Kemunculannya pasti membawa dendam. Karena Jin Muka Seribu tahu Ruhcinta bukan gadis sembarangan dan merupakan murid seorang nenek sakti bernama Jin Lembah Paekatakhijau dan juga merupakan cucu kandung nenek sakti lainnya yang dijuluki Jin Penjunjung Roh.
Mengingat sampai di situ Jin Muka Seribu diam-diam menjadi was-was. Apalagi dia mempunyai pantangan membunuh perempuan. Akan cukup sulit baginya untuk menghadapi langsung dua gadis jelita berkepandaian tinggi itu. Dia memandang berkeliling, menghitung jumlah orang dan mengukur kekuatan di pihaknya. Walau dia tidak meremehkan kemampuan dua kakek sakti yang ada bersamanya namun Jin Muka Seribu tetap saja merasa khawatir. Kakek hidung besar jelas tidak bisa diandalkan lagi.
Maka makhluk yang mengaku Raja Diraja Segala Jin ini lantas memberi isyarat pada empat orang lelaki berjubah yang menjadi pengusungnya. Melihat tanda ini Keempat orang itu segera keluarkan suitan keras. Dua kali berturut-turut. Hanya beberapa saat set
Habis berkata begitu Si Betina Bercula melompat ke hadapan Bintang. Bintang segera mundur menjauh. Tapi lengannya sudah terpegang dan tahu-tahu mulut Betina Bercula sudah berada dekat telinga kirinya. Bintang cepat tarik tangan dan jauhkan kepalanya. Namun Betina Bercula masih sempat menjilat daun telinga sang pendekar. Sambil tertawa cekikikan lelaki yang berperangai banci ini kembali ke tempatnya semula. ”Hai! Telingamu pahit-pahit asin. Tapi lumayan! Enak juga! Hik... hik. hik!"Bintang usap telinganya yang barusan dijilat tengkuknya terasa merinding. Dalam hati dia memaki panjang pendek."Kalian semua dengar!” Tiba-tiba Jin Muka Seribu membentak.”Kita kemari bukan untuk bergurau. Tapi untuk menangkap Dewi itu hidup-hidup, juga kawannya yang berpakaian biru itu. Tugas paling utama adalah membunuh pemuda asing bernama Bintang itu!""Penguasa tertinggi Istana Surga Dunia! Kami siap melakukan!” kata Pahidungbesar sambil
"Hai, kau sudah tidak sabar rupanya sahabatku. Baik, aku akan naik ke punggungmu. Tapi aku harus berhati-hati. Jangan sampai aku jatuh Hai Zeus. Terbangkan aku ke tempat di mana beradanya Dewi Awan Putih“ Sekali melompat Ruhcinta telah berada di atas awan putih itu. Tanpa menunggu lebih lama Zeus segera melesat terbang ke arah timur. Bintang yang berada di bawah sempat melihat Zeus bertanya-tanya siapa adanya penunggang berbaju biru yang jelas bukan Dewi Awan Putih adanya. Selagi dia bertanya-tanya seperti itu tak lama kemudian Bintang melihat seekor kura-kura terbang melintas di udara.Dari arah yang ditujunya agaknya kura-kura itu mengikuti awan putih dari kejauhan. Bintang sudah tahu siapa adanya penunggang kura-kura terbang itu. Yakni bukan lain dara cantik bernama Ruhjelita.Saat itu Bintang ingat dan ingin sekali menemui dua temannya yaitu Bayu dan Arya. Pada saat ditinggal mereka masih menunggui obat yang diberikan oleh Jin Obat Seribu agar tubuh mereka ju
"Aku seperti mencium bau harum.”kata Ruhcinta."Betul! Itu adalah harum bau tubuh dan pakaian Dewi Awan Putih!” kata Bintang pula.”Kau tunggu di sini. Aku akan memeriksa ke balik batu besar itu."Sambil memperhatikan Bintang menuruni lereng bukit, dalam hati Ruhcinta berkata. ”Sampai sedekat mana hubungan pemuda itu dengan Dewi Awan Putih. Bagaimana dia bisa mengenali harum bau tubuh dan pakaian sang Dewi...? Hai.Mengapa aku berpikir sampai ke situ. Kalaupun antara mereka ada jalinan hubungan tertentu kurasa wajar-wajar saja. Bukankah Dewi bermata biru itu sangat cantik dan baik budi Dewi lakunya?” Ruhcinta termangu sesaat. Dia tersentak ketika mendengar teriakan Bintang dari balik batu."Ruhcinta! Lekas kemari! Aku menemukan Dewi Awan Putih!"Ruhcinta segera menuruni lereng bukit batu. Bintang dilihatnya berdiri di depan sebuah goa. Ketika dia merunduk dan memperhatikan ke dalam goa benar saja. Di dalam sana terbujur sosok p
Binatang ini serta meria melesat ke udara meninggalkan sosok serba hitam di atas batu sana.Kembali pada Bintang dan Ruhcinta. ”Sekarang alirkan tenaga dalammu "Ruhcinta bukannya melakukan apa yang dikatakan Bintang, tapi malah pandangi pemuda itu dengan matanya yang bening bagus. Dipandangi seperti itu pendekar kita jadi bingung sendiri. ”Kalau begini, sampai pagi tak akan jadi-jadinya aku menolong Dewi Awan Putih.”Lalu Bintang kerahkan tenaga dalamnya. Aliran hawa sakti itu menyusup masuk ke dalam dua jari Ruhcinta. Begitu ujung jari si gadis bergetar tanda tenaga dalam yang dialirkan sudah mencapai ujung-ujung jari, Bintang segera tusukkan jari-jari itu ke bagian leher Dewi Awan Putih yang kebiru-biruan. Saat itu juga Dewi Awan Putih buka sepasang matanya yang biru. Dia melihat langit. Lalu melihat Ruhcinta dan terakhir sekali pandangannya membentur Bintang."Di mana aku. Apa yang terjadi? Hai Ruhcinta.”Dewi Awan Putih
"Dewi sesat! Kau telah banyak mencelakai kawan-kawanku! Hari ini aku mewakili mereka menghukummu!” teriak Si Pembedol Usus. Nenek ini marah sekali. Karena dua larik sinar biru dari mata sang Dewi memaksa dia menarik pulang serangannya yang tadi dianggapnya dapat merobek perut Ruhcinta. Didahului pekik melengking sosok si nenek melesat dua tombak ke atas. Tapi aneh dan mengerikannya dua tangannya yang hitam melayang tertinggal di sebelah bawah seolah tanggal dari persendian, melesat menyambar ke perut sang Dewi."Dua Tangan Pembetot Roh” seru Dewi Awan Putih mengenali serangan ganas yang dilancarkan si nenek. Dengan tenang dia membuat gerakan mengelak.Namun tidak disangka, dari sebelah atas kaki kanan lawan yang tadi melayang ke udara, menderu mengincar batok kepalanya sebelah belakang! Dan lebih celakanya lagi di saat yang sama payung daun milik Si Jin Sinting berputar melayang, menyambar ke arah leher kanan Dewi Awan Putih. Seperti diketahui payung itu wa
PADA waktu Pasulingmaut menggebukkan suling tengkoraknya dan asap beracun mengepul ganas, Bintang segera tutup jalan nafas dan rundukkan kepala seraya balas menghantam dengan pukulan Tapak Guntur. Bintang berlaku cerdik. Yang digempurnya bukan kakek di atas dukungan tetapi justru kakek yang mendukung yakni Si Pahidungbesar.Seperti diketahui Pahidungbesar sebelumnya telah terluka parah di bagian dada sebelah dalam akibat tendangan Bintang. Tulang dada dan beberapa iganya remuk. Walau dia telah diberi tambahan kekuatan oleh Pasulingmaut namun keadaan lukanya yang cukup parah membuat Pahidungbesar hanya bisa bertahan selama empat jurus. Di jurus-jurus selanjutnya dia mulai kelabakan menjadi bulan-bulanan serangan Bintang. Apa lagi Bintang sengaja menghantam dengan pukulan-pukulan sakti mengandung tenaga dalam tinggi.Pahidungbesar mulai terhuyung-huyung. Dua kakinya tidak mampu lagi membentuk kuda-kuda bertahan apalagi menyerang. Menyadari keadaan kawan yang mendukungnya
Pada saat yang genting itu tiba-tiba dari balik batu besar di samping kiri melesat satu bayangan hitam.Luar biasa sekali gerakan orang ini karena dia mampu menangkap suling tengkorak yang sesaat lagi akan menghantam kepala Bintang'.Bintang melengak kaget. Berpaling dia dapatkan dirinya berhadap-hadapan dengan seorang berpakaian serba hitam. Wajah orang ini tertutup sejenis tanah liat yang juga berwarna hitam."Makhluk hitam, aku tidak tahu kau ini setan kesiangan atau manusia sepertiku! Yang aku tahu kau barusan telah menyelamatkan jiwaku. Aku berhutang budi berhutang nyawa padamu. Aku menghaturkan terima kasih“ Bintang lalu membungkuk dalam-dalam."Kraaakk! Kraaakkk!"Tangan hitam yang mencekal suling tengkorak bergerak meremas secara aneh. Suling dan tengkorak hancur berkeping-keping. Asap hitam mengepul tapi sudah kehilangan racun jahatnya.“Astaga“ Bintang tercekat kaget.Si hitam ini memandang ke jurusan Dewi
WALAU amarah Jin Muka Seribu, Pasulingmaut dan nenek Si Pembedol Usus meluap luar biasa melihat kematian Pahidungbesar. Namun kedua orang ini jadi terpaksa menahan diri ketika melihat munculnya sosok orang serba hitam yang selama ini menjadi nomor satu di kalangan orang Istana Surga Dunia, apa lagi begitu muncul langsung menangkap dan meremas hancur suling tengkorak. Selain itu empat orang pengusung tandu yang barusan di Perintah untuk mengurung Bintang saat itu sama-sama terkesiap dan ciut nyali masing-masing begitu melihat Pahidungbesar meregang nyawa dengan cara sangat mengerikan.Apa lagi saat itu Si Jin Sinting terkapar di tanah dalam keadaan lumpuh tidak berdaya. Betina Bercula, walaupun tak kurang suatu apa tapi nyalinya telah leleh. Banci satu ini tengah berpikir bagaimana bisa meninggalkan tempat itu dengan aman. Tidak ketahuan Jin Muka Seribu juga tidak ketahuan pihak lawan.“Jin Budiman...” desis Jin Muka Seribu dan Pasulingmaut hampir berbarenga