Share

66. Ijin Bertemu Teman

Bang Akram rautnya tidak mengenakan, apa dia mengira aku macam-macam?

"Nanti Indri bicarakan di rumah ya, Bang," ucapku dengan santai.

"Bagaimana, Kak Daffa? Kita langsung pulang, atau mamir beli mainan sementara adikmu sudah tertidur kelelahan?" tanya Bang Akram sama Daffa dan mengabaikan ucapanku. Ah ... ternyata kamu marah.

"Kita langsung pulang tapi, bunda harus janji besok beneran belikan mainan buat Daffa," ucapannya masih menganduk rajukan.

"Anak pintar, bunda sayang sama kamu. Iya, insyaAllah bunda akan beli besok," ucapku gemas sambil mengacak rambutnya.

"Bunda, berantakan. Nanti jadi tidak tampan lagi," ucapnya.

Ban Akram tertawa melihat duplikat kecilnya.

"Gengsi gede dan narsis, mirip siapa ya, Bang?" tanyaku sambil tertawa.

"Kamu! Kalau aku tidak begitu," jawabnya sambil terkekeh.

Setelah mencapai kesepakatan Hilda di gendong Ayahnya, sementara aku membawa perlengkapan di tas ransel. Baginilah bepergian anak masih kecil-kecil, perlengkapannya banyak.

"Sayang, kunci di s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status