"Wanita sialan!!" erang Alaric. Alaric merasakan sakit yang luar biasa saat Alice menendang juniornya.Dengan kasar menarik tubuh Alice. Entah apa yang terjadi sehingga Alaric tak mempedulikan suara tangisan mengiba Alice. Tubuhnya sulit untuk di kendalikan, malam itu Alaric hanya ingin dengan Alice. "Diam, aku tidak butuh suara tangisanmu, Alice. Nikmati sentuhannya, aku menagihnya sekarang." Ucap Alaric, suaranya begitu berat. Sarat akan hawa nafsu yang menggebu.Alice hanya bisa menggigit bibir bawahnya sakit, nyeri, berbaur bersamaan. Ingin rasanya ia menenggelamkan tubuhnya saat itu juga. Namun, sayang hal itu tak mungkin di lakukan.'Mama, kakek, aku gagal menjaganya.' batin Alice. Air mata semakin deras seiring rasa yang begitu menyakitkan hati dan tubuhnya. Membiarkan pria yang telah membelinya untuk menikmati semua miliknya yang berharga."Alice–" rancau Alaric, di sela kegiatannya di atas tubuh Alice. Isaknya semakin menjadi meski sekuat tenaga tidak mengeluarkan suara n
"Apa kau khawatir, padaku? Katakan saja pada tuanmu. Aku rasa tuan Alaric akan mengijinkannya." Ucap Alice tegas."Ba–baik, non. Akan saya katakan pada tuan Alaric."Hari yang di tunggu telah tiba, pagi ini Alice telah bersiap dengan dress berwarna jingga dengan high heels warna hitam. Rambutnya di biarkan tergerai namun, Ratmi meminta Alice untuk merapihkan rambutnya sehingga rambut panjangnya kini telah di pangkas dan bergelombang sebahu. Terlihat berkelas dan anggun Ratmi menemani Alice menyantap sarapan pagi belum pergi."Non, bawa ini." Ratmi menyerahkan berapa barang untuk Alice. Bukan hanya tas branded tetapi sebuah kartu warna hitam, dan ponsel canggih ada di depannya, kartu identitas pun ada di sana. Alice tentu terkejut dengan semua barang yang ada di depannya. Berbagai pertanyaan terlintas di benaknya, untuk apa barang-barang itu untuknya? Benarkah Alaric yang menyiapkan khusus untuknya? Kenapa pria aneh itu melakukan banyak hal untuknya sedangkan dirinya hanyalah tawanan
"Maafkan saya, non, terpaksa saya mengikuti anda. Saya tahu jika anda tidak akan mudah untuk masuk ke dalam rumah." Ratmi membersihkan kotoran yang menempel di tubuh Alice."Kenapa harus, mengikuti? Aku bisa menyelesaikan masalah 'ku sendiri, tanpa bantuan kalian. Ini hanya masalah keluarga 'ku dan tugas kalian hanyalah menahan 'ku saat berada di rumah tuan Alaric. Aku akan kembali ke sana, ke rumah tuan kalian. Tapi, aku tidak membutuhkan kalian di sini." Kesal Alice.Apa mereka menganggap dirinya wanita lemah? Tentu tidak, hanya saja dirinya terlalu mudah percaya dengan orang lain sehingga mereka memiliki cela untuk melakukan hal itu."Turunkan aku di depan. Aku akan pulang nanti tapi, untuk saat ini aku minta pada kalian untuk tidak ikut campur." Tegas Alice. Tanpa memberikan kesempatan pada Ratmi membela diri."Baik non," ujar Ratmi.Tidak ada pilihan selain menyerah, dan membiarkan Alice pergi. Namun, Ratmi tetap akan mengikuti tentu tanpa sepengetahuan Alice.Setelah kepergian
"Nyonya, apa yang anda lakukan?" ucap suster, dengan cepat memperbaiki posisi kepala Jarvis."Maksud, kamu apa suster? Jangan pikir aku akan menyakiti Ayah mertuaku, sendiri. Sebab itu tidak mungkin aku lakukan. Kamu tahu apa yang aku lakukan? Aku melihat ayah mertua menggerakkan tangannya, tubuhku yang menghalangi wajah ayah seperti sedang menyakiti. Tapi, justru itu sebaliknya aku sangat bahagia. Sayangnya posisiku menggiring opini bahwa aku akan melakukan kejahatan pada ayahku." Ucap Geya, mengusap air matanya yang mengalir.Wajahnya terlihat begitu menyedihkan namun juga sangat mengerikan disaat bersama. Bagaimana, liciknya Geya yang begitu pandai mengembalikan ketenangan pada dirinya.Keinginan untuk menguasai harta milik Edison dan mengambil alih kekuasaan harta milik mendiang ibu, Alice."Suster, tolong jaga ayah mertua. Pastikan tidak ada yang datang untuk menemuinya, kecuali anggota keluarga." Ucap Geya, sebelum pergi."Baik Nyonya." Sahut suster jaga. Seperti yang di lakuka
Geya terkejut mendengar perkataan Alice, meski dia pandai untuk menyembunyikan dan mengembalikan keadaan tetapi yang dikatakan oleh keponakannya benar-benar membuatnya tak mampu untuk membantah."Bibi, tidak perlu terkejut seperti itu. Aku akan ada di sini, jika bibi keberatan? Silahkan bibi keluar dari sini." Cetus Alice.Melewati Geya menuju ruang makan bahkan semua pelayan pun sudah berubah. Tidak ada satu orang pun yang mengenalinya itu membuat Alice semakin ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di keluarganya."Anda ingin apa? Kenapa Anda sampai ke dapur?" sapa seorang wanita muda yang diperkirakan usia sama dengan Alice."Jika kamu lapar, apa yang akan kamu lakukan?Kemana kamu akan mengambil makanan?" tanya Alice, tenang. Tanpa menjawab pertanyaan dari pelayan baru."M–maaf, jika Anda membutuhkan sesuatu Anda bisa memanggil saya, untuk menyiapkannya. Dan maaf saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Anda tetapi, disini saya yang memiliki kekuasaan karena nyonya d
Wajahnya seketika berubah mengingat apa yang telah terjadi padanya dan pria yang telah membelinya. Siapa lagi kalau bukan Alaric. Laki-laki yang sampai saat ini belum pernah ia lihat wajahnya, hatinya mendadak di landa kecemasan."Kau hamil Alice? Wah! Bahkan kau belum menikah, bagaimana mungkin kamu hamil?" cecar Federica."Tapi itu wajar aja sih! Secara kamu 'kan jadi simpanan pria tua itu. Wajar hamil, tapi sayang hamilnya kamu tanpa suami!" sambungnya, mengejek.Mengetahui Alice hamil membuat Federica mudah untuk menjual berita yang akan mengguncang media dan tentunya sangat kakek.Dengan kabarnya Alice hamil di luar nikah akan menjadi topik trending, sehingga petinggi perusahaan akan menolak keras kehadiran Alice terlebih untuk menjadi pemimpin perusahaan."Bener yang di katakan Federica, Alice? Kau hamil tanpa suami? Menjijikan, 'kau tidak pantas tinggal di sini. Ayah tidak akan membiarkan kamu mencoreng nama baik keluarga!" sentak Edison.Amarah menguasai hatinya, tidak peduli
Selama ini Alaric menunggu waktu yang tepat untuk memperkenalkan siapa Alice dan hubungan apa yang terjalin di antara mereka. Namun, masalah yang di hadapi Alice begitu rumit dan Alaric tidak ingin membuat wanitanya berada dalam masalah yang akan menyita perhatian istrinya."Mama bisa tarik kata-kata mama? Alice adalah wanita yang terhormat dan dia terlahir dari keluarga terpandang. Aku akan mengatakan pada mama dan memperkenalkan siapa Alice. Tapi, tidak sekarang ada waktu di mana aku umumkan hubungan kami. Kenapa Alice tinggal di sini karena itulah permintaanku aku yang selalu memaksanya dia tinggal di sini meskipun dia menolak tapi aku memaksanya jadi dia bukanlah perempuan yang murahan yang mudah jatuh dalam pelukan pria." Ujar Alaric kesal. Tidak di pinggir yang dikatakan ibunya benar-benar membuatnya kecewa begitu rendah memandang wanita yang dia cintai meski hal itu tidaklah sepenuhnya salah karena ibunya tidak mengenali siapa Alice."Oke! Anggap saja mama percaya padamu, Al.
"Siapa bilang nona Alice, hamil di luar nikah? Saya adalah ayah dari anak yang di kandung nona Alice!" Mereka saling pandang sosok yang kini memasuki ruang rapat berhasil membuat mereka terdiam. Shock dengan kehadiran seseorang yang tak pernah memperlihatkan wajahnya. Ini adalah kali pertama Alaric menampakkan dirinya di depan umum. "Hei, siapa anda? Kenapa masuk ke sini? Lancang, satpam seret orang itu dari ruangan ini!" seru Federica. Dua keamanan datang mereka mencekal tangan Alaric. Sikap tenang yang di tunjukan membuat mereka yang berada di ruang rapat saling pandang, terlebih mereka berempat yang menatap Alaric."Apa perlu memperkenalkan diri? Sepertinya pak Gugun sudah lebih dari cukup untuk mengetahui siapa saya." Ucap Alaric, dari luar bodyguard melepaskan tangan Alaric yang di cekal dua keamanan.Alaric mendekati Alice memeluk pinggang dengan lembut."Tutup mulutnya, kalau tidak aku cium." Lirih Alaric di telinga Alice, yang diam dengan mulut menganga.Melihat Alice yang