Beranda / Fantasi / Penguasa Dunia Persilatan / Pertemuan Tak Terduga

Share

Pertemuan Tak Terduga

Penulis: Ririn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-05 16:30:27

Beberapa jam setelah terjatuh dan tak sadarkan diri di dekat mulut gua, Wiratama mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Walau masih merasakan sakit di bagian kepala, tapi dia tetap memaksakan tubuhnya bergerak dan bersandar di dinding gua.

"Aku masih hidup?" Untuk beberapa saat, Wiratama terdiam dalam posisi tubuh bersandar. Dia ingin meredam rasa sakitnya itu terlebih dahulu sebelum memikirkan rencana lainnya.

"Andai aku menguasai ilmu kanuragan sehebat kakek, mungkin rasa sakit ini .... " Ucapan Wiratama tiba-tiba terhenti, saat teringat dengan kata-kata kakeknya ketika dia dipaksa berlatih ilmu kanuragan.

"Alirkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh secara perlahan ketika sedang terluka. Itu akan sedikit meredakan rasa sakit sebelum kau mendapatkan pertolongan lebih lanjut."

"Mengalirkan tenaga dalam keseluruh tubuh? Apa dia pikir itu mudah?!!" Wiratama sempat mengumpat kesal, namun pada akhirnya, dia mencoba menggunakan jurus itu karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalanya.

"Alirkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh secara perlahan ..." Wiratama mengambil sikap duduk bersila, dia kemudian mengikuti semua petunjuk yang pernah dikatakan kakeknya dulu. Namun, setelah cukup lama berusaha, wajah Wiratama mulai memburuk karena tak ada yang terjadi pada tubuhnya.

Sebagai cucu dari ketua Lembah Siluman yang merupakan perguruan terkuat di dunia persilatan, Wira sebenarnya dimanjakan oleh kitab-kitab kanuragan terbaik yang bisa membuatnya menjadi pendekar terkuat.

Namun karena sifatnya yang urakan dan membenci dunia persilatan, Wira tak pernah benar-benar mempelajari ilmu kanuragan itu. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di perguruan Lembah Siluman untuk memasak, satu-satunya hal yang paling disukainya karena dengan memasak, Wira bisa mengingat sosok ibunya yang tewas secara misterius.

"Sial, andai saja saat itu aku sedikit mendengarkan ucapan kakek, mungkin saja ... " Wira yang hendak merebahkan kembali tubuhnya ditanah, tiba-tiba dikejutkan dengan jatuhnya sebuah kitab dari balik pakaiannya.

"Kitab Pedang Matahari?" Wiratama mengernyitkan dahinya saat membaca halaman depan kitab itu, dia merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat.

"Tunggu, bukankah kitab ini milik Kakek tua itu?" Disambarnya kitab berwarna coklat tua itu dengan penuh semangat.

"Jika ini adalah kitab kanuragan, seharusnya ada bagian-bagian yang menjelaskan cara untuk mengendalikan tenaga dalam."

Wiratama mulai membuka halaman demi halaman kitab Pedang Matahari dengan penuh semangat, hingga akhirnya dua bola matanya tertuju pada tulisan yang berada di tengah kitab itu.

"Pedang Matahari memiliki delapan gerbang tingkatan dewa, dan masing-masing tingkatan membutuhkan kontrol tenaga dalam Ledakan Matahari yang sempurna untuk membukanya.”

"Tenaga dalam Ledakan matahari?!" Wiratama mulai membaca tahapan demi tahapan yang tertulis di dalam kitab itu sebelum memejamkan matanya. Dia mencoba menarik energi yang ada di dalam tubuhnya sesuai petunjuk kitab itu.

"Sang surya yang menjadi pusat alam semesta bercahaya tak pernah berasa.

Bergerak lembut dan cepat tiada tara

Sebagai Energi kehidupan manusia. Tertunduk dan berputar dalam raga. Di waktu malam tetap ada, Di waktu siang jadi pelita. Itulah salah satu cara untuk merasakan aliran energi didalam tubuh.

Cukup lama Wira mencoba mengikuti semua petunjuk yang ada di dalam kitab itu, hingga akhirnya dia sadar jika semua tak semudah bayangannya. Wira bahkan menghabiskan satu hari penuh hanya untuk memahami arti dari merasakan aliran energi dalam tubuh.

Satu hal yang membuat Wiratama bingung adalah kitab itu seolah menjelaskan sesuatu yang saling bertentangan. Dibagian pertama jelas tertulis, jika syarat utama untuk mempelajari kitab Pedang Matahari adalah menguasai tenaga dalam ledakan matahari terlebih dahulu.

Sedangkan di bagian akhir, kitab itu menjelaskan jika ingin mempelajari tenaga dalam Ledakan matahari, Wira harus melatih tubuhnya terlebih dulu dengan cara berlatih jurus Pedang Matahari.

Dua penjelasan yang bertentangan itulah yang membuat Wira bingung harus memulai dari mana agar bisa menguasai tenaga dalam dewa matahari.

"Ah persetan dengan semua penjelasan kitab ini, aku hanya perlu menarik energi tersembunyi di dalam tubuhku .... " Wiratama yang merasakan sakit dikepalanya semakin menjadi kemudian memutuskan untuk menabrak semua aturan yang ada di dalam kitab itu.

"Yang terpenting saat ini adalah meredam sakit di kepalaku terlebih dulu," Wiratama kembali memusatkan konsentrasinya, dan ketika percikan energi mulai muncul dari tubuhnya dia kembali membuka matanya.

"Tunggu, apa itu Cakra Mahkota?" Ucap Wiratama polos sambil meraih kembali kitab pedang Matahari untuk mencari penjelasan tentang Cakra Mahkota.

"Cakra Mahkota adalah Cakra ketujuh atau cakra terakhir manusia yang terletak di bagian atas kepala, yang berfungsi sebagai "jembatan" untuk menyalurkan tenaga ke seluruh tubuh.

Titik cakra terakhir ini menjadi kunci utama untuk mempelajari tenaga dalam. Kosongkan pikiranmu dan atur nafas secara perlahan untuk membuka gerbang Cakra Mahkota."

"Bagian atas kepala? Lalu bagaimana aku bisa tau cakra mahkota milikku sudah terbuka atau belum," Wiratama meraba kepalanya sebelum memejamkan matanya kembali.

Waktu terus berlalu dan tidak terasa pagi kembali datang. Wiratama yang masih duduk dalam posisi bersila dengan mata terpejam tidak menyadari jika tubuhnya kini sudah sedikit terangkat ke udara.

"Ringan sekali ... Apa ini yang sering mereka sebut dengan tenaga dalam?" Ucapnya dalam hati.

Wiratama kemudian membuka matanya dan betapa terkejutnya dia, saat melihat goresan-goresan panjang di dinding gua seperti terkena tebasan pedang.

"Goresan apa ini? Sepertinya tadi belum ada? Apa mungkin .... " Wira baru saja hendak menyentuh goresan di dinding gua itu saat terdengar suara langkah kaki dari kejauhan.

"Itu pasti si Tua bangka!!" Wiratama memasukkan kitab pedang matahari ke dalam pakaiannya dan bergegas lari keluar, namun betapa terkejutnya dia ketika tubuhnya terasa begitu ringan hingga dalam hitungan detik sudah berada di luar gua.

Bersamaan dengan keluarnya Wiratama dari dalam gua, seorang wanita tiba-tiba muncul dari dalam hutan dan berlari ke arahnya.

"Nona, apa yang sedang kau lakukan di hutan ini...." Belum sempat Wira menyelesaikan ucapannya, wanita itu sudah melompat dari atas pohon dan menggunakan wajahnya sebagai pijakan untuk melewati sebuah sungai yang berada tak jauh dari gua.

Tubuh Wiratama langsung oleng dan tersungkur kedalam sungai, begitu kaki wanita itu menginjak wajahnya.

"Hei bodoh!! apa kau sudah gila?! Cepat pergi dari sini atau dia akan membunuhmu!" teriak gadis cantik itu sebelum pergi tanpa menunggu jawaban Wiratama.

"Wanita sialan! Ingin melarikan diri setelah menginjak wajah orang lain? Jangan bermimpi!" Ucap Wira sebelum bergerak mengejarnya.

Wanita cantik itu terus bergerak lincah menembus hutan lebat sambil sesekali menoleh ke belakang.

"Dasar bodoh, semoga saja dia tidak dibunuh oleh para pendekar itu!!" wajah wanita itu berubah lega saat melihat gunung tinggi yang menjadi tujuannya mulai terlihat.

"Syukurlah, aku selamat, kakek pasti akan.... " Ucapan wanita itu tiba-tiba tertahan saat merasakan sesuatu mendekat dengan sangat cepat dari arah belakang.

"Ti.... tidak mungkin, aku sudah menggunakan ajian Langkah kaki Dewa Angin, bukankah seharusnya mereka tidak bisa mengejar lagi," gadis itu memutar tubuhnya cepat dan betapa terkejutnya dia saat melihat Wira sudah berjarak beberapa jengkal darinya.

"Gawat, cepat menghindar. Aku tidak bisa menghentikan langkahku!" teriak Wira sebelum tubuhnya menabrak gadis itu hingga keduanya terjatuh.

"Maaf Nona, aku .... "

"Singkirkan tangan kotormu itu dari tubuhku!!" Menggunakan jurus tapak, gadis itu melempar Wiratama yang ada di atas tubuhnya.

"Hei, tunggu. Aku benar-benar tidak sengaja..." Wiratama tersentak kaget ketika merasakan sesuatu menghantam tubuhnya keras, sebelum terlempar dan membentur salah satu pohon besar yang ada di sekitarnya.

"Hei, apa kau sudah gila? Setelah menginjak wajahku seenaknya sekarang kau ingin membunuhku?" Teriak Wira kesal.

"Maaf, aku ... " Gadis itu menatap pemuda berwajah bodoh yang ada di hadapannya bingung. Walau dia tidak menggunakan seluruh tenaga dalamnya, tapi seharusnya Tapak Dewa Naga yang tidak sengaja digunakannya tadi sudah cukup untuk melukainya.

“Oh ... Jadi kau diam saja karena merasa bersalah ya? Baik, aku akan menginjak wajahmu dan menganggap semuanya impas," Wiratama berjalan mendekat dan mengangkat kakinya tinggi.

"Kau berani menyakiti wanita lemah sepertiku?" Sebuah pukulan kembali menghantam tubuh Wiratama.

"Wanita lemah katamu? Apa pukulan mematikan ini pantas disebut lemah? Kau benar-benar membuatku marah!" Wiratama mengepalkan tangannya dan bersiap menyerang, namun tiba-tiba sesosok bayangan dengan aura membunuh yang besar melesat dari belakang menginjak kepalanya.

"Apa kau pikir bisa melarikan diri dariku gadis nakal?" Pendekar itu melesat dengan kecepatan tinggi sambil melepaskan serangannya.

"Tapak memindahkan Langit dan Bumi!"

"Gawat, dia berhasil mengejarku," sadar tidak akan bisa menghindar, gadis itu kemudian menggunakan Tapak Dewa Naganya kembali sambil memejamkan matanya untuk menyambut serangan tiba-tiba itu.

"Duar!!"

Sebuah ledakan tenaga dalam yang sangat besar terjadi ketika kedua telapak tangan mereka berbenturan.

"Ledakan energi ini...." Gadis itu memberanikan diri membuka matanya dan menemukan lawannya terlempar cukup jauh.

"Tapak memindahkan Langit dan Bumi milik perguruan Harimau Merah? Besar sekali nyali kalian berani menyerang Cucuku di wilayah kekuasaan Taring Rajawali," hardik seorang pria tua yang berdiri di belakang gadis itu.

"Kakek .... " Ucap gadis itu lega.

Bab terkait

  • Penguasa Dunia Persilatan   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Anggara Seta?! Gawat, aku berada dalam masalah besar kali ini," ucap pendekar itu terkejut sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya."Kakek, bagaimana kau bisa ada di .... ""Cukup Ayu! Kau tau apa yang akan terjadi jika Kakek datang terlambat? Setelah masalah ini selesai, Kakek akan memastikan kau dihukum berat," Pria tua itu menggerakkan tangannya ke depan dan bersiap menyerang."Perguruan Taring Rajawali tidak pernah mencari masalah dengan siapa pun, tapi jika ada yang memulainya duluan, pantang bagi si Tua ini berdiam diri," Pria yang dipanggil Anggara Seta itu tiba-tiba bergerak menyerang dengan kecepatan tinggi."Sial, si Tua ini jelas bukan lawan yang mudah untuk dihadapi. Aku harus segera mencari cara untuk melarikan diri jika tidak ingin mati konyol," Pendekar itu menyambut serangan yang terarah padanya dengan hati-hati.Keduanya langsung bertukar jurus di udara dan dalam waktu singkat, mulai terlihat jelas perbedaan kekuatan di antara mereka. Kecepatan dan variasi serang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Penguasa Dunia Persilatan   Peguruan Taring Rajawali

    Sinar matahari baru saja muncul dari langit dan menembus celah-celah dinding kokoh perguruan Taring Rajawali, saat Ayu Utari berjalan ke arah aula utama dengan wajah cemas. Dia yakin Kakeknya itu akan marah besar kali ini dan menghukumnya setelah kejadian penyerangan kemarin yang hampir membuatnya tewas. Sebagai cucu satu-satunya yang sedang dipersiapkan untuk menggantikannya kelak, Anggara Seta memang mendidik Ayu dengan sangat keras. Dia bahkan tidak diizinkan keluar perguruan sendirian tanpa pengawalan karena khawatir para pendekar aliran Hitam akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuhnya. "Kakek pasti akan memarahiku habis-habisan," umpatnya dalam hati.Sudah terbayang dalam pikiran Ayu, Kakeknya itu akan mengungkit semua kesalahannya selama ini, dan membandingkan dengan Ibunya yang merupakan pendekar wanita terbaik Taring Rajawali sebelum tewas dalam sebuah pertarungan dengan pendekar misterius."Kakek pasti akan membandingkan aku dengan Ibu tanpa memikirkan .... " Wajah A

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertarungan Dua Pendekar Terkuat

    Di bawah guyuran hujan dan sambaran petir yang menggelegar, dua orang pria setengah baya terlihat berdiri sambil mengatur nafasnya. Keduanya hanya diam dan saling menatap satu sama lain tanpa bergerak sedikit pun.Sekilas, tak ada yang aneh dengan mereka, namun jika dilihat lebih teliti, tetesan air hujan yang mengguyur tubuh mereka berubah memerah karena bercampur dengan darah yang terus keluar dari luka sayatan pedang di tubuh masing-masing.Salah satu pendekar yang terlihat lebih tua dan berwajah tegas, tiba-tiba menyarungkan kembali pedangnya menandakan sudah bersiap dengan serangan terakhirnya.Melihat lawannya sudah menyarungkan pedangnya, pendekar satunya yang mengenakan penutup wajah bergambar pedang menyilang mulai meningkatkan kembali konsentrasinya. Dia sadar, dalam ilmu pedang, serangan paling berbahaya adalah ketika pedang itu pertama kali meninggalkan sarungnya.Tak mudah untuk menghadapi tipe jurus pedang seperti itu karena tidak ada yang benar-benar tahu ke mana arah d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • Penguasa Dunia Persilatan   Bakat Misterius

    Seratus tahun kemudian…Suasana Hutan Alas Purwo masih tampak gelap ketika seorang pemuda melesat dengan kecepatan tinggi, menembus rimbunnya hutan itu. Sambil sesekali menoleh kebelakang, dia bergerak lincah dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa peduli udara dingin yang menusuk hingga ke tulangnya."Kali ini aku tidak boleh tertangkap lagi oleh si tua itu atau…." Wajah pemuda itu tiba tiba berubah kesal ketika sesosok bayangan yang mengejarnya sudah terlihat dibelakang, padahal dia sangat yakin sudah berlari dengan sekuat tenaga dan meninggalkannya cukup jauh di belakang."Bagaimana bisa tua bangka itu bergerak secepat ini," dengan nafas yang sudah tak beraturan, pemuda itu mencoba meningkatkan kecepatannya agar tidak tertangkap untuk kesekian kalinya."Mau sampai kapan kau terus berlari seperti itu Wira? Ilmu meringankan tubuhmu memang sangat mengejutkan untuk seseorang yang tidak pernah belajar kanuragan, tapi itu semua tidak akan berarti di hadapanku," Melihat kecepatan pemuda it

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • Penguasa Dunia Persilatan   Perguruan Lembah Siluman

    "Apa katamu!! Wiratama melarikan diri lagi?" Seorang pria setengah baya berwajah tegas langsung menggebrak meja saat mendengar laporan bahwa cucu kesayangannya telah melarikan diri dari perguruan."Mohon maafkan aku ketua, tuan muda sepertinya melarikan diri melalui pintu belakang saat terjadi pergantian penjagaan. Kami sudah berusaha mengejarnya sekuat tenaga sampai kaki gunung Semeru tapi tak berhasil," Jawab pemuda berperawakan kurus dengan suara bergetar menahan takut."Mengejar cucuku?! Apa kalian pikir mampu melakukannya?" Bentak pria itu kesal.Pemuda itu langsung terdiam dengan wajah tertunduk. Dia tampak pasrah karena bagi para pendekar Lembah Siluman, gagal menjalankan tugas sama saja dengan mati."Sifat anak itu benar benar mirip dengan ibunya yang selalu mempermalukan aku dan perguruan Lembah Siluman!!" Pria tua itu terdiam sesaat, dia berusaha mengendalikan amarahnya terlebih dahulu sebelum memberikan perintah."Airin, bawa beberapa pendekar Lembah Siluman Perak dan temu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Penguasa Dunia Persilatan   Munculnya Ajian Kuno

    "Kakang Setya !!" Para pendekar Tapak Beracun tersentak kaget saat melihat tubuh temannya sudah melayang di udara dalam posisi telapak tangan menempel di dada Wiratama."Cepat bantu aku, pemuda sialan ini terus menghisap tenaga dalam dan energi kehidupanku!" Teriak Setya panik.Dengan wajah yang semakin memucat, Setya terlihat berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Wiratama. Namun, sekuat apapun dia berusaha, lengannya seperti menyatu dengan kulit pemuda itu.Setya semakin berteriak kesakitan ketika tenaga dalam yang terhisap keluar dengan kecepatan tinggi itu mulai melukai urat nadinya."Menghisap tenaga dalam? Tua bangka sialan! Jurus terlarang apa yang kau ajarkan pada bocah itu," Melihat tubuh Setya berubah keriput dan mengering dengan sangat cepat, dua pendekar Tapak Beracun itu langsung bergerak melewati Sudarta untuk membantu temannya."Hei tunggu, jangan mendekatinya! Kalian bisa ikut terbunuh jika menyentuh tubuhnya!" Sudarta berusaha memperingatkan para pendekar itu namun

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05

Bab terbaru

  • Penguasa Dunia Persilatan   Peguruan Taring Rajawali

    Sinar matahari baru saja muncul dari langit dan menembus celah-celah dinding kokoh perguruan Taring Rajawali, saat Ayu Utari berjalan ke arah aula utama dengan wajah cemas. Dia yakin Kakeknya itu akan marah besar kali ini dan menghukumnya setelah kejadian penyerangan kemarin yang hampir membuatnya tewas. Sebagai cucu satu-satunya yang sedang dipersiapkan untuk menggantikannya kelak, Anggara Seta memang mendidik Ayu dengan sangat keras. Dia bahkan tidak diizinkan keluar perguruan sendirian tanpa pengawalan karena khawatir para pendekar aliran Hitam akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuhnya. "Kakek pasti akan memarahiku habis-habisan," umpatnya dalam hati.Sudah terbayang dalam pikiran Ayu, Kakeknya itu akan mengungkit semua kesalahannya selama ini, dan membandingkan dengan Ibunya yang merupakan pendekar wanita terbaik Taring Rajawali sebelum tewas dalam sebuah pertarungan dengan pendekar misterius."Kakek pasti akan membandingkan aku dengan Ibu tanpa memikirkan .... " Wajah A

  • Penguasa Dunia Persilatan   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Anggara Seta?! Gawat, aku berada dalam masalah besar kali ini," ucap pendekar itu terkejut sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya."Kakek, bagaimana kau bisa ada di .... ""Cukup Ayu! Kau tau apa yang akan terjadi jika Kakek datang terlambat? Setelah masalah ini selesai, Kakek akan memastikan kau dihukum berat," Pria tua itu menggerakkan tangannya ke depan dan bersiap menyerang."Perguruan Taring Rajawali tidak pernah mencari masalah dengan siapa pun, tapi jika ada yang memulainya duluan, pantang bagi si Tua ini berdiam diri," Pria yang dipanggil Anggara Seta itu tiba-tiba bergerak menyerang dengan kecepatan tinggi."Sial, si Tua ini jelas bukan lawan yang mudah untuk dihadapi. Aku harus segera mencari cara untuk melarikan diri jika tidak ingin mati konyol," Pendekar itu menyambut serangan yang terarah padanya dengan hati-hati.Keduanya langsung bertukar jurus di udara dan dalam waktu singkat, mulai terlihat jelas perbedaan kekuatan di antara mereka. Kecepatan dan variasi serang

  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertemuan Tak Terduga

    Beberapa jam setelah terjatuh dan tak sadarkan diri di dekat mulut gua, Wiratama mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Walau masih merasakan sakit di bagian kepala, tapi dia tetap memaksakan tubuhnya bergerak dan bersandar di dinding gua."Aku masih hidup?" Untuk beberapa saat, Wiratama terdiam dalam posisi tubuh bersandar. Dia ingin meredam rasa sakitnya itu terlebih dahulu sebelum memikirkan rencana lainnya."Andai aku menguasai ilmu kanuragan sehebat kakek, mungkin rasa sakit ini .... " Ucapan Wiratama tiba-tiba terhenti, saat teringat dengan kata-kata kakeknya ketika dia dipaksa berlatih ilmu kanuragan."Alirkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh secara perlahan ketika sedang terluka. Itu akan sedikit meredakan rasa sakit sebelum kau mendapatkan pertolongan lebih lanjut.""Mengalirkan tenaga dalam keseluruh tubuh? Apa dia pikir itu mudah?!!" Wiratama sempat mengumpat kesal, namun pada akhirnya, dia mencoba menggunakan jurus itu karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalany

  • Penguasa Dunia Persilatan   Munculnya Ajian Kuno

    "Kakang Setya !!" Para pendekar Tapak Beracun tersentak kaget saat melihat tubuh temannya sudah melayang di udara dalam posisi telapak tangan menempel di dada Wiratama."Cepat bantu aku, pemuda sialan ini terus menghisap tenaga dalam dan energi kehidupanku!" Teriak Setya panik.Dengan wajah yang semakin memucat, Setya terlihat berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Wiratama. Namun, sekuat apapun dia berusaha, lengannya seperti menyatu dengan kulit pemuda itu.Setya semakin berteriak kesakitan ketika tenaga dalam yang terhisap keluar dengan kecepatan tinggi itu mulai melukai urat nadinya."Menghisap tenaga dalam? Tua bangka sialan! Jurus terlarang apa yang kau ajarkan pada bocah itu," Melihat tubuh Setya berubah keriput dan mengering dengan sangat cepat, dua pendekar Tapak Beracun itu langsung bergerak melewati Sudarta untuk membantu temannya."Hei tunggu, jangan mendekatinya! Kalian bisa ikut terbunuh jika menyentuh tubuhnya!" Sudarta berusaha memperingatkan para pendekar itu namun

  • Penguasa Dunia Persilatan   Perguruan Lembah Siluman

    "Apa katamu!! Wiratama melarikan diri lagi?" Seorang pria setengah baya berwajah tegas langsung menggebrak meja saat mendengar laporan bahwa cucu kesayangannya telah melarikan diri dari perguruan."Mohon maafkan aku ketua, tuan muda sepertinya melarikan diri melalui pintu belakang saat terjadi pergantian penjagaan. Kami sudah berusaha mengejarnya sekuat tenaga sampai kaki gunung Semeru tapi tak berhasil," Jawab pemuda berperawakan kurus dengan suara bergetar menahan takut."Mengejar cucuku?! Apa kalian pikir mampu melakukannya?" Bentak pria itu kesal.Pemuda itu langsung terdiam dengan wajah tertunduk. Dia tampak pasrah karena bagi para pendekar Lembah Siluman, gagal menjalankan tugas sama saja dengan mati."Sifat anak itu benar benar mirip dengan ibunya yang selalu mempermalukan aku dan perguruan Lembah Siluman!!" Pria tua itu terdiam sesaat, dia berusaha mengendalikan amarahnya terlebih dahulu sebelum memberikan perintah."Airin, bawa beberapa pendekar Lembah Siluman Perak dan temu

  • Penguasa Dunia Persilatan   Bakat Misterius

    Seratus tahun kemudian…Suasana Hutan Alas Purwo masih tampak gelap ketika seorang pemuda melesat dengan kecepatan tinggi, menembus rimbunnya hutan itu. Sambil sesekali menoleh kebelakang, dia bergerak lincah dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa peduli udara dingin yang menusuk hingga ke tulangnya."Kali ini aku tidak boleh tertangkap lagi oleh si tua itu atau…." Wajah pemuda itu tiba tiba berubah kesal ketika sesosok bayangan yang mengejarnya sudah terlihat dibelakang, padahal dia sangat yakin sudah berlari dengan sekuat tenaga dan meninggalkannya cukup jauh di belakang."Bagaimana bisa tua bangka itu bergerak secepat ini," dengan nafas yang sudah tak beraturan, pemuda itu mencoba meningkatkan kecepatannya agar tidak tertangkap untuk kesekian kalinya."Mau sampai kapan kau terus berlari seperti itu Wira? Ilmu meringankan tubuhmu memang sangat mengejutkan untuk seseorang yang tidak pernah belajar kanuragan, tapi itu semua tidak akan berarti di hadapanku," Melihat kecepatan pemuda it

  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertarungan Dua Pendekar Terkuat

    Di bawah guyuran hujan dan sambaran petir yang menggelegar, dua orang pria setengah baya terlihat berdiri sambil mengatur nafasnya. Keduanya hanya diam dan saling menatap satu sama lain tanpa bergerak sedikit pun.Sekilas, tak ada yang aneh dengan mereka, namun jika dilihat lebih teliti, tetesan air hujan yang mengguyur tubuh mereka berubah memerah karena bercampur dengan darah yang terus keluar dari luka sayatan pedang di tubuh masing-masing.Salah satu pendekar yang terlihat lebih tua dan berwajah tegas, tiba-tiba menyarungkan kembali pedangnya menandakan sudah bersiap dengan serangan terakhirnya.Melihat lawannya sudah menyarungkan pedangnya, pendekar satunya yang mengenakan penutup wajah bergambar pedang menyilang mulai meningkatkan kembali konsentrasinya. Dia sadar, dalam ilmu pedang, serangan paling berbahaya adalah ketika pedang itu pertama kali meninggalkan sarungnya.Tak mudah untuk menghadapi tipe jurus pedang seperti itu karena tidak ada yang benar-benar tahu ke mana arah d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status