Share

6. Tertangkap Lagi

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

‘A-Apa aku ketahuan lagi?’ batin Alice, meratapi nasibnya yang begitu sialnya sampai selalu ketahuan.

"Kenapa kalian diam?"

Alice mengeratkan genggamannya pada ujung bajunya yang kebesaran. Hatinya tiba-tiba menciut, tubuhnya begitu kaku untuk sekedar menolehkan kepalanya. Suara di belangnya mampu menghancurkan tulang di tubuhnya.

Pelayan itu tak jauh berbeda dengannya. Tubuhnya semakin bergetar saat pemilik suara itu terdengar lebih dingin dari sebelumnya. Pelayan wanita itu melepaskan tangannya seketika dingin bagaikan salju menutupi tubuhnya.

“T-Tuan!” ucap pelayan cantik itu dengan panik.

Tubuhnya semakin bergetar dan dia pun langsung membungkukkan tubuhnya 90 derajat ke arah pria di belakang Alice itu.

“M-Maafkan saya, Tuan. S-saya melakukan ini karena sa–" lirihnya dengan bibir bergetar.

Hari ini adalah hari terakhir untuknya, wanita itu siap menerima hukuman apa pun yang akan dia terima dari tuannya, meski nyawanya akan melayang. Meski hal itu berat di lakukan mengingat apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini.

“Diam.” Ucap pria di belakang Alice, dengan nada tegas dan tajam. “Pergi dan terima hukumanmu nanti.”

Tepat saat itu, dua orang bodyguard pun tiba dan langsung menyeret pergi pelayan wanita tersebut.

Alice yang melihat kejadian itu tentu saja merasa bingung. Dia mulai merasa bahwa kemungkinan besar orang yang berada di belakangnya adalah sang pemilik rumah yang sudah membeli Alice.

‘Bagaimana ini? Aku baru pertama kali melihatnya dan mendengar suaranya sedekat ini,’ batin Alice, gelisah dan takut di saat bersamaan.

“Kamu,” panggil Alaric. “Ini terakhir kalinya aku melihat kamu mencoba kabur dari sini. Jika hal ini terjadi lagi, jangan harap kamu bisa berjalan dengan kedua kakimu itu lagi.”

Keringat dingin membasahi kening dan punggung Alice setelah mendengar ancaman dari Alaric. Hawa dingin dan menegangkan menyelimuti dirinya saat ini.

“Sekarang kamu pun, akan menerima kuhuman atas perbuatanmu. Selama ini aku diam saat mengetahui kamu ingin kabur dari sini. Kamu tahu apa yang kamu lakukan itu berhasil mematik amarahku, hah?" hardik Alaric.

"M–Maafkan saya tuan, saya," sesal Alice, tubuhnya luruh ke atas rumput yang tumbuh subur di halaman rumah Alaric.

Alaric mencengkram rahang Alice sehingga wajah cantik miliknya mendongak ke atas.

"Kamu pikir bisa kabur dari sini? Aku pikir mudah hah? Siapa yang kamu anggap pahlawan? Dia? Lihat ke sana, bahkan orang yang akan menolong mu untuk kabur tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri." Geram Alaric, melepaskan cengkeramannya secara kasar sehingga wajah Alice menoleh ke kanan.

Isaknya mulai terdengar sebisa mungkin Alaric tak mendengar suaranya sehingga Alice menggigit bibir bawahnya dengan keras. Sehingga menimbulkan darah segar yang keluar dari bibirnya.

Alice enggan rasanya beranjak, namun sebuah tangan yang menyentuhnya. Tangan yang berapa detik lalu mencengkeram rahangnya kini beralih ke pergelangan tangannya dan menarik dirinya, membuat Alice mau tidak mau beranjak dari tempatnya itu.

‘Punggungnya sama seperti pria misterius di malam hari itu,’ batin Alice. ‘Apa memang dia yang selalu memantau 'ku setiap malamnya?’

"Kau ingin kabur lagi?" tanya Alaric, tatapan tajamnya mampu menembus jantung Alice.

"Jawab!" serunya, di barengi dengan pukulan tembok di sampingnya.

"A–aku," ucap Alice terbata. Lidahnya kelu seakan tak ada kekuatan untuk mengatakan jika dirinya benar-benar ingin bebas.

"Aku apa? Kamu ingin bebas? Bisa kamu katakan padaku?"

Alice mengangkat wajahnya tatapannya begitu sendu wajahnya yang cantik jelita, bibirnya yang tipis berwarna merah alami semakin mempercantik dirinya. Namun sayang di balik bibirnya yang indah terdapat darah segar di sana.

Tatapan mata hazel milik Alice bertemu dengan sorot mata elang milik Alaric. Mereka saling tatap berapa detik membuat Alaric menariknya lebih dulu. "Sial, kenapa matanya menarik 'ku semakin dalam. Lalu bibirnya ?" umpat Alaric.

Alice untuk kedua kalinya menatap manik milik Alaric, gumaman pria di depannya yang mengalihkan perhatian Alice. Meksi Alice tak sekali pun benar-benar melihatnya karena mata milik Alaric tertutup oleh topi.

"Kamu tahu akibat dari ulahmu itu? Kamu akan menerima hukuman yang tidak pernah kamu alami sebelumnya. Jangan salahkan aku nanti." Kata Alaric tajam.

Dua bodyguard mendekati Alaric menarik tubuh Alice untuk berdiri namun Alaric menahan dua bodyguard akan menyakiti tubuh Alice.

"Pergilah, urus pelayan itu."

Alaric mendekati Alice wajahnya yang cantik kini berubah pucat pasi. Bibirnya semakin kering meski terlihat luka di sana namun, terlihat begitu menggoda terlebih Alice membuka sedikit bibirnya sehingga mampu membuat Alaric berdecak kesal.

'Kau berhasil menghancurkan dinding pertahanan ini Alice. Jangan sampai aku lupa tujuanku, padamu,' batin Alaric.

"T–tolong maafkan aku," lirih Alice, mengembalikan kesadaran Alaric dari lamunannya.

"Ck, minta maaf setelah percobaan kabur kamu gagal?" geram Alaric.

"Ikut denganku."

"Sekarang kau ikut aku," perintah Alaric, masih dengan nada yang sama saat dia mengancam Alice.

“Duduk.” Ucapnya kasar, mendudukkan Alice di kursi depan dengan kasar.

Alice menurut meski bokongnya terasa sakit, dia pun memperbaiki posisi duduknya dirinya di atas kursi. Tatapannya menatap pada berbagai macam makanan yang sudah terhidang di atas meja itu.

“Makan." Tegas Alaric, dengan tatapan tajam yang mengarah pada Alice.

Alice menundukkan kepalanya. Kedua tangannya masih bergetar dan dirinya juga tidak memiliki nafsu makan jika dikelilingi hawa menegangkan yang berasal dari Alaric itu.

Alaric sendiri mulai memakan steak di atas piringnya itu. Dia memakannya dalam diam lalu setelahnya ditatapnya kembali pada Alice yang belum menyentuh makanannya itu.

Brak!

Tubuh Alice tersentak kaget mendengar gebrakan meja yang cukup keras itu. Dia refleks menatap pada Alaric yang saat ini tengah menatap tajam dan dingin padanya. Namun sayangnya Alice sama sekali tidak bisa melihat wajah dari balik topi yang menutupi sebagian wajahnya itu.

“Aku bilang makan,” geram Alaric, tidak suka perintahnya tidak dituruti oleh Alice.

Tangan Alice sedikit bergetar namun dia berusaha meraih pisau dan garpu di atas meja itu. Dipotongnya daging steak itu dan mulai memasukkannya ke dalam mulutnya.

Alaric masih memantau Alice yang terlihat takut padanya. Lalu dia menelisik tubuh Alice yang kurus sekali dibanding terakhir kali dia melihatnya.

Rasa geram pun memenuhi benak Alaric. Dia meletakkan garpu dan pisau kecilnya kembali dan mengelap mulutnya dengan kain.

“Selagi aku masih berpikir memberikan kamu makanan, maka kamu harus makan. Jika aku mendengar kamu tidak makan lagi, aku tidak segan-segan mengurungmu di tempat yang bahkan kamu tidak bisa bermimpi untuk minum setetes air pun,” ujar Alaric dengan kejamnya.

Kedua tangan Alice terhenti. Dia tidak berani menatap pada Alaric yang tentunya menatap tajam padanya.

“Kamu adalah milikku semenjak aku membeli tubuhmu, bahkan aku belum menyentuh barang yang sudah aku beli. Jadi bersikap manis jika tidak—" lanjut Alaric.

"S–Siapa yang menjual 'ku?" lirih Alice, rasa penasaran kembali menjalar tubuhnya siapa yang tega menjualnya pada pria misterius yang kini menatapnya.

"Kamu pikir siapa yang tega menjual mu? Nona Alice Ayuningtyas Ravindra."

Degh!

Bola mata Alice bergetar mendengar fakta yang baru didengar olehnya itu. Ditolehkan kepalanya ke arah Alaric dan menatapnya dengan tatapan terkejut. Walau tatapan itu tak terlihat oleh Alice dia tahu jika tatapan itu mampu menghunus tepat di jantungnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
Alaric jangan galak2 awas nanti jatuh cinta sama alice
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penjara Cinta Sang Sultan   7. Biang Rusuh.

    "M–maksud anda?" Alice berbalik memberanikan diri untuk melihat pria bertopi.Diam bahkan senyum meremehkan tercetak jelas di sana. Alice menghela napas hal biasa jika harus di remehkan."Ck! Pantas mereka memperlakukan hal ini padamu. Ternyata kamu biang rusuh." Ejek pria bertopi."Selain biang rusuh, ternyata kamu wanita yang sangat bodoh. Lihat dirimu, pantas mereka memperlakukan kamu seperti ini. Karena kamu sangat pantas untuk ditindas, dan tentunya di jual." Ejeknya, beralih meninggalkan Alice yang terpaku dengan ucapan pria bertopi."Tunggu, tuan. Katakan siapa yang sudah menjual 'ku pada anda? Lalu untuk apa Anda membeli saya?" lirih Alice. Tubuhnya tidak di pungkiri merasakan hawa mencekam. Pria di depan yang begitu dingin dan sulit untuk di lihat wajahnya."Jika kamu sudah tahu siapa orangnya, lantas apa yang akan kamu lakukan?" ujarnya, sebelah bibirnya tertarik ke atas."A–Aku," Melihat Alice terbata saat mengatakan, bibir Alaric semakin tertarik keatas. "Tuan, saya belu

  • Penjara Cinta Sang Sultan   8. Kau Adalah Jalang

    "Jika aku menurut, apa dia akan membebaskan aku?" Alice, berdiri bagaikan patung membiarkan pelayanan wanita menanggalkan pakaiannya mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Aroma terapi dan wangi bunga tercium menenangkan. Alice merindukan rumahnya, kamar yang begitu nyaman untuknya. Semua hanya kenangan sebelum mereka menikam dirinya dari belakang.Terbesit untuk balas dendam, walau hal itu tidak akan mudah mengingat untuk bisa menyelamatkan diri saja itu hanya dalam mimpi."Hal itu bisa terjadi, asal nona menjadi penurut. Semua kembali –""Jika tidak, akan mati seperti wanita itu? Jangan terkejut, aku tahu semua." Ujar Alice, menyela perkataan pelayan wanita."Nona sudah selesai, silahkan ikut dengan saya. Tuan sudah menunggu di ruang makan.""Ck, kau menghancurkan mood ku. Singkirkan dia dari sini!" Alaric mendorong kursi yang di duduki ke belakang, mengejutkan Alice yang baru tiba."Maafkan saya tuan,"Melihat pelayanan yang bergetar Alice merasa iba. Hukuman pria tak berkemanusiaa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   9. Tawaran Kebebasan

    "Tutupi tubuhmu, aku tidak berselera menyentuhmu!" Alaric pergi begitu saja dari kamar pribadinya. Saat akan menutup pintu terdengar suara dinginnya. "Kau adalah wanita terbodoh yang pernah aku temui."Brak!Suara dentuman keras berhasil membuat tubuh Alice tersentak. Tubuhnya ambruk beruntung dalam kamar Alaric terdapat karpet bulu yang terbentang luas sehingga tubuhnya mendarat empuk di sana."Mereka sudah berhasil, aku kalah, kalah," racau Alice.Di ruangan yang berbeda pria yang tengah menuntaskan hasratnya pada wanita lain begitu tak peduli meski wanita di bawahnya mendesah panjang."Aaahh, Alice–" lirihnya panjang. Wanita di bawahnya terluka untuk kesekian kalinya, pria yang begitu di cintainya memanggil nama wanita lain saat bersamanya. Memberontak? Tak terima? Itu tidak mungkin jika tak ingin berakhir dalam ruang penyekapan."Pergilah jalang!" sentak Alaric."T–tuan....""Kau bisa menuntaskan hasratmu dengan mereka." Ucap Alaric dingin. Alaric membersihkan dengan berbagai s

  • Penjara Cinta Sang Sultan   10. Ikuti Permainan.

    Kesibukan pelayan di kediaman Alaric tidak sedikit pun mengalihkan perhatian Alice yang memilih duduk di pinggir balkon, melihat indahnya pagi untuk pertama kalinya setelah sekian lama terkurung dalam kamar. Tak sekali pun Alice tahu tentang hari, atau pun jam. Yang terlintas dan dapat ia ketahui pagi dan malam."Non, sarapan sudah siap. Silahkan anda ke ruang makan," pelayan wanita menundukkan wajahnya saat berhadapan dengan Alice. "Terima kasih–" "Ratmi, panggil saya Ratmi, non. Jika anda menginginkan sesuatu panggil saya." Sela pelayan wanita itu."Baiklah, salam kenal mbak Ratmi,""Panggil saja Ratmi, non. Saya lebih suka begitu," "Ya,""Silahkan." Ucap Ratmi, membiarkan Alice melangkah lebih dulu dan di ikuti olehnya.Tanpa berniat untuk menjawab Alice melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Di sana tepat di depannya sosok pria yang akhir-akhir ini tak juga datang ke kamarnya setelah berapa hari yang lalu. Hanya saat itu di mana Alice harus mendatangi berkas tanpa di baca lebi

  • Penjara Cinta Sang Sultan   11. Kesucian Yang Terenggut

    Dua jam berakhir sesuai perintah Alaric. Berkas telah rapih dan kini telah di berikan pada yang empunya. Namun sayang, Alaric meremehkan kinerja Alice. Membuka satu persatu berkas di yang di berikan pada Alice hasil yang memuaskan tidak ada satu pun yang terlewat apa lagi kesalahan."Oke, tapi tunggu dulu. Kamu jangan senang dulu, aku tidak bisa percaya padamu. Sebelum melihat semua hasilnya!" Alaric membuka lembar demi lembar, tidak ada yang perlu di periksa semua sesuai."Boleh aku bertanya?" tanya Alice, lirih.Terkejut mendengar suara Alice yang ingin bertanya padanya. Alaric menutup berkas yang kini tidak menjadi minatnya."Apa yang ingin kamu, tanyakan?" Alaric memperhatikan gerak-gerik Alaric, sejak tadi begitu tanang tanpa terganggu atau pun protes meski Alaric sengaja mengulur waktu agar Alice tetap berada di dalam ruang kerjanya."Mengenai kebebasan itu, apa aku bisa–" Alice menundukkan wajahnya, takut jika Alaric akan menolak keinginannya dan hukuman itu semakin berat untukn

  • Penjara Cinta Sang Sultan   12. Kesucian Yang Terenggut 2.

    "Wanita sialan!!" erang Alaric. Alaric merasakan sakit yang luar biasa saat Alice menendang juniornya.Dengan kasar menarik tubuh Alice. Entah apa yang terjadi sehingga Alaric tak mempedulikan suara tangisan mengiba Alice. Tubuhnya sulit untuk di kendalikan, malam itu Alaric hanya ingin dengan Alice. "Diam, aku tidak butuh suara tangisanmu, Alice. Nikmati sentuhannya, aku menagihnya sekarang." Ucap Alaric, suaranya begitu berat. Sarat akan hawa nafsu yang menggebu.Alice hanya bisa menggigit bibir bawahnya sakit, nyeri, berbaur bersamaan. Ingin rasanya ia menenggelamkan tubuhnya saat itu juga. Namun, sayang hal itu tak mungkin di lakukan.'Mama, kakek, aku gagal menjaganya.' batin Alice. Air mata semakin deras seiring rasa yang begitu menyakitkan hati dan tubuhnya. Membiarkan pria yang telah membelinya untuk menikmati semua miliknya yang berharga."Alice–" rancau Alaric, di sela kegiatannya di atas tubuh Alice. Isaknya semakin menjadi meski sekuat tenaga tidak mengeluarkan suara n

  • Penjara Cinta Sang Sultan   13. Benalu Tetap Benalu.

    "Apa kau khawatir, padaku? Katakan saja pada tuanmu. Aku rasa tuan Alaric akan mengijinkannya." Ucap Alice tegas."Ba–baik, non. Akan saya katakan pada tuan Alaric."Hari yang di tunggu telah tiba, pagi ini Alice telah bersiap dengan dress berwarna jingga dengan high heels warna hitam. Rambutnya di biarkan tergerai namun, Ratmi meminta Alice untuk merapihkan rambutnya sehingga rambut panjangnya kini telah di pangkas dan bergelombang sebahu. Terlihat berkelas dan anggun Ratmi menemani Alice menyantap sarapan pagi belum pergi."Non, bawa ini." Ratmi menyerahkan berapa barang untuk Alice. Bukan hanya tas branded tetapi sebuah kartu warna hitam, dan ponsel canggih ada di depannya, kartu identitas pun ada di sana. Alice tentu terkejut dengan semua barang yang ada di depannya. Berbagai pertanyaan terlintas di benaknya, untuk apa barang-barang itu untuknya? Benarkah Alaric yang menyiapkan khusus untuknya? Kenapa pria aneh itu melakukan banyak hal untuknya sedangkan dirinya hanyalah tawanan

  • Penjara Cinta Sang Sultan   14. Siasat Baru.

    "Maafkan saya, non, terpaksa saya mengikuti anda. Saya tahu jika anda tidak akan mudah untuk masuk ke dalam rumah." Ratmi membersihkan kotoran yang menempel di tubuh Alice."Kenapa harus, mengikuti? Aku bisa menyelesaikan masalah 'ku sendiri, tanpa bantuan kalian. Ini hanya masalah keluarga 'ku dan tugas kalian hanyalah menahan 'ku saat berada di rumah tuan Alaric. Aku akan kembali ke sana, ke rumah tuan kalian. Tapi, aku tidak membutuhkan kalian di sini." Kesal Alice.Apa mereka menganggap dirinya wanita lemah? Tentu tidak, hanya saja dirinya terlalu mudah percaya dengan orang lain sehingga mereka memiliki cela untuk melakukan hal itu."Turunkan aku di depan. Aku akan pulang nanti tapi, untuk saat ini aku minta pada kalian untuk tidak ikut campur." Tegas Alice. Tanpa memberikan kesempatan pada Ratmi membela diri."Baik non," ujar Ratmi.Tidak ada pilihan selain menyerah, dan membiarkan Alice pergi. Namun, Ratmi tetap akan mengikuti tentu tanpa sepengetahuan Alice.Setelah kepergian

Bab terbaru

  • Penjara Cinta Sang Sultan   65. Hidup Tenang TAMAT

    Acara yang sudah disusun sedemikian matang akhirnya gagal karena satu hal yang tidak mungkin dilakukan mengingat akan banyak orang yang akan terlibat di dalamnya Alaric tidak ingin mengambil resiko terlebih kejadian yang belum lama ini dialami oleh istri dan anaknya sehingga rencana pun berubah. Walau demikian Alice, sebagai istri tentu mendukung penuh apa yang diinginkan oleh sang suami. Tanpa mencampuri tangan orang banyak sang suami tentu bisa menjebloskan mereka ke dalam penjara. Hari-hari berlalu dengan tenang semua yang terlibat di dalamnya pun tentu merasa takut karena selama beberapa hari ini pun tidak ada yang mengusik ataupun bergerak untuk menangkap mereka justru sebaliknya keluarga kecil itu tengah berjalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan di kota."Sebenarnya apa yang di rencanakan, kamu?""Hum, kamu keberatan dengan ketenangan ini?"Alice menggeleng tentu tidak terganggu dengan ketenangan yang dibuat oleh sang suami namun selain itu ada hal yang membuatnya merasa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   64. Terlibat

    "Ayah!!""Sayang, kamu tidak apa-apa?"Arka menggeleng cepat wajahnya ia benamkan dalam ceruk leher Alaric."Benar yang tante katakan tadi kan? Ayah akan datang untuk menyelamatkan kita. Tuan, Alaric terima kasih, sudah menyelamatkan kami.""Sayang apa mereka menyakitimu?"Arka kembali menggeleng sesaat memperhatikan Larissa yang menatapnya."Ayah, bawa aku pergi dari sini. Aku takut,""Ya, sayang, kita akan pergi."Alaric membawa Arka pergi tak lama langkahnya terhenti saat suara dari belakang terdengar."Tuan, anda tidak mengajakku pergi? Aku sudah berusaha untuk melindungi den Arka,"Tanpa mengatakan ataupun menjawab Alaric meninggalkannya begitu saja. Sesuatu terjadi dan putranya tengah ketakutan."Ben, urus wanita itu jangan biarkan salah satu lepas termasuk dia.""Baik, tuan.""Ayah, mama, mana?""Mama, sedang menunggu kita di rumah, nak. Anak ayah yang tampan dan hebat ini apa sudah bisa ceritakan pada ayah?"Arka terdiam tubuhnya terasa sedikit bergetar. Alaric tahu ada yang t

  • Penjara Cinta Sang Sultan   63. Disekap

    Alaric bersikap tenang membuat pria paruh baya mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tahu apa yang akan terjadi jika salah bicara bukan hanya dirinya tapi juga seluruh keluarga akan hancur bahkan kematiannya tidak akan terendus oleh pihak berwajib sehingga ia di nyatakan mati sewajarnya.Membayangkan hal itu membuat buku kuduknya berdiri tatapan yang terlihat tenang itu justru tatapan sebaliknya. Tatapan seorang pembunuh berdarah dingin, siapa tak kenal Alaric dalam dunia bisnis dan bawah dua orang yang di takuti banyak orang termasuk lawan bisnisnya."Haruskah aku percaya? Atau kau ingin kita bermain-main lebih dulu tuan?""Hahaha, becandamu tidak bisa membuatku tertawa. Tapi, sedikit menggelitik.""Tuan, cobalah untuk jujur agar tidak ada hal yang membuat kita tidak nyaman terlebih anda." "Boy, kau belum mengenalku sepertinya. Aku tidak pernah bermain-main dan apa yang aku katakan itu adalah sebuah kejujuran.""Oke, kali ini aku percaya tuan Rendra. Anggap saya percaya dengan perkataa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   62. Kembalikan Anakku

    Alice membuka matanya aroma obat tercium begitu menyengat di hidungnya. Memindai seluruh ruangan bercat putih. Alice mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Sesaat tubuhnya bergetar mencoba untuk bangkit namun sayang tubuhnya begitu sulit untuk di gerakkan."Sayang, kamu sudah sadar? Kamu tidak boleh bergerak, tetap seperti ini,""Arka, di mana Arka? Kamu berhasil menyelamatkan anakku kan? Katakan padaku Alaric, mana anakku!!" Alice memukul dada bidang Alaric, putranya tidak ada di sampingnya. "Sayang, kamu harus tenang ya?" Alaric mencoba untuk memeluk Alice, tapi sayang Alice tetap memberontak dan bahkan berulang kali mendorong tubuh Alaric meski tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Alice mencoba melepaskan diri saat Alaric berusaha untuk menenangkan dirinya walau tubuhnya lemah Alice tetap berusaha untuk turun mencari keberadaan putranya."Aku janji akan membawa anak kita dengan selamat. Tidak ada satu goresan dalam tubuhnya, aku janji sayang." Alaric merengkuh tubuh istrinya y

  • Penjara Cinta Sang Sultan   61. Arka Di Culik

    Alice memilih menu untuk mereka nikmati bersama tanpa bertanya karena ia tahu jika Ratmi menyukai makanan yang sama dengannya. Bahkan Larissa pun memilih makanan favorit walau ia beralasan penasaran dengan menu yang di lihatnya mengunggah seleranya. "Setelah ini anda mau ke mana nyonya?" Larissa memecah keheningan di antara mereka setelah menikmati makan siang di tempat yang di pilih oleh Arka. "Pulang, di rumah ada mama. Tapi sepertinya Arka ingin berkeliling sebentar," "Ya, nyonya anda benar sekali, sepertinya den Arka masih ingin bermain apa sebaiknya kita nunggu sebentar agar den Arka puas bermain?" usul Larissa. Alice membenarkan perkataan Larissa, selagi Emre di luar kebetulan Alice sudah lama tidak mengajak Arka bermain di luar rumah. "Ya, benar. Kita tunggu sebentar." Mereka mengikuti langkah kecil Arka yang memilih satu permainan yang di inginkan olehnya. Walau sejak tadi sudah bermain, tetapi tak terlihat lelah di wajahnya. Alice sesekali menanggapi perkataan La

  • Penjara Cinta Sang Sultan   60. Rencana Menculik Arka

    Alaric yang menceritakan semua yang terjadi di proyek pada Alice. Sebagai seorang suami ia harus jujur terhadap istrinya apapun yang terjadi di luar rasa, termasuk musibah yang menimpa mereka berdua sehingga Alaric menyelamatkan nyawa Larissa sebagai bentuk terima kasihnya yang sudah di selamatkan.Mereka memilih menginap di salah satu penginapan yang tak jauh dari proyek itu pun semua dilakukan demi rasa kemanusiaan dan tentu hal itu membuat Alice semakin mencintainya karena kejujuran laki-laki yang kini telah menjadi seorang ayah untuk putranya. "Aku tidak akan marah ataupun cemburu, apa yang kamu lakukan itu sudah benar tentu aku akan bangga dan mengucapkan terima kasih padanya untuk kedua kalinya dan menyelamatkan suamiku. Dan salah satunya karena ulah anak kita dan yang kedua adalah kamu, bagaimana jika dia tidak menyelamatkan kamu tentu saat ini kamu tidak berada di hadapanku namun sebaliknya aku dan anakku menangis mengiringi kepergianmu"Hal itu tidak mungkin terjadi padaku k

  • Penjara Cinta Sang Sultan   59. Menyelamatkan

    Kepulangan Beni dari tempat tinggal baru Gisella mendapatkan respon cepat dari Alice, bagaimana tidak. Sahabatnya memintanya untuk tidak mencari keberadaannya dan permintaan maaf atas apa yang sudah di lakukan oleh ibunya. Hal itu yang membuat Alice meminta pada Beni agar mencari keberadaan Gisella, walau terlahir dari wanita yang sama namun Gisella memiliki sifat yang jauh berbeda dengan Federica."Lalu apa yang kamu dapatkan dari jawaban cinta yang pernah kamu ungkapkan?" Wajah Beni merona mengingat jawaban apa yang diberikan oleh Gisella padanya."Aku tidak bisa menceritakannya padamu,""Kenapa? Kamu lupa kalau aku adalah istri dari bos kamu? Jika kamu tidak mengambil sikap maka akan ada salah paham. Tentunya salah satunya akan menderita jika kamu memiliki di antara mereka. Tanyakan pada hatimu siapa yang benar-benar kamu cintai di antara mereka berdua, jangan menyakiti salah satunya. Kalau aku menjadi kamu tentu aku akan mengambil jalan tengah untuk tidak memilih salah diantaran

  • Penjara Cinta Sang Sultan   58. Pilihan

    Mengubur kenangan yang penuh luka dan air mata. Berharap tempat yang baru memberikan kenangan yang indah tidak peduli seberapa kerasnya jalan di depan, baginya menjauh dan membuka lembaran baru adalah hal yang paling di inginkan.Gisella, gadis cantik yang kini berusaha menutup lembaran lama, namun sebelum pergi jauh ia memilih untuk datang ke suatu tempat yang sudah lama tidak ia kunjung.Di sana semuanya terkubur, usahanya untuk memulai yang baru kala itu kandas. Bohong jika Gisella tidak sakit hati namun dia pandai menyembunyikan di balik ekspresi wajah tenangnya."Ayah, aku kalah lagi. Aku egois, ingin meminta yang tidak bisa di lakukannya. Bagaimana kabar ayah di sana? Aku juga baik-baik saja di sini ayah. Setelah ini aku akan jarang datang mungkin tidak datang lagi, tapi doa untukmu tetap mengalir ayah. Selamat tinggal ayah, maafkan aku yang sudah berbohong, rumah kita akan aku titipkan pada orang lain. Agar kelak saat aku merindukan ayah, rumah itu masih ada. Aku sayang ayah,"

  • Penjara Cinta Sang Sultan   57. Sekertaris Baru 2

    Ucapan selamat ulang tahun dan beberapa nyanyian terdengar begitu meriah, Alaric terkejut melihat sekeliling yang penuh dengan karyawan dan asisten pribadinya pun berada diantara mereka. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kedua orang tuanya yang tiba-tiba mendekatinya dengan kue di depannya bahkan Jarvis orang kedua yang menyambut kedatangan Alaric.Secara pergantian mereka memberikan ucapan pada Alaric sebelum mereka makan siang bersama. "Terima kasih, sayang. Kerjasama kalian luar biasa. Dan kamu Beni, pantas saja sejak pagi kamu selalu menghindar begitu banyak alasan agar bisa menjauh dariku ternyata hari ini kamu lebih berpihak pada istriku daripada tuanmu sendiri." Kesal Alaric, yang sejak pagi mengerjakan semua tugasnya sendiri bahkan ponsel pribadi Beni pun sulit dihubungi. "Maafkan saya, tuan. Tapi ini sudah kami rencanakan sejak lama," "Sudah, sekarang kita makan. Hari ini kalian bebas untuk makan, jika ada yang mau bawa pulang? Silahkan bungkus untuk keluarga di rumah. Ja

DMCA.com Protection Status