"Siapa bilang nona Alice, hamil di luar nikah? Saya adalah ayah dari anak yang di kandung nona Alice!" Mereka saling pandang sosok yang kini memasuki ruang rapat berhasil membuat mereka terdiam. Shock dengan kehadiran seseorang yang tak pernah memperlihatkan wajahnya. Ini adalah kali pertama Alaric menampakkan dirinya di depan umum. "Hei, siapa anda? Kenapa masuk ke sini? Lancang, satpam seret orang itu dari ruangan ini!" seru Federica. Dua keamanan datang mereka mencekal tangan Alaric. Sikap tenang yang di tunjukan membuat mereka yang berada di ruang rapat saling pandang, terlebih mereka berempat yang menatap Alaric."Apa perlu memperkenalkan diri? Sepertinya pak Gugun sudah lebih dari cukup untuk mengetahui siapa saya." Ucap Alaric, dari luar bodyguard melepaskan tangan Alaric yang di cekal dua keamanan.Alaric mendekati Alice memeluk pinggang dengan lembut."Tutup mulutnya, kalau tidak aku cium." Lirih Alaric di telinga Alice, yang diam dengan mulut menganga.Melihat Alice yang
Suara tawa memenuhi ruangan mereka menertawakan Alaric dan Alice. Tetapi, tidak sebagian orang yang justru mereka saling pandang dan memilih untuk tetap duduk dengan menundukkan wajahnya.Mereka tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Nama Alaric adalah salah satu nama yang di takutkan. Meski tidak pernah memperlihatkan wajahnya."Saya tidak mempermasalahkan jika kalian tidak percaya dengan pengakuan Tuan, saya. Tapi, yang pasti bahwa tuan bisa membalikkan keadaan saat ini dan anda Tuan Edison, bersiaplah karena sebentar lagi mungkin Anda akan menerima konsekuensinya." Ujar Gugun.Edison dan beberapa yang masih tertawakan kejujuran Alaric, seketika diam. Namun, bukan diam karena takut tetapi mereka hanya ingin menahan tawa yang mungkin akan meledak."Saya tidak sedang berbicara dengan Anda. Tapi, dengan pemuda yang mengaku sebagai tuan Alaric." Kelas Edison.Gugun mengangkat bahunya membuat Edison semakin menjadi menertawakan dan mempermalukan dirinya di depan petinggi perusahaan. Wa
Alice tertekun mendengar penuturan Gugun. Kini tatapannya beralih pada pria yang ternyata suaminya. Rasa sesal dan marah kini menyatu, dimana saat penyatuan itu membuatnya kecewa. Namun, kini tak perlu lagi karena semua yang ia lakukan karena hak suami dan kewajibannya sebagai istri. "Masih ragu? Akan aku jelaskan pernikahan kita. Begini, kita bicara di kamar saja." Bisik Alaric, mengedipkan sebelah matanya.Alaric membimbing Alice masuk ke dalam mobil berdua memutuskan untuk pulang ke rumah setelah lelah mendera mereka. Di tengah jalan Alaric memutuskan untuk mampir di salah satu restoran namun, sayangnya Alice menolak mentah-mentah."Aku tahu apa yang kamu inginkan. Maafkan, aku sayang," Alaric melajukan mobilnya, mansion adalah pilihannya meski Alice ingin kembali di rumah ibunya.Alaric tidak ingin jika sang istri terlalu banyak berfikir dan lelah menghadapi mereka. Sehingga Alaric melarangnya, tentu itu tak berlangsung lama. Sebab, Alaric ingin mereka tahu posisi dimana Alice y
Geya tersenyumin sinis melihat sang suami menundukkan wajahnya dan kini keluar menuju balkon."Ingatlah apa yang aku lakukan semua hanya untuk masa depan kita dan juga Federica. Kamu tahu bagaimana kehidupan kita dan aku sebagai istrimu tentu tidak ingin mengalami kebangkrutan untuk kesekian kalinya. Tapi, aku tidak melakukan apapun pada ayahmu semua ini karena kesalahan dari kamu berapa kali aku harus katakan lakukanlah dengan cepat tidak perlu menggunakan tangan kita sendiri. Tapi tangan orang lain dengan begitu kita akan tetap aman tapi faktanya? Kamu sendiri yang menunda semua rencana dan lihat semua yang kita lakukan sudah diketahui. Sekarang apa yang akan kamu lakukan kalau bukan rencana yang aku buat sendiri." Ujar Geya. Menjelaskan semua rencana yang sebelumnya mereka buat secara mata namun, semua tidak berjalan sesuai rencana meski hal itu mereka tahan hingga sampai detik ini dan yang lebih menyakitkan dan mengejutkan mereka di mana pembicaraan mereka yang diketahui oleh Jar
Tanpa pikir panjang Geya, melihat sekeliling keadaan yang mendukung. Geya berlari mengejar Jarvis melihat Jarvis bicara dengan cepat mendorong tubuh pria tua hingga terpental kepalanya terbentur, ponselnya yang ada di tangannya terjatuh hingga hancur. Geya tersenyum meski panik.Usai memeriksa denyut nadi Jarvis Geya mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang sudah menunggu kabar darinya. Preman yang sudah dihubungi tidak berselang lama datang, mereka terus memantau kediaman Jarvis sesuai perintah. Preman manipulasi keadaan sehingga posisi Geya tetap aman."Kalian bawa pria tua itu. Lakukan sesuai rencana. Jangan tinggalkan jejak sedikit pun. Kalian paham?" "Baik, anda jangan khawatir. Kami profesional jadi jangan ragukan kami, jangan lupa untuk mentransfer uangnya.""Jangan pikirkan itu, akan aku berikan uang muka sisanya setelah tugas kalian selesai. Berikan video ataupun foto hasilnya setelah itu kalian pergilah sejauh mungkin." Ucap Geya tegas.Setelah kepergian preman dari r
"Oke. Kabar keduanya, apa? Atau masih ada dua kabar lagi yang belum kamu katakan padaku?Salah satunya mengenai anak itu?" cecar Geya."Tuan Alaric sudah menyiapkan semua untuk acara pernikahan yang akan diumumkan di media selain itu undangan akan dikirimkan lusa itu artinya kita masih memiliki waktu hanya sehari untuk menggagalkan rencana mereka. Jika anda ingin mengetahui di mana keberadaan Tuan besar, mereka yang memindahkan rumah sakit lain. Tapi, sebelum itu kita bekerjasama dengan orang lain yang memudahkan langkah kita untuk mendapatkan keduanya. Setidaknya kita tidak perlu bersusah payah untuk menggagalkan rencana mereka. Dan ini alamat rumah sakit tuan Jarvis di rawat, nyonya," ujar Gisella, menjelaskan semua Tania ada yang tertinggal.Gisella memperhatikan wajah Geya yang terlihat puas dengan kabar yang ia berikan. Sejak lama Gisella bekerjasama dengan Geya. Namun, baru berapa tahun Gisella di perkenalkan pada Edison. Selain menjadi juru bicara keluarga Ravindra, Gisella adal
Rumah duka ramai keluarga dan pelayat tidak sedikit yang turut mendoakan kepergian Jarvis. Alunan doa mengelilingi jasad Jarvis isak tangis mereka terdengar begitu kehilangan sosok sang jutawan. Siapa yang tidak kenal Jarvis Ravindra, pemilik utama perusahaan raksasa dan bisnis yang tak terhitung jumlahnya. Memiliki anak kembar melengkapi kebahagiaan Jarvis, meninggalkan sang istri membuat Jarvis harus membesarkan putranya seorang diri. Itulah kenapa anak kembarnya memiliki sifat yang berbeda.Amukan seseorang yang berhasil memicu keamanan menghadang di depan pintu masuk. Meski berhasil melewati keamanan tetapi Alaric gagal dalam menghindar."Kau pembunuh ayahku, anak kurang ajar berani kau berbuat seperti ini pada ayahku! Anak sialan dan kau Alice, sejak dulu kau hanyalah anak pembawa sial. Orang yang dekat denganmu akan menjadi korbannya! Seharusnya kau yang mati bukan saudaraku dan istrinya! Sekarang kau bunuh juga ayahku. Pergi kau anak membawa sual!" Edison mendorong tubuh Alari
Acara makan malam yang panas Edison dan Geya tidak terima peraturan yang di buat oleh Alice. Terlebih kursi yang biasa di duduki oleh Jarvis. Edison menginginkan kedudukan yang di miliki sangat ayah.**Pagi harinya Alaric meminta Alice untuk pulang ke mansion, melihat sikap Edison dan Geya yang memperlihatkan ketidak sukaannya pada Alice membuat Alaric tidak nyaman saat meninggalkan Alice bersama dengan mereka terlebih sosok Albert yang terus mencuri pandang pada Alice, seperti yang di lakukannya saat acara makan malam tadi."Aku tidak mau kamu di sini terus, sekarang bersiaplah, kita pergi dari sini. Kita bisa berkunjung ke sini kapan saja aku tidak bisa meninggalkan kamu, terlebih aku akan ada di luar kota selama dua sampai tiga hari. Jika kamu berada di mansion aku jauh lebih tenang," Alaric mengulurkan tangan, meriah wajah Alice yang sendu. "Ada apa?" tanya Alaric.Kehadiran Alaric yang tiba-tiba mengaku sebagai suami dan ayah dari anak yang di kandungnya membuat Alice begitu ca