"Mawar kuning..." desis Dewi Awan Putih ”Bunga ini hanya tumbuh di Taman Larangan. Mengapa bisa berada di sini? Apakah Bunda Dewi tahu kalau dua kuntum mawar kuning ini terselip di antara bunga-bunga lainnya dalam jambangan?" Tiba-tiba Dewi Awan Putih ingat. Tangannya bergetar ”Mawar kuning ini mawar beracun! Mawar inilah yang tempo hari hampir membunuh Bintang di telaga. Hai para Dewa! Jangan-jangan”
Takut keracunan Dewi Awan Putih selipkan kembali dua kuntum mawar kuning itu di antara bunga-bunga dijambangan rotan paling bawah. Namun selintas pikiran muncul di benaknya ”Kalau benar apa yang kuduga, aku harus mempunyai bukti. Dua bunga mawar kuning beracun itu harus kuambil dan kusembunyikan. Lalu aku harus menyelidik. Atau mungkin aku akan tanyakan terus terang padanya? Berarti aku harus menyusulnya saat ini juga! Tidak kusangka! Hai, sungguh tidak kusangka!"
Cepat-cepat Dewi Awan Putih hendak mengambil dua kuntum bunga mawar yang barusan dile
"Dewi Awan Putih, dengar baik-baik apa yang akan kukatakan. Aku tidak suka kau memikat suamiku! Aku tidak suka melihat kau bercinta dengan Maithatarun!""Mahluk kurang ajar! Siapa memikat suamimu! Siapa bercinta dengan Maithatarun!" Teriakan Dewi Awan Putih menggelegar di dalam kamar besar itu."Jangan kira aku buta Hai Dewi Awan Putih. Aku punya kemampuan melihat apa yang kau lakukan. Aku punya kemampuan mengawasi tindak tanduk suamiku!""Kalau kau mempunyai kemampuan mengapa kau tidak bertindak ketika Maithatarun bercinta di sebuah goa batu pualam dengan Ruhjelita?! Jika kau punya kemampuan mengapa kau tidak bertindak terhadap Ruhsantini istri Jin Bara Kaliatus yang sejak beberapa lama ini selalu kemana-mana bersama Maithatarun?!"Ruhrinjani tertawa panjang mendengar kata-kata Dewi Awan Putih itu ”Kau hendak mengalihkan pembicaraan. Saat ini bukan Perihal gadis bernama Ruhjelita itu yang ingin aku bicarakan. Soal Ruhsantini tidak usah kau korek-ko
Kakek berpenampilan dahsyat di puncak bukit batu yang menghadap ke laut itu hentikan samadinya. Telinganya menangkap suara kaki-kaki berlari di kejauhan. Matanya yang tadi terpejam dibuka sedikit."Ada dua orang yang berlari. Mudah-mudahan mereka..." membatin si kakek. Orang tua ini mengenakan sehelai jubah putih. Rambutnya panjang di sebelah belakang, melambai-lambai ditiup angin laut Yang dahsyat dari manusia ini adalah kepalanya. Dia memiliki otak yang terletak di luar kepala, antara kening dan ubun-ubun. Otak ini diselubungi oleh sejenis benda atos berbentuk kening sehingga otak yang bergerak berdenyut-denyut itu bisa dilihat dengan jelas!"Kakek Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab! Kami datang!"Kesunyian yang hanya dibayangi suara halus tiupan angin laut di tempat itu dipecah oleh dua seruan perempuan berseru berbarengan. Kakek yang tengah bersamadi gerakkan kepalanya.Begitu dia membuka sepasang matanya lebih besar, dua gadis berparas cantik, sama-sama m
Ruhkemboja lalu menuturkan riwayat pertemuan-nya dengan Bintang. Tak lupa dia juga menerangkan kemunculan Dewi Awan Putih."Hai, banyak keanehan rupanya terjadi di Negeri Jin. Menurut kabar yang aku dengar sebenarnya Dewi Awan Putih sudah sejak lama menaruh hati pada pemuda dari negeri manusia itu. Mengapa kini dia bersekutu membantu kalian?""Bisa saja terjadi kalau pemuda itu sebenarnya adalah seorang hidung belang!" kata Ruhkenanga."Apa maksudmu cucuku Ruhkenanga?" 'anya Jin Sejuta Tanya Jawab.Ruhkemboja dan Ruhkenanga lalu mengarang cerita bahwa mereka telah memergoki Ksatria Pengembara dan Ruhjelita tengah melakukan perbuatan mesum di sebuah goa di kawasan terpencil.Berubahlah wajah tua Jin Sejuta Tanya Jawab. Otaknya tampak menggembung lebih besar dan berdenyut keras. Berkali-kali kakek ini gelengkan kepalanya."Tak bisa kupercaya! Hai, sungguh tak bisa kupercaya.. Dua cucuku, kalian menyaksikan sendiri kejadian itu?" tanya Jin Seju
"Dewi Awan Putih! Kami sahabatmu datang!"Dewi Awan Putih terkejut Ada orang berseru memanggilnya. Dia cepat berpaling dan dapatkan Bayu serta Arya sudah berada di sampingnya."Hemm... Kalian.." Hanya itu ucapan yang keluar dari mulut sang Dewi. Dalam keadaan seperti itu, apalagi Bayu dan Arya adalah sahabat-sahabat Bintang yang kini dibencinya, Dewi Awan Putih bersikap seperti tidak acuh. Dalam hati dia berkata ”Kalau Bintang bersifat sekeji itu, dua sahabatnya ini, keduanya pasti bangsa bajingan juga! Aku tidak lagi bisa mempercayai orang-orang dari negeri manusia itu! Ternyata mereka jahat busuk semua!""Dewi Awan Putih, apakah kau baik-baik saja selama ini?" bertanya Arya.Dewi Awan Putih pandangi wajah Arya. Dia tidak mau menjawab. Sebenarnya dia merasa heran dan ingin bertanya sewaktu melihat Arya tidak lagi mempunyai daun telinga sebelah kanan. Tapi karena sedang kalut ditambah mendadak saja timbul rasa benci terhadap dua sahabat Bintang ini
Habis berkata begitu Bayu tarik tangan Arya mengajaknya pergi dari tempat itu. Sambil melangkah mengikuti Bayu, Arya berkata ”Dasar geblek! Perlu apa kau memberi tahu semua itu kepadanya. Kenapa tidak kau katakan saja sekalian kalau Bintang telah memiliki banyak istri!""Biar dia tahu rasa! Mungkin dia merasa cantik sendiri di atas langit dan di kolong bumi ini! Kalau saja dia bisa datang ke tanah Jawa dia akan lihat bahwa gadis-gadis di sana banyak yang lebih cantik dan lebih mulus kulitnya dari dia. Mentang-mentang kita orang kesasar enak saja dia mau melecehkan kita! Aku sebenarnya sudah gerah. Ingin buru-buru angkat kaki dari negeri celaka ini”"Aku juga," menyahuti Arya ”Tapi sebelum daun telingaku sebelah kanan kudapat kembali bagaimana mungkin aku bisa pergi!"Bayu tertawa cekikikan ”Lama-lama di negeri aneh ini kau bisa berubah jadi mahluk aneh. Sekarang saja tampangmu sudah tidak karuan! Mata lebar jereng! Kuping cuma satu! Kek,
Bintang berdiri di atas kepingan batu besar berbentuk perahu tertelungkup itu. Jauh di sebelah utara menjulang Gunung Patinggimeru."Kawasan aneh..." membatin Ksatria Pengembara ”Batu-batu yang ada di sini semuanya berbentuk ganjil. Mengapa Ruhjelita meminta aku datang ke bukit batu ini?" Agak jauh di sebelah sana ada tiga buah batu berbentuk tiang. Ujungnya lancip runcing seolah hendak menusuk langit Sang pendekar ingat ”Itu tiga batu yang dikatakan Ruhjelita. Di situ dia akan menemuiku."Memandang ke arah barat Bintang melihat matahari sedang menggelincir ke titik tenggelamnya ”Malam masih agak lama. Rembulan belum tentu cepat muncul. Apakah benar dugaanku bahwa malam ini malam bulan purnama penuh seperti yang dikatakan Ruhjelita?" Saat itu Bintang mendadak ingat pada pertemuannya terakhir sekali dengan Ruhcinta beberapa waktu lalu ”Aku sempat berkata padanya bahwa aku tidak mencintai Ruhjelita ataupun Dewi Awan Putih. Mungkin aku terlalu tolo
"Aku sengaja bicara berdekat-dekat begini, bukan maksud apa-apa," kata Bunda Dewi seolah tahu apa yang ada dalam benak atau hati sang Pendekar. ”Kegelapan malam bisa saja memiliki telinga yang dapat mendengar. Saputan angin mungkin saja merupakan suara yang menebar jauh ke tempat tak terduga. Duduk berdekatan begini aku bisa bicara lebih perlahan, untuk menjaga segala kemungkinan."Bintang tambah tidak mengerti. Mengapa pembicaraan itu seolah satu rahasia besar yang jangankan orang lain tapi udara malampun tak boleh mendengarkanya? Dia menunggu sampai sang Dewi akhirnya melanjutkan bicaranya."Hai, sejak beberapa waktu lalu telah tersebar kabar bahwa kau telah melakukan satu aib besar terhadap Ruhjelita, di satu goa.. Kau tahu, perbuatan ini bukan saja mencemari Negeri Jin, tetapi juga menjadikan satu pemandangan menusuk mata bagi kami para Dewi di Negeri Atas Langit.""Dugaanku tidak meleset!" kata Bintang dalam hati ”Hal sialan itu yang hendak dibi
Lama Bunda Dewi terpana mendengar ucapan Ksatria Pengembara itu. Untuk beberapa saat sepasang matanya sampai tidak berkedip-kedip memandangi si pemuda. Perlahan-lahan Bintang bangkit berdiri. Tapi tiba-tiba Bunda Dewi memegang lengan 'sang Pendekar dan berkata ”Jangan pergi dulu. Pembicaraan kita belum selesai”Bintang merasa adanya kehangatan dalam pegangan Bunda Dewi ”Aku ingin melakukan sesuatu untuk menolongmu," bisik sang Dewi."Apa yang hendak kau lakukan Bunda Dewi?""Kau tahu, dengan tersebarnya berita aib itu keadaan dirimu sebenarnya terancam bahaya. Bukan mustahil ada pihak tertentu ingin mencelakai dirimu”"Saya memang sudah dicelakai!" kata Bintang pula sambil menyeringai."Mungkin juga ada yang berniat jahat hendak membunuhmu," ujar Bunda Dewi."Itupun sudah dilakukan orang. Secara kasar dan secara diam-diam. Terakhir sekali saya pernah hendak dibunuh dengan mawar kuning beracun yang kabarnya hanya