Share

Lonceng Kematian - 17

PAHAMBALANG lari laksana dikejar setan. Walau sekujur tubuhnya telah mandi keringat dan tenaganya hampir terkuras namun dia lari terus. Dalam dukungannya terbujur sosok Ruhmintari yang telah jadi mayat, mulai kaku dan dingin. Walau telah berkurang namun masih ada darah yang mengucur dari luka besar di perut perempuan malang ini.

Di satu kawasan bebukitan berbatu-batu, Pahambalang mulai terhuyung. Nafasnya menyengat panas di tenggorokan dan dadanya menggemuruh sesak. Dalam keadaan seperti itu dia masih juga terus berlari. Puncak bukit! Dia berusaha mencapai puncak bukit batu itu! Tapi ketika satu tonjolan batu menyandung kaki kirinya, tak ampun lagi Pahambalang terguling jatuh. Dengan sosok istrinya masih dalam dukungan, lelaki ini menggelinding belasan tombak ke bawah bukit lalu terhampar di samping sebuah batu besar.

Pahambalang mengerang pendek lalu bangkit dan duduk. Mayat istrinya diletakkan di pangkuan. Dia memandang berkeliling. "Ruhmintari istriku! Di mana aku j

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status