selamat datang di kehidupanmu yg penuh kejutan oliver...ckckck
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   59. Kisah Masa Lalu

    Oliver duduk termenung sendirian di dalam ruangan kerjanya. Berulang kali ia membisikkan kata “maaf” seraya menatap foto Zara yang teronggok di sudut meja kerjanya. Rasa bersalah menghantui diri Oliver, karena pagi tadi ia memutuskan untuk melupakan masa lalunya bersama Zara dan membuka lembaran baru bersama Yara, dengan menyuruh beberapa orang untuk menurunkan foto-foto mereka dari dinding-dinding rumah.“Maafkan aku, Zara... maaf... aku sudah mengkhianati kamu,” bisik Oliver nyaris tak terdengar.Ia menunduk, mengepalkan tangan, berusaha berdamai dengan perasaan bersalah yang terus menggerogoti hatinya.Namun, ia tidak bisa. Ia tak pernah membayangkan suatu saat dirinya akan bisa melupakan Zara. Akan tetapi Oliver sadar, ia tak bisa terus menerus hidup dalam bayang-bayang mantan istrinya itu.“Sekali lagi, maafkan aku...,” bisik Oliver lagi sambil meraih foto tersebut dari ujung meja, lalu memasukkannya ke dalam laci. Ia menutup laci itu dan menguncinya.Hari ini ia tak ingin bertem

    Last Updated : 2024-11-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   60. Pergi Jalan-Jalan

    Yara tidak pernah merasa sejengkel ini sebelumnya ketika ia bangun tidur. Oliver tidak pulang semalam, tapi bukan itu yang membuat Yara marah dan kesal pagi ini. Sebab ia tahu Oliver butuh waktu untuk sendiri setelah menurunkan foto-foto Zara yang baginya tidak mudah mengambil keputusan itu.Namun, yang membuat Yara jengkel dan marah adalah kenyataan Wanda yang datang ke rumah pagi-pagi buta—di saat Yara masih tidur, hanya untuk mengemas pakaian Oliver yang akan pergi ke Singapura. Yara baru tahu akan hal itu dari Lisa saat ia akan sarapan.“Tapi Oliver nggak ngasih tahu aku dia akan pergi ke Singapura?” gumam Yara pada dirinya sendiri, tapi masih terdengar jelas oleh Lisa yang tengah merapikan meja makan.“Mbak Wanda bilang perjalanannya memang sangat mendadak, Non,” timpal Lisa, “Tuan dan Wanda akan pergi pagi ini.”“Mereka pergi berdua?”“Kata Mbak Wanda sih begitu, Non.”

    Last Updated : 2024-11-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   61. Makan Malam Berdua

    Setibanya di Dufan, suasana ceria segera menyambut mereka. Yara dan Zio menikmati berbagai wahana mulai dari Bianglala, Halilintar, hingga Istana Boneka, sementara Marshall tak henti-hentinya tertawa melihat ekspresi ceria dan spontan dari Yara, yang tampaknya benar-benar menikmati momen tersebut.Saat Yara mencoba wahana Kora-Kora, ia berteriak kencang saat perahu bergoyang naik turun dengan cepat. Marshall yang berdiri memperhatikan sambil menggendong Zio, tak bisa menahan tawanya kala melihat ekspresi lucu Yara. Marshall mengabadikan ekspresi konyol Yara dengan memotretnya berulang kali.“Astaga! Aku jelek sekali! Hapus gak?” omel Yara saat ia melihat foto tersebut setelah turun dari kora-kora.“Nggak!” Marshall tertawa melihat foto-foto itu. “Em... haruskah aku unggah ini di medsosku terus tag kamu? Biar followers kamu tahu kalau kamu sejelek ini,” canda Marshall dengan nada mengejek.“Coba saja! Aku nggak takut!” tantang Yara, ia berjinjit, mendekatkan wajahnya ke wajah Marshall

    Last Updated : 2024-11-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   62. Telepon Tengah Malam

    Yara menekuri foto pada ponsel dalam genggamannya. Wanita itu Wanda. Mereka berdua sedang makan malam di sebuah restoran. Hanya berdua. Persis seperti sepasang kekasih yang tengah makan malam romantis. Oliver dengan jas hitamnya, sementara Wanda dengan pakaian formalnya yang seksi.“Yara, ada apa?” Marshall melambaikan tangan di depan wajah Yara saat ia hanya terdiam membisu.“Oh?” Yara mengerjap, keluar dari lamunannya. “Nggak. Gak apa-apa. Ah ternyata makanannya sudah ada. Ayo makan!” Yara tertawa kecil, berusaha menghilangkan kecurigaan Marshall yang terus menatapnya dengan tatapan penuh tanya.Karena Marshall tak berhenti menatapnya seolah meminta penjelasan, Yara pun menghela napas panjang dan tersenyum. “Sungguh. Aku nggak apa-apa. Barusan temanku mengabarkan sesuatu, tapi menurutku itu nggak penting. Baiklah... yang lebih penting sekarang adalah makanan!” seru Yara, yang tiba-tiba berubah ceria.Namun, Marshall tahu keceriaan Yara kali ini seolah tengah menyembunyikan sesuatu.

    Last Updated : 2024-11-14
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   63. Kenapa Kamu Sepeduli Itu?

    “Setelah seharian sibuk dengan klien, makan malam bersama seperti ini benar-benar menyenangkan, ya?” ucap Wanda sambil tersenyum manis.Oliver tidak menanggapi, pria itu hanya sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya sambil menatap piring dengan tatapan menerawang, seolah-olah ia tidak menikmati makanannya.Wanda yang melihatnya hanya bisa menghela napas. Ia penasaran, apa yang membuat sang bos kesayangannya itu tidak fokus hari ini? Meski begitu, saat bersama klien Oliver tetap bersikap profesional.“Tuan, Anda mendengar saya?”Oliver mengerjap. “Apa?” katanya sambil menatap Wanda sekilas.Wanda tersenyum, menyembunyikan perasaan jengkelnya karena merasa diabaikan. Padahal ia sudah sengaja berpenampilan semenarik mungkin untuk malam ini di hadapan Oliver.“Apa ada masalah yang mengganggu pikiran Anda?” tanya Wanda, “sepertinya Anda tidak menikmati makan malam ini.”Oliver mengembuskan napas berat. “Tidak. Tidak ada apa-apa,” jawab Oliver singkat.Namun, tanpa Wanda ketahui, Oliver

    Last Updated : 2024-11-14
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   64. Pulang Ke Rumah

    Oliver terdiam cukup lama, sebelum akhirnya menjawab, “Karena dia istriku. Sebagai seorang istri sudah tentu harus menjaga nama baik suami.”“Benarkah hanya karena itu?” Marshall menatap Oliver dengan mata disipitkan, seolah sedang menyelidiki perasaan di balik tatapan tajam Oliver.“Dengar, Marshall.” Oliver menjejalkan kedua tangan ke dalam saku celana. “Apapun alasanku, kamu nggak berhak ikut campur.” Ia lantas mendekati pintu dan hendak membukanya, akan tetapi ucapan Marshall berikutnya membuat Oliver mengepalkan tangan.“Kalau kamu masih menganggap Yara sebagai bayangan Zara dan menyakitinya, aku nggak akan segan-segan merebutnya darimu,” ucap Marshall dengan tegas dan serius, lalu pergi setelah mengatakannya.Oliver terdiam cukup lama, merenungi kata-kata Marshall yang biasanya jarang berkata serius terhadapnya. Sebelum akhirnya Oliver menghela napas berat dan mendorong pintu di hadapannya.

    Last Updated : 2024-11-15
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   65. Mengidam

    Setelah hari itu, Yara mendiamkan Oliver. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah kubusnya bersama Zio ketimbang di rumah Oliver. Yara juga tidak menyambut lelaki itu kala pulang dari kantor. Hal itu membuat Oliver uring-uringan di kantor. Lucas dan beberapa karyawan terkena dampaknya. Oliver tak mengerti, kenapa Yara yang mendiamkannya mempengaruhi mood-nya sampai seperti ini? “Lucas, bagaimana menurutmu, kenapa wanita hamil mendiamkan suaminya berhari-hari?” Lucas yang sedang mengemudi menatap tuannya melalui kaca spion tengah. “Maaf, Tuan. Saya belum menikah, sepertinya Anda yang sudah berpengalaman jauh lebih mengetahui alasannya daripada saya.” Oliver berdecak lidah, itu bukan jawaban yang ia harapkan. Memang, Oliver pernah berpengalaman hidup dengan wanita hamil—Zara, tapi mantan istrinya itu tidak seperti Yara. Zara hampir tidak pernah mendiamkanny

    Last Updated : 2024-11-15
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   66. Malam Yang Ceria

    “Suara kodok? Tengah malam begini?” tanya Oliver sambil menatap Yara dengan tatapan ngeri. “Maksudmu, kita akan pergi ke sawah?”“Hm.” Yara mengangguk. “Calon anakku—““Anakku juga,” sela Oliver dengan cepat.“Ya, maksud aku anak ini, ingin mendengar suara kodok. Aku yakin suara itu bisa membuatnya tenang.”Oliver diam mematung dengan tatapan yang belum berubah—ngeri dan tak percaya, sementara Yara pergi lebih dulu.“Mau ikut atau nggak?!” seru Yara, “kalau nggak mau, ya sudah, tunggu saja di dalam mobil!”Rahang Oliver mengeras. Alih-alih pergi meninggalkan Yara, ia justru malah menyusulnya dengan langkah cepat. “Aku nggak akan membiarkanmu pergi sendiri—maksudku, aku harus memastikan anakku baik-baik saja.”Yara memutar bola matanya malas. Mereka menyusuri jalan setapak, melewati rumah-rumah warga yang sepi. Udara malam yang segar dan aroma tanah yang lembab menemani mereka sepanjang perjalanan itu. Suara kodok memang terdengar cukup ramai di kejauhan, mengisi malam yang hening deng

    Last Updated : 2024-11-15

Latest chapter

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 7. Ending

    Oliver duduk dengan punggung tegak di atas sunbed, netra hitam di balik kacamata hitamnya memperhatikan Yara yang sedang mengajari Avery berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pantai. Deburan ombak sesekali terdengar dari kejauhan, diiringi bunyi sekawanan burung camar yang sesekali melintas di udara. “Sial! Apa yang laki-laki itu lakukan?” desis Oliver pada dirinya sendiri saat melihat seorang lelaki tak dikenal menghampiri Yara dan mengajaknya mengobrol. Tidak bisa dibiarkan. Detik itu juga Oliver berdiri, dan sempat bicara pada si kembar Arthur dan Airell yang tengah bermain pasir di sebelahnya, “Arthur, Airell, tunggu di sini sebentar.” Oliver bergegas menghampiri Yara setelah mendapat anggukkan dari kedua anaknya. “Maaf, ada kepentingan apa Anda dengan istri saya?” tanya Oliver pada lelaki itu tanpa basa-basi sambil menekankan kata ‘istri saya’. Lelaki yang hanya mengenakan celana selutut itu tersenyum canggung dan tampak terintimidasi oleh tatapan tajam Oliver. “Oh, t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 6.

    “Kak Zio!”“Yeay! Kak Zio datang! Aku kangen Kak Zio!”Arthur dan Airell berlari menghampiri Zio. Zio berjongkok, merentangkan kedua tangan dan memeluk si kembar secara bersamaan.“Aku juga kangen kalian,” ucap Zio sambil tertawa bahagia.Arthur yang pertama kali melepaskan diri dari pelukan itu. “Kak Zio, ayo lihat adik aku. Avery cantik, lho!”Mendengar ucapan Arthur, Airell pun cemberut. “Memangnya aku tidak cantik?”“Cantik, sih. Tapi sedikit.” Arthur tertawa jahil.“Arthur...!” rengek Airell dengan bibir yang semakin memberengut.Zio tersenyum dan menggenggam tangan Airell. “Kamu cantik, Airell. Nggak ada yang ngalahin cantiknya kamu.”Mata Airell seketika berbinar-binar. “Sungguh?”“Hm! Aku serius.” Zio mengangguk. “Kalau begitu ayo kita lihat Avery. Di mana dia sekarang?”Airell tersenyum ceria, ia menarik tangan Zio sambil berkata, “Avery lagi sama Daddy. Ayo!”Melihat interaksi mereka bertiga, Yara pun tersenyum penuh haru. Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun merindukan Zio.“Zi

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 5.

    “Oliver, kamu baik-baik saja?” Marshall menelengkan kepala, menatap wajah sepupunya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. “Kamu sepertinya kurang tidur.”Oliver mengembuskan napas panjang. Ia duduk dengan tegap di sofa, tepat di hadapan Marshall. “Menurutmu aku bisa tidur nyenyak? Setiap malam Avery selalu bangun dan saat siang dia tidur nyenyak.”Avery William adalah nama untuk anak ke tiga Yara dan Oliver. Nama itu Oliver sendiri yang memberikannya.Mendengar keluhan Oliver, Marshall tertawa puas. “Gimana dengan Yara?”“Aku membiarkan dia tidur kalau malam. Lagian Avery selalu ingin bersamaku. Seolah-olah dia tahu kalau dulu ayahnya nggak menemani kakak-kakak dia waktu masih bayi.” Oliver tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri kala membayangkan Yara melewati masa-masa mengurus bayi kembar sendirian.“Mengurus satu bayi saja sudah repot, apalagi dua,” timpal Marshall, “kamu tahu maksudku?”Oliver mengembuskan napas. “Aku tahu. Kamu nggak perlu menambah rasa bersalahku kar

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 4.

    Oliver terduduk lemas di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya acak-acakan. Dan kedua lengannya tampak merah, dipenuhi bekas gigitan dan cakaran. Oliver melamun. Seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri, hingga Oliver mengabaikan keadaan di sekitarnya.Jingga keluar dari ruangan bersalin. Ia prihatin melihat kondisi Oliver yang tampak terguncang. Lalu menghampirinya.“Oliver, kenapa kamu diam di sini? Yara dan bayi kalian menunggu di dalam,” ucap Jingga dengan lembut.Ya, Yara sudah melahirkan beberapa saat yang lalu ditemani Oliver. Setelah bayinya berhasil dilahirkan dengan selamat dan sempurna, Oliver pun keluar dari ruangan itu dan duduk termenung sendirian.“Oliver...,” panggil Jingga saat Oliver tidak merespons ucapannya.Oliver tetap bergeming. Melamun dengan tangan gemetar.Jingga menghela napas panjang. Ia duduk di samping putranya, lalu menggenggam tangannya yang terasa dingin.Saat itulah Oliver keluar dari lamunannya dan menatap Jingga deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 3.

    “Oliver, perutku sakit banget.”Bisikan Yara tersebut berhasil menghentikan Oliver yang sedang berbincang-bincang dengan kliennya. Oliver langsung menoleh pada Yara dan melihat wanita itu tengah mengerutkan kening seperti menahan rasa sakit.“Sayang, perut kamu sakit?”Yara mengangguk. “Sakit banget,” katanya sembari mencengkeram lengan Oliver kuat-kuat.Raut muka Oliver seketika berubah menegang. Tangannya menangkup pipi Yara dan berkata dengan tegas, “Kita ke rumah sakit sekarang!”Tanpa basa-basi, Oliver segera mengangkat Yara ke pangkuan. Sikapnya itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitar mereka. Namun Oliver tampak tidak peduli. Saat itu juga ia membawa Yara keluar dari ballroom dengan ekspresi panik yang gagal ia sembunyikan.“Oliver, jangan terlalu khawatir. Sekarang sakitnya sudah hilang lagi, kok,” kata Yara, berusaha menenangkan Oliver yang kini tengah mengemudi dengan tatapan kalut.“Sayang, mana bisa aku nggak khawatir,” sergah Oliver sembari mengusap wajah deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 2.

    “Oliver, sudah kubilang, aku bisa melakukannya sendiri. Astaga....”“Tidak! Selama aku bisa melakukannya untukmu, akan kulakukan!” tegas Oliver, sebelum akhirnya pria itu memangku Yara ke kamar mandi.Yara memutar bola matanya malas, tapi ia tidak menolak lagi. Karena sekali lagi Yara menegaskan, Oliver adalah pria yang tidak menerima penolakan.Sejak awal kehamilan, Oliver selalu memberi perhatian lebih dan memanjakan Yara. Apalagi saat kehamilan Yara sudah membesar seperti sekarang, Oliver bahkan tidak mengizinkan Yara melakukan aktifitas yang sedikit berat. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. memenuhi segala kebutuhan Yara dan melayaninya dengan sepenuh hati.Oliver sering berkata pada Yara bahwa ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu yang tidak menemani Yara sewaktu kehamilan si kembar.“Jangan lihat aku. Aku malu,” protes Yara saat Oliver sudah melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya.Oliver tersenyum kecil. “Apa yang membuat kamu malu, Sayang?” tanya

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 1.

    “Daddy! Mommy! Ada tamu!”“Shit!” Oliver mengumpat sambil memejamkan matanya sejenak kala mendengar seruan Airell di luar sana.Namun, hal itu tidak menyurutkan gairah Oliver. Ia berusaha menggerakkan dirinya dengan selembut mungkin agar tidak menyakiti istrinya yang kini berada di hadapannya. Posisi wanita itu memunggunginya.“Oliver...,” desah Yara sambil mencengkeram sprai erat-erat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan desah agar tidak keluar lebih keras lagi. “Airel bilang... ada tamu.” Yara berkata dengan napas terengah-engah. “Itu pasti Zara, dia sudah... datang.”“Ssstt!” Oliver menarik dagu Yara agar menoleh ke arahnya. Lantas dilumatnya bibir sang istri dengan rakus tanpa menghentikan gerakannya. “Jangan hiraukan, Sayang. Fokus saja padaku,” bisik Oliver sesaat setelah ia menjauhkan bibir mereka berdua.“Daddy! Mommy! Ada Aunty Zara!” seru Airell lagi, kali ini diiringi ketukan pintu.

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   211. Satu-satunya Untukku (Last Chapter)

    Lapangan basket yang biasanya dipenuhi suara bola memantul dan teriakan semangat, kini telah berubah menjadi tempat makan malam romantis yang memukau. Lampu-lampu kecil berkelap-kelip menggantung di sepanjang tiang ring basket, menciptakan suasana hangat dan romantis. Sebuah meja bundar berlapis kain putih dihiasi lilin-lilin kecil serta rangkaian bunga matahari—bunga favorit Yara. Kursi-kursi tertata rapi, dan di tengah meja, terdapat dua set hidangan yang tertata indah. Dan alunan musik romantis terdengar merdu. Yara berdiri mematung di tempatnya, matanya membulat dan bibirnya sedikit terbuka, ia tak mampu menyembunyikan kekagumannya. Oliver yang berdiri di sampingnya, hanya tersenyum melihat ekspresi istrinya itu. “Kamu suka?” tanya Oliver dengan suara lembut. Yara mengangguk perlahan dan keluar dari keterpakuannya. “Oliver... ini keren banget. Kamu benar-benar menyulap lapangan basket jadi tempat makan malam seindah ini?” Oliver tertawa kecil. “Ini bukan sekadar lapangan ba

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   210. Kejutan Dari Oliver

    Yara menatap pantulan dirinya di cermin. Senyuman lebar tersungging di bibir kala ia melihat baby bump-nya sudah sedikit membuncit.Ia jadi teringat dengan ucapan Oliver yang akhir-akhir ini selalu bilang bahwa lelaki itu sangat menyukai bentuk tubuh Yara yang sedang hamil.Dulu, waktu kehamilan pertama, Yara mendapatkan perhatian dari Oliver hanya dalam waktu singkat. Namun kali ini, hampir setiap waktu perhatian Oliver selalu tercurah padanya. Membuat Yara merasa menjadi wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia karena dicintai oleh lelaki seperti Oliver.Sehingga timbul di hati Yara rasa takut ditinggalkan oleh suaminya itu. Yara sudah bergantung padanya. Menjadikan lelaki itu pusat dunianya.Beranjak dari depan cermin, Yara menghampiri meja kerjanya. Di atas meja teronggok sebuah bucket bunga matahari, yang membuat Yara seketika tersenyum cerah. Ia meraih secarik kertas dari sana, dan menemukan tulisan tangan Oliver dalam kertas tersebut.‘Honey, kamu tahu perbedaan mata

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status