Share

Bab 57

Penulis: Dew Miller
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-03 12:21:51

Entah sudah yang keberapa kalinya aku melihat ujung lembah tempat Flaresh menghilang tadi. Ia memasuki Lembah Dalu tepat saat hari berganti senja. Namun hingga bulan bulat sempurna muncul dan bersinar di langit malam, sosoknya tak kunjung terlihat.

Aku mulai sedikit khawatir.

Selain karena Flaresh pergi seorang diri juga karena aku takut perjalanan jauh kami akan sia-sia. Aku takut Bangsa Asra yang sangat membatasi interaksi dengan peri lain tersebut, menolak dan tidak bersedia membantu kami.

Aku mendongakkan kepalaku menyadari kegelapan yang berangsur lebih pekat. Langit tiba-tiba berubah mendung sementara awan tebal berarak menutup rembulan.

“Apakah akan hujan?” Tanyaku pada Lynx. Aku tidak pernah mengalami hujan sejak pertama kali sampai disini.

Lynx yang sedang menikmati makananya mendongak ke langit, namun tiba-tiba ia menegakkan badan. Matanya menatap waspada.

“Ada apa?” Tanyaku. Rasa was-was tiba-tiba menyelinap d

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Penjelajah Benak   Bab 58

    “Jangan mendekat.” Kataku. Suaraku sedikit bergetar. Aku bergeser sedikit, menempatkan tubuhku diantara dia dan Ashlyn. “Kalian ini memang menyusahkan. Tidak bisakah kalian menurut dan ikuti saja kami?” kata Darkash itu. Suaranya rendah dan parau, menambah kesan licik padanya. “Apa yang kalian inginkan dari kami?” Darkash itu memicingkan mata hijaunya. “Sejujurnya aku juga ingin mengetahui hal yang sama. Kalian sama sekali tidak terlihat istimewa.” Lalu ia mengangkat bahu acuh. “Ah, seperti aku peduli saja. Aku hanya melaksanakan perintah.” “Perintah siapa?” Tanya Ashlyn. “Apakah jika kusebut namanya kalian mengenalnya?” Ia mendecakkan lidah sambil menggelengkan kepala. Ia maju selangkah. Membuatku mengambil langkah mundur, mendorong Ashlyn di belakangku. Kulebarkan tanganku sedikit, berusaha menutupi Ashlyn. Rasa takut menyelinap dalam diriku. Tapi aku tidak bisa membiarkannya mendekati Ashlyn. Matanya yang menyala ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Penjelajah Benak   Bab 59

    Kiwa menyerang kami dengat tanaman dan pepohonan yang ada di hutan. Meskipun Era berhasil menghancurkan semua, dan aku juga membantu semampuku, tapi Era telah kehabisan tenaga. Bertarung sambil melindungiku adalah tugas ganda yang berat.Kiwa kembali menyerang sambil melecutkan batang-batang berduri ke arah kami. Hingga salah satunya mengenai Era dan membuatnya tersungkur dan kesulitan berdiri.Tergopoh-gopoh aku menghampirinya.“Era.”Era menatapku.“Kau pergilah. Cari tempat berlindung bersama Ashlyn dan Firroke.”“Tidak, tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu. ““Era! Awas!”Teriakan Ashlyn membuatku menoleh tepat saat Kiwa seperti gerakan lambat mengayunkan batang berduri bagaikan cemeti ke arah kami.Aku dan Era seperti terpaku di tempat kami.Sesaat kemudian batang berduri itu menyala terang dan terbakar hangus. Kiwa melotot penuh amarah ke arah Lynx.&ldq

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • Penjelajah Benak   Bab 60

    “Terima kasih. “ Kataku setelah Firroke membebaskan kami. Firroke mengangguk. Kami bergegas mendekati Esen dan Ashlyn untuk membantu. Tapi satu dari dua peri misterius yang datang bersama Flaresh telah bersama mereka.Aku menatap peri yang berdiri di hadapan Esen dan Era yang terkubur sampai leher. Dilihat dari semua sisi, tidak mungkin mengeluarkan mereka kecuali tanah di sekitar mereka digali. Apa yang bisa dilakukan peri ini?Peri itu hanya memandang mereka berdua dalam diam. Lalu tiba-tiba kegelapan ganjil kembali datang menyelimuti kami. Ashlyn dan Esen menatapnya tanpa berkedip. Lalu tiba-tiba mereka berdua melayang menembus tanah seakan mereka arwah dan berdiri di hadapan kami dalam keadaan bebas. Kami semua tercengang dan kehilangan kata untuk diucapkan.“Te, terima kasih.” Ucap Ashlyn terbata pada akhirnya. Peri itu mengangguk dan membalikkan badan, kembali ke tempat Flaresh berada.“Bagaimana keadaan kalian? Apa luk

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12
  • Penjelajah Benak   Bab 61

    “Kau sudah merasa lebih baik?” Tanyaku pada Lynx. Lynx mengangguk. Ia meraih minuman yang diberikan oleh Tyh dan meneguknya perlahan-lahan.Setelah kami semua diobati oleh Tyh. Sekarang kami sedang menikmati minuman hangat yang diracik olehnya. Rasanya sedikit pahit, tapi setelah beberapa lama minuman itu memberi kehangatan dalam tubuh dan mengembalikan tenaga. Aku merasa lebih segar.“Jadi makhluk api yang tadi itu Lynx? “ Tanya Esen ke Flaresh. Alih-alih bertanya pada Lynx langsung ia bertanya pada Flaresh. Flaresh hanya mengangguk sebagai jawaban.“Jadi kau itu sebenarnya apa?” Kali ini ia bertanya pada Lynx.“Aku Lynx.”“Kau lynx yang bernama Lynx? “Lynx mengangguk.“Bukankah itu sama seperti memberi nama kucingku Kucing? “Lynx melirik tajam padaku.“Apa kau samakan aku dengan peliharaanmu? “Aku meringis.&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-15
  • Penjelajah Benak   Bab 62

    Kami baru saja menyeberangi Sungai Sendalu. Kugunakan waktu menunggu teman-temanku yang menyeberang sambil memperhatikan jalan masuk Lembah Dalu lebih seksama.Saat kami di pinggir Hutan Sendalu tadi, jalan memasuki Lembah Dalu tampak biasa saja. Hanya sebuah lembah gelap di bawah langit malam dengan siluet berbagai macam tanaman disana sini. Tapi kali ini, saat kami benar-benar akan memasukinya, aku bisa merasakan suasana magis yang sangat kental dan khidmat yang membuatku secara otomatis menjaga sikap. Aku merasa seakan sedang memasuki tempat ibadah atau tempat suci.“Tidakkah kita butuh penerangan?” Bisik Firroke. Aku menatap sekelilingku lalu menatap bulan yang tiba-tiba tertutup awan.Apa yang dikatakannya benar. Jarak pandang kami terbatas di kegelapan ini. Aku khawatir kami salah jalan atau menabrak sesuatu.“Itu tidak perlu.” Kata Flaresh yang tepat berada di depanku sambil kembali melangkah. Aku mengikutinya sembari ingin menanyakan alasannya saat kemudian alam yang menjawab p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Penjelajah Benak   Bab 63

    Kami mengikuti Tyh yang berjalan cepat tanpa bersuara di antara bayangan. Baru kusadari bahwa sepanjang perjalanan kami tidak melihat satu peripun. Bahkan pemukiman atau hewanpun tidak. Seakan tidak ada kehidupan disini.Aku menabrak Flaresh yang tiba-tiba berhenti karena terlalu sibuk menoleh kesana kemari melihat sekelilingku. Dari balik bahunya kuintip apa yang menyebabkan kami berhenti. Agak jauh di depan, Tampak Tyh sedang berdiri tidak bergerak. Dari tempatku berdiri aku berusaha melihat apa yang sebenarnya sedang ia kerjakan. Tapi tak lama kemudian ia menoleh ke arah Flaresh sambil mengangguk.Flaresh membalikkan badannya dan berbicara pada kami.“Tinggalkan kuda dan barang kalian di sini.” Ia meletakkan barang bawaannya di atas kuda yang sedari tadi dituntunnya.Kami saling berpandangan lalu memandang sekeliling kami yang sunyi.“Jangan khawatir. Akan ada prajurit yang menjaga.” Kata Asra yang sampai kini belum kami ketahui namanya sambil berjalan ke depan. Saat itulah tiba-ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Penjelajah Benak   Bab 64

    “Oh, halo.” Seorang peri kurus dengan rambut berwarna putih muncul dari balik pintu di samping rak besar.“Pa, oh, penyembuh.” Sapa Tyh sambil membungkuk.“Apa yang bisa kubantu?” Tanya peri itu dengan wajah berseri. Matanya yang berbinar mengingatkanku pada anjing yang jinak. Jelas-jelas sebuah bayangan yang kontras dengan bayanganku sebelumnya tentang sosok Asra yang misterius.Tyh menggerakkan kepalanya hampir tak kentara, menyelidiki sudut ruangan.“Apakah anda sendirian?”“Ya. Aku menugaskan para penyembuh muda untuk mencari bahan obat. Ada apa?”“Saya membawa beberapa peri yang terluka.”“Beberapa?”Ia menatap kami satu persatu dengan seksama selama beberapa saat dengan penuh rasa ingin tahu.“Ah, kita kedatangan tamu rupanya.” Kata peri itu akhirnya menyadari situasi yang terjadi. Ia menunjuk Lynx lalu menunjuk kursi di depan meja. “Duduklah.”Lyn dengan patuh duduk di kursi. Peri itu mulai memeriksa Lynx dengan seksama. Beberapa kali alisnya berkerut.“Apa yang terjadi?”“Kami

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Penjelajah Benak   Bab 65

    Terdengar bunyi tirai dibuka lalu aku bisa merasakan cahaya mentari yang hangat menimpaku. Kemudian seseorang mengguncang bahuku.“Bangun dan bersihkan badanmu.” Suara Flaresh.Aku menggeliat sambil berusaha membuka mataku yang lengket.“Biarkan aku tidur sebentar lagi.” Sekujur tubuhku masih terasa kaku dan sakit. Rasanya aku hanya ingin berbaring dan bermalas-malasan sedikit lebih lama lagi.“Kau sudah dua hari tidur. Apa kau ingin mati sekalian?”Aku mendengus lalu membelakanginya.“Baiklah.” Kata Flaresh dengan nada datar. “Jangan salahkan kami jika kau tidak mendapatkan makanan.”Dan seperti diberi aba-aba perutku tiba-tiba berbunyi. Aku mengerang lalu berguling dan bangkit duduk dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur. Kuusap wajahku sambil memperhatikan sekelilingku.Matahari tampak bersinar cukup terik. Jadi mungkin sekarang sudah agak siang. Ashlyn tampak rapi duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja besar. Di hadapannya terhidang banyak makanan. Di tempat tidur

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05

Bab terbaru

  • Penjelajah Benak   Bab 87

    “Bagaimana?” Tanya Ashlyn setelah aku meletakkan Era dan memeriksa keadaannya.“Aku tidak melihat luka terbuka.”Wajah Ashlyn semakin khawatir.Tidak ada luka terbuka tapi Era tak kunjung siuman adalah pertanda buruk. Karena itu artinya ada yang tidak beres dengan tubuh bagian dalamnya.Aku mengusap wajahnya yang berkeringat dingin.“Sejauh pengelihatanku tangan dan kakinya normal.”“Antara kepala atau dadanya? Atau keduanya?”Aku mengangguk.Setelah memeriksa keadaan sekitar akhirnya Ashlyn ikut berjongkok.“Firroke, berjagalah.”Firroke mengangguk dan melompat ke tumbuhan terdekat.Ashlyn menepuk wajah Era pelan.“Era, bangun. Kau bisa mendengar suaraku?”Tidak ada respon.“Era. Kau mendengarku?”Ashlyn membuka tasnya dan meraih sebuah tabung berwarna perak. Dipegangnya ujung tabung dengan satu tangan sementara tangan yang lain menarik ujung yang berlawanan. Seketika tabung perak itu mengeluarkan cahaya berwarna putih benderang seperti lampu. Berdasarkan cerita Ashlyn, itu adalah le

  • Penjelajah Benak   Bab 86

    “Lynx.”“Kau menemukannya?”“Ya.”“Ada dua. Tapi aku tidak bisa menunjukkan semua sekaligus. Terlalu jauh.”“Yang menyerang Flaresh saja.”“Ya.”“Axel dan Ashlyn, bersiaplah membantu Era. Esen lindungi mereka.”“Baik.”“Firroke, Tunjukkan padaku di hitungan ketiga.”Firroke menganggguk. Kami semua bersiap penuh antisipasi.“Tiga!”Firroke menunjuk tangannya dan kemudian gerombolan tanaman perdu itu membuat sebuah celah kecil memperlihatkan sepasang sepatu boots berwarna hitam. Lynx mengayunkan cakarnya mengirimkan selarik sinar jingga yang langsung memporak porandakan tanaman perdu tersebut dan mengekspos peri yang berada di baliknya. Peri itu mundur dengan sempoyongan setelah dihantam serangan Lynx. Untuk sesaat serangan kepada kami berhenti. Flaresh dengan sigap memanfaatkan kesempatan tersebut dan segera berlari berkumpul dengan kami dan menyerahkan Era kepadaku. Saat aku telah mendekap Era erat-erat, Lynx secepat kilat berlari ke arah peri tadi dan mengejarnya.Aku seperti melihat

  • Penjelajah Benak   Bab 85

    Deruta adalah sebuah hamparan tanah yang diliputi tanaman perdu menghijau. Di sela-selanya mengalir puluhan sungai yang berkelok-kelok dan menjalar kesana kemari bagai akar sebuah pohon atau jaringan saraf manusia. Sungai-sungai itu ada yang cukup lebar sehingga kami perlu memasukinya untuk menyebrang dan ada pula yang sempit dan lebih mirip aliran air dan hanya perlu satu langkah untuk lewat. Namun kesemuanya jernih dengan aliran air yang tenang. Rasanya menyejukkan. Apalagi dengan angin yang terus berhembus sepoi melenakan.Aku menudungi mataku untuk melihat kemana sungai-sungai ini mengalir.“Semakin ke utara, sungai-sungai ini akan semakin lebar sehingga membuat kita membutuhkan perahu untuk melewatinya.” Ucap Lynx memahami keingin tahuanku. Seperti biasa ia berada di barisan paling belakang bertugas mengawasi kami sementara Flaresh yang memimpin perjalanan. Di depanku ada Ashlyn, lalu Era dan Esen. kami berjalan beriringan membentuk satu baraisan dengan jarak dua sampai tiga mete

  • Penjelajah Benak   Bab 84

    “Apa yang kau lakukan disini?” kami berlarian ke arahnya. Ini seperti de javu saat melihat Lynx beberapa waktu lalu.“Disini jalan umum. Aku bisa melakukan apa saja. Kenapa kau ingin tahu?”Belum satu menit bertemu dan dia sudah menguji kesabaran kami.“Bagaimana?” tanya Lynx.“Mungkin kemarin atau semalam. Dua hari lalu semua aman.”“Apa tidak akan ada yang memperbaiki?” Aku akhirnya memutuskan bergabung dalam diskusi mereka.“Prajurit patroli tidak memeriksa sampai dalam karena tidak banyak peri yang memilih lewat jalan ini kecuali daunas. Jadi kuragukan mereka tahu kecuali ada laporan dari peri yang akan keluar lewat sini.”“Lagipula, kalaupun ketahuan, perbaikan juga akan membutuhkan waktu beberapa hari.”“Tapi harusnya bangsa Erde bisa memperbaiki dengan cepat kan?” aku teringat prosesi pemakaman Bedhama dimana para idare Erde dengan mudahnya memanipulasi dan mengendalikan tanah sesuai keinginan mereka.“Tidak semudah itu. Celah Sunji bukan tempat biasa. Butuh Idare yang benar-be

  • Penjelajah Benak   Bab 83

    Perjalanan kami berlangsung dengan lancar tanpa kendala yang berarti sampai akhirnya kami sampai di bawah kaki Bukit Sunji. Aku menengadahkan kepala memandang jalur curam berkelok-kelok yang akan membawa kami ke pintu masuk Kerajaan Dharana.“Pintu masuk Dharana ada di atas sana.” Kataku pada Esen yang berkuda di sampingku.“Jadi disana yang namanya Celah Sunji?” Tanyanya. Aku mengangguk.“Kita langsung saja. Istirahatnya nanti saat kita sudah melewati celah Sunji.” Kata Lynx yang berada di barisan paling depan.“Baik.” Kami menjawab serempak. Lynx mempercepat langkah kudanya. Kami mengikutinya dan melakukan hal yang sama.Aku masih ingat betapa terjalnya jalan setapak Bukit Sunji dan betapa kerasnya angin yang berhembus di samping kami saat kami berjalan. Dulu kami sampai tidak bisa berjalan dengan tegak. Selain karena terjalnya jalan, angin yang keras seakan memanggil kami untuk terjun bebas. Ditambah lagi kami harus menuntun Misu dan Tashi. Sungguh bukan perjalanan mudah.Tapi kali

  • Penjelajah Benak   Bab 82

    Aku hanya mengantar kalian sampai sini.” Kata Ghadanfar saat kami sampai di sisi hutan yang sudah jarang ditumbuhi pohon. Langit sudah semakin terang dengan cahaya matahari yang memucat. “Selanjutnya kau tahu bukan?”Aku mengangguk. Ini adalah sisi hutan yang dulu pernah kami lalui saat pertama kali akan ke Erde.“Berhati-hatilah. Dan tetap waspada.” Ujarnya. Lagi-lagi aku hanya mengangguk.“Terima kasih banyak.” Kata Esen.“Bukan masalah.” Ghadanfar mengangkat bahu. Ia melompat lalu hilang di antara pepohonan.Aku menghela nafas. Kepergiannya meninggalkan setitik rasa waswas di hatiku.“Jadi, kita berangkat sekarang?” Kataku akhirnya memandangi teman-teman seperjalanku. Esen, Era dan Ashlyn mengangguk. Firroke yang duduk di bahu Ashlyn pun melakukan yang sama. Aku mengangguk dan melangkahkan kakiku yang agak berat meninggalkan hutan Seda yang terasa seperti rumah bagiku. Misu yang seakan mengerti perasaanku menggosokkan hidungnya ke tanganku yang menggenggam tali kekangnya. Aku terse

  • Penjelajah Benak    Bab 81

    “Kau sehat?”“Kalian baik-baik saja?”“Ah, Sanja. Lama tidak bertemu. Terima kasih telah mengantar mereka kemari. Aku tidak menyangka kalau kau yang akan mengantar mereka.”“Aku sedang ingin berjalan-jalan.”“Kalian hanya bertiga saja?”“Tidak. Kami ditemani Jalen.”Kami mengikuti arah pandangan Sanja dan mendapati kedua puma tadi telah berdiri di hadapan Raja Narawana dan berubah menjadi dua sosok peri. Yang satu adalah Ghadanfar, yang satu lagi sesosok peri yang tak pernah kami lihat. Ia berperawakan gempal, sedikit lebih pendek dari Ghadanfar namun saat ia berjalan ke samping Raja Narawana bersama Ghadanfar, kami bisa melihat bahwa ia tak lebih lambat darinya. Rambutnya yang berwarna hitam diikat kebelakang. Wajahnya tirus dengan mata berwarna kuning emas yang berkilat siaga. Dan di samping kedua matanya tampak lukisan atau tato simbol yang rumit berwarna putih keperakan yang membuatku seakan terbius dan tidak ingin mengalihkan pandanganku darinya.“Aku kira Tyh yang akan datang.”

  • Penjelajah Benak   Bab 80

    “Bisakah kau berhenti mondar-mandir?”Aku menghentikan langkahku dan mencari sumber suara yang telah mengomeliku. Esen berjalan mendekat dengan Firroke sedang berdiri di atas kepalanya. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya padaku. Biasanya ia hanya akan berdiri atau duduk di pundakku.“Firroke!”Firroke hanya mendengus tapi matanya berkilat senang.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Aku akan menemani perjalanan kalian.”“Menemani kami?”“Ya. Aku dengar kalian akan bepergian.”“Kami tidak sedang piknik.”“Kau pikir aku tidak tahu?”Ia lalu melompat ke tanah dan berjalan ke arah Raja Narawana untuk memberinya salam.Aku mengalihkan pandanganku ke Esen. Kemunculan Firroke benar-benar diluar dugaan.“Kenapa kau baru datang?”“Ada yang harus kupersiapkan dengan Ghadanfar.”Aku mengangguk. Pantas saja Ghadanfar tidak terlihat sedari tadi.“Lalu, bagaimana bisa kau dan Firroke datang bersama?”“Aku bertemu dengannya di tengah jalan lalu dia bersikeras ingin ikut.”Aku memandang Raja Narawan

  • Penjelajah Benak   Bab 79

    Setelah hampir dua jam perjalanan kami sampai di pohon Zurine. Tampak Ghadanfar berdiri di bawah pohon menunggu kami dengan sikap siaga.Ia hanya mengangguk saat kami berada tepat di hadapannya, lalu berbalik dan menyentuh pohon Zurine. Batang pohon yang berkerut itu bergerak-gerak lalu mengembang dan menciptakan sebuah lubang yang cukup besar untuk kami masuki. Terdengar siulan pelan dari mulut Esen.Tanpa berkata apa-apa Ghadanfar memasuki pohon Zurine. Aku mengikutinya dengan Esen mengekor di belakangku. Kegelapan total menyambut kami begitu lubang di belakang kami tertutup. Hal ini mengingatkanku pada saat pertama kali aku sampai di Sena dan jatuh di dalam pohon ini.Ghadanfar meraih sesuatu lalu memberikannya kepada kami. Sebatang dahan pohon yang dipenuhi bunga yang sepintas mirip bluebell dan berpendar dengan cahaya putih. Kalau aku tidak salah ingat dari penjelasan Lynx bunga ini bernama Ruun. Dengan diterangi bunga Ruun aku bisa melihat keadaan sekelilingku yang seperti sebua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status