Beranda / Fantasi / Penguasa Dunia Persilatan / Perguruan Lembah Siluman

Share

Perguruan Lembah Siluman

Penulis: Ririn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-05 14:38:21

"Apa katamu!! Wiratama melarikan diri lagi?" Seorang pria setengah baya berwajah tegas langsung menggebrak meja saat mendengar laporan bahwa cucu kesayangannya telah melarikan diri dari perguruan.

"Mohon maafkan aku ketua, tuan muda sepertinya melarikan diri melalui pintu belakang saat terjadi pergantian penjagaan. Kami sudah berusaha mengejarnya sekuat tenaga sampai kaki gunung Semeru tapi tak berhasil," Jawab pemuda berperawakan kurus dengan suara bergetar menahan takut.

"Mengejar cucuku?!  Apa kalian pikir mampu melakukannya?" Bentak pria itu kesal.

Pemuda itu langsung terdiam dengan wajah tertunduk. Dia tampak pasrah karena bagi para pendekar Lembah Siluman, gagal menjalankan tugas sama saja dengan mati.

"Sifat anak itu benar benar mirip dengan ibunya yang selalu mempermalukan aku dan perguruan Lembah Siluman!!" Pria tua itu terdiam sesaat, dia berusaha mengendalikan amarahnya terlebih dahulu sebelum memberikan perintah.

"Airin, bawa beberapa pendekar Lembah Siluman Perak dan temukan Wiratama apapun caranya! Kali ini, aku sendiri yang akan menghukumnya," Perintah pria itu pada seorang pendekar wanita yang berdiri dibelakangnya.

"Pendekar Siluman Perak? Mohon maafkan aku ketua, tapi apa tidak terlalu berlebihan mengirim mereka…."

"Apa kau tidak mendengar perintahku?" Pria tua itu tiba tiba menggerakkan tangannya kearah pemuda malang yang masih berlutut dihadapannya dan mencabut pedangnya dari jarak jauh.

Dengan satu kibasan tangan, pedang yang sangat tajam itu tiba tiba berputar di udara sebelum melesat cepat dan memenggal leher pemuda itu.

"Jika kau tidak ingin bernasib sama dengannya, pergi dari hadapanku sekarang juga dan bawa cucuku kembali!!!" Ucap pria itu dingin.

"Ba… Baik ketua, aku akan segera membawa tuan muda kembali," Jawab Airin cepat sambil menelan ludahnya.

"Anak bodoh itu!!! Apa sebenarnya yang ada didalam kepalanya? Apa dia tidak sadar nyawanya akan melayang jika para pendekar aliran putih mengetahui jati dirinya," Umpat pria itu sambil mengepalkan tangannya.

***

"Hei, apa kau tidak bisa makan dengan cara biasa? Jika nafsu makan itu tidak bisa kau kendalikan, suatu saat dirimu akan tewas tersedak," Sudarta menggelengkan kepalanya saat melihat cara makan Wira, ini pertama kalinya dia melihat manusia dengan nafsu makan sebesar itu.

"Kau terlalu banyak bicara orang tua. Makan ya makan, caranya memang seperti ini," Balas Wira sinis sebelum menyambar ayam hutan terakhir yang masih berada di atas api unggun. Dia tampak tidak peduli jika potongan ayam itu harusnya menjadi milik Sudarta yang belum makan sama sekali.

Dan sekarang kau tidak menyisakan sama sekali makanan untukku?" Balas Sudarta sinis.

"Apa kau selalu cerewet seperti ini….." Wiratama menghentikan ucapannya sesaat untuk menelan potongan ayam hutan yang ada di mulutnya sebelum kembali bicara.

"Dengarkan aku baik-baik tua bangka, kau sudah menghajarku habis-habisan, jadi apa salahnya memberikan makanan ini semua. Lagipula kau bisa menangkap belasan bahkan mungkin puluhan ayam hutan dengan ilmu meringankan tubuhmu. Lalu kenapa harus meributkan makanan yang sedikit ini?"

"Tapi aku yang menangkap ayam hutan itu, setidaknya sisakan sedikit untuk mengganjal perutku," Protes Sudarta cepat.

Wiratama tak lagi menjawab ucapan Sudarta. Konsentrasinya sudah terfokus pada potongan ayam hutan terakhir ditangannya.

"Selain itu, untuk seorang pendekar, apa yang kau lakukan ini adalah sebuah kesalahan besar. Bagaimana bisa kau memakan ayam hutan pemberian seseorang yang baru saja dikenal tanpa curiga ada racun didalamnya?" Lanjut Sudarta.

"Racun? Jangan bercanda, walau kau adalah orang tua yang menyebalkan, tapi aku yakin dirimu tidak akan melakukan hal hina seperti itu."

"Kau yakin?" Balas Sudarta cepat.

Wiratama langsung terdiam setelah mendengar ucapan Sudarta, wajahnya mulai berubah ketika melihat senyum licik terbentuk di bibir pria dihadapannya itu.

"Kau tidak benar benar meracuni makan ini bukan?" Kejar Wiratama.

"Racun Kalajengking Perak diciptakan oleh seorang ahli racun bernama Karsa yang tewas beberapa tahun lalu. Keunikan dari racun ini adalah tidak memiliki rasa dan bau sehingga sangat sulit dideteksi.

"Kita bahkan tidak akan sadar sedang terkena racun ini sebelum darah segar mulai keluar dari hidung dan telinga sebagai tanda organ dalam mulai terluka," Jawab Sudarta sambil menunjuk hidung Wiratama.

"Tidak mungkin, kau…." Wiratama menghentikan ucapannya saat merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat bercak merah ada ditangannya.

"Sepertinya efek racun itu mulai merusak aliran darahmu. Jika kau ingin selamat, jangan banyak bergerak terlebih dahulu dan ikuti semua perintahku," Ucap Sudarta sambil mengamati darah segar yang keluar dari hidung Wiratama.

"Kau benar benar benar sudah gila, tua bangka! Cepat berikan penawarnya padaku sekarang!!" Wiratama langsung bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sudarta. Namun, baru saja kakinya hendak melangkah, tubuhnya tiba tiba kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.

"Sial, rasanya sakit sekali, tubuhku seperti terbakar kobaran api…. Kakek tua, cepat berikan penawarnya padaku," Pinta Wiratama sambil merangkak mendekati Sudarta.

"Maafkan aku nak, bakat besar yang kau miliki terlalu berharga untuk di sia-siakan. Hanya ini satu satunya cara yang bisa aku lakukan untuk memaksamu mempelajari ilmu kanuragan," Sudarta menatap Wiratama iba sambil memegang penawar racun yang dia sembunyikan di balik pakaiannya.

"Hei, apa kau tidak mendengarkan aku? Cepat berikan penawar racunnya dan berhentilah mempermainkan nyawa orang!!!" Teriak Wiratama kembali.

"Sayangnya aku tidak memiliki penawar itu karena rahasia racun Kalajengking Perak ikut terkubur bersama penciptanya....." Sudarta  berjalan mendekati Wiratama dan membantunya duduk sebelum melepaskan dua totokan di ditubuhnya.

"Apa katamu, tidak ada penawarnya?" Bentak Wiratama semakin panik.

"Tak ada gunanya berteriak seperti itu sekarang, ikuti saja semua yang aku perintahkan jika kau ingin selamat," Balas Sudarta sebelum mengalirkan tenaga dalamnya ke tubuh Wiratama untuk menahan penyebaran racun Kalajengking Perak.

"Sebenarnya, masih ada satu cara untuk menyelamatkan nyawamu, yaitu dengan mengeluarkan racun Kalajengking Perak dengan tenaga dalam Ledakan Matahari milikku."

"Tenaga dalam? Tidak! Bukankah sudah ribuan kali aku katakan tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kanuragan!" Balas Wiratama cepat.

"Aku hanya memberitahumu cara untuk mengeluarkan racun itu. Jika kau memang tidak tertarik, aku tak akan memaksa," Jawab Sudarta pelan.

"Kau!!! Jadi ini tujuanmu sebenarnya meracuniku!" Wiratama berusaha mencekik Sudarta, namun tangannya dengan cepat ditepis oleh pria tua dihadapannya itu.

"Kau memiliki tubuh istimewa yang diimpikan oleh semua pendekar dunia persilatan. Aku hanya berniat membantumu untuk….." Belum sempat Sudarta menyelesaikan ucapannya, tiga orang dengan penutup wajah tiba tiba muncul dari balik pepohonan dan langsung bergerak menyerangnya.

"Sudarta, berikan nyawamu!!!" Teriak para pendekar itu.

"Perguruan Tapak Beracun? Sial, mereka datang disaat yang tidak tepat," Sudarta memutar tubuhnya cepat dan menyambut serangan mereka bersamaan.

"Jurus pedang Dewa Naga naik ke langit!"

Saat serangan mereka hampir berbenturan, salah satu pendekar perguruan Tapak Beracun menarik serangannya. Dia kemudian bergerak menyamping dan mengincar Wiratama yang masih belum bisa bergerak.

"Gawat, dia mengincar anak itu…." Sudarta berusaha menghadang pendekar itu, namun dua temannya melempar jarum beracun yang memaksa Sudarta melompat mundur.

"Pemuda itu terlihat lemah, sepertinya aku bisa menjadikannya sebagai sandera untuk memaksa si tua itu menyerahkan kitab pedang matahari," Pendekar itu memusatkan tenaga dalam di tangan kanannya sebelum melepaskan jurus tapak ke tubuh Wiratama.

"Tapak Penghancur tulang!!!"

"Hei tunggu, aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu," Wiratama mencoba bergerak menghindar, namun karena gerakannya yang melambat akibat efek racun kalajengking Perak, serangan pendekar itu mendarat telak di tubuhnya.

"Buagh!"

Wiratama langsung menjerit kesakitan, terlebih setelah energi tapak penghancur langit mulai menyebar ke seluruh tubuhnya.

"Kalian!!! Apa pantas cara kotor seperti ini dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai pendekar?" Sudarta meningkatkan kecepatannya, dia berusaha menjauhkan dua orang yang terus menekannya.

"Jangan berlagak suci Sudarta, apa kau pikir aku tidak tau darimana kau mendapatkan kitab pedang Matahari?" Balas lawannya.

Pertarungan ketiganya meningkat dengan cepat, walau kemampuan dua pendekar Tapak Beracun itu masih berada dibawah Sudarta, tapi gabungan serangan pedang dan formasi jarum beracun mereka mampu menyulitkan pendekar yang pernah menyandang gelar terkuat sebelum dikalahkan oleh ketua Lembah Siluman.

Saat konsentrasi Sudarta sudah benar benar terfokus pada dua pendekar Tapak Beracun, sebuah teriakan kesakitan tiba tiba terdengar di udara.

"Kau! Bagaimana kau bisa menghisap tenaga dalamku!!!"

"Menghisap tenaga dalam?" Ucap Sudarta dan dua lawannya bersamaan.

Bab terkait

  • Penguasa Dunia Persilatan   Munculnya Ajian Kuno

    "Kakang Setya !!" Para pendekar Tapak Beracun tersentak kaget saat melihat tubuh temannya sudah melayang di udara dalam posisi telapak tangan menempel di dada Wiratama."Cepat bantu aku, pemuda sialan ini terus menghisap tenaga dalam dan energi kehidupanku!" Teriak Setya panik.Dengan wajah yang semakin memucat, Setya terlihat berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Wiratama. Namun, sekuat apapun dia berusaha, lengannya seperti menyatu dengan kulit pemuda itu.Setya semakin berteriak kesakitan ketika tenaga dalam yang terhisap keluar dengan kecepatan tinggi itu mulai melukai urat nadinya."Menghisap tenaga dalam? Tua bangka sialan! Jurus terlarang apa yang kau ajarkan pada bocah itu," Melihat tubuh Setya berubah keriput dan mengering dengan sangat cepat, dua pendekar Tapak Beracun itu langsung bergerak melewati Sudarta untuk membantu temannya."Hei tunggu, jangan mendekatinya! Kalian bisa ikut terbunuh jika menyentuh tubuhnya!" Sudarta berusaha memperingatkan para pendekar itu namun

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertemuan Tak Terduga

    Beberapa jam setelah terjatuh dan tak sadarkan diri di dekat mulut gua, Wiratama mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Walau masih merasakan sakit di bagian kepala, tapi dia tetap memaksakan tubuhnya bergerak dan bersandar di dinding gua."Aku masih hidup?" Untuk beberapa saat, Wiratama terdiam dalam posisi tubuh bersandar. Dia ingin meredam rasa sakitnya itu terlebih dahulu sebelum memikirkan rencana lainnya."Andai aku menguasai ilmu kanuragan sehebat kakek, mungkin rasa sakit ini .... " Ucapan Wiratama tiba-tiba terhenti, saat teringat dengan kata-kata kakeknya ketika dia dipaksa berlatih ilmu kanuragan."Alirkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh secara perlahan ketika sedang terluka. Itu akan sedikit meredakan rasa sakit sebelum kau mendapatkan pertolongan lebih lanjut.""Mengalirkan tenaga dalam keseluruh tubuh? Apa dia pikir itu mudah?!!" Wiratama sempat mengumpat kesal, namun pada akhirnya, dia mencoba menggunakan jurus itu karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalany

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Penguasa Dunia Persilatan   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Anggara Seta?! Gawat, aku berada dalam masalah besar kali ini," ucap pendekar itu terkejut sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya."Kakek, bagaimana kau bisa ada di .... ""Cukup Ayu! Kau tau apa yang akan terjadi jika Kakek datang terlambat? Setelah masalah ini selesai, Kakek akan memastikan kau dihukum berat," Pria tua itu menggerakkan tangannya ke depan dan bersiap menyerang."Perguruan Taring Rajawali tidak pernah mencari masalah dengan siapa pun, tapi jika ada yang memulainya duluan, pantang bagi si Tua ini berdiam diri," Pria yang dipanggil Anggara Seta itu tiba-tiba bergerak menyerang dengan kecepatan tinggi."Sial, si Tua ini jelas bukan lawan yang mudah untuk dihadapi. Aku harus segera mencari cara untuk melarikan diri jika tidak ingin mati konyol," Pendekar itu menyambut serangan yang terarah padanya dengan hati-hati.Keduanya langsung bertukar jurus di udara dan dalam waktu singkat, mulai terlihat jelas perbedaan kekuatan di antara mereka. Kecepatan dan variasi serang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Penguasa Dunia Persilatan   Peguruan Taring Rajawali

    Sinar matahari baru saja muncul dari langit dan menembus celah-celah dinding kokoh perguruan Taring Rajawali, saat Ayu Utari berjalan ke arah aula utama dengan wajah cemas. Dia yakin Kakeknya itu akan marah besar kali ini dan menghukumnya setelah kejadian penyerangan kemarin yang hampir membuatnya tewas. Sebagai cucu satu-satunya yang sedang dipersiapkan untuk menggantikannya kelak, Anggara Seta memang mendidik Ayu dengan sangat keras. Dia bahkan tidak diizinkan keluar perguruan sendirian tanpa pengawalan karena khawatir para pendekar aliran Hitam akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuhnya. "Kakek pasti akan memarahiku habis-habisan," umpatnya dalam hati.Sudah terbayang dalam pikiran Ayu, Kakeknya itu akan mengungkit semua kesalahannya selama ini, dan membandingkan dengan Ibunya yang merupakan pendekar wanita terbaik Taring Rajawali sebelum tewas dalam sebuah pertarungan dengan pendekar misterius."Kakek pasti akan membandingkan aku dengan Ibu tanpa memikirkan .... " Wajah A

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertarungan Dua Pendekar Terkuat

    Di bawah guyuran hujan dan sambaran petir yang menggelegar, dua orang pria setengah baya terlihat berdiri sambil mengatur nafasnya. Keduanya hanya diam dan saling menatap satu sama lain tanpa bergerak sedikit pun.Sekilas, tak ada yang aneh dengan mereka, namun jika dilihat lebih teliti, tetesan air hujan yang mengguyur tubuh mereka berubah memerah karena bercampur dengan darah yang terus keluar dari luka sayatan pedang di tubuh masing-masing.Salah satu pendekar yang terlihat lebih tua dan berwajah tegas, tiba-tiba menyarungkan kembali pedangnya menandakan sudah bersiap dengan serangan terakhirnya.Melihat lawannya sudah menyarungkan pedangnya, pendekar satunya yang mengenakan penutup wajah bergambar pedang menyilang mulai meningkatkan kembali konsentrasinya. Dia sadar, dalam ilmu pedang, serangan paling berbahaya adalah ketika pedang itu pertama kali meninggalkan sarungnya.Tak mudah untuk menghadapi tipe jurus pedang seperti itu karena tidak ada yang benar-benar tahu ke mana arah d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • Penguasa Dunia Persilatan   Bakat Misterius

    Seratus tahun kemudian…Suasana Hutan Alas Purwo masih tampak gelap ketika seorang pemuda melesat dengan kecepatan tinggi, menembus rimbunnya hutan itu. Sambil sesekali menoleh kebelakang, dia bergerak lincah dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa peduli udara dingin yang menusuk hingga ke tulangnya."Kali ini aku tidak boleh tertangkap lagi oleh si tua itu atau…." Wajah pemuda itu tiba tiba berubah kesal ketika sesosok bayangan yang mengejarnya sudah terlihat dibelakang, padahal dia sangat yakin sudah berlari dengan sekuat tenaga dan meninggalkannya cukup jauh di belakang."Bagaimana bisa tua bangka itu bergerak secepat ini," dengan nafas yang sudah tak beraturan, pemuda itu mencoba meningkatkan kecepatannya agar tidak tertangkap untuk kesekian kalinya."Mau sampai kapan kau terus berlari seperti itu Wira? Ilmu meringankan tubuhmu memang sangat mengejutkan untuk seseorang yang tidak pernah belajar kanuragan, tapi itu semua tidak akan berarti di hadapanku," Melihat kecepatan pemuda it

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03

Bab terbaru

  • Penguasa Dunia Persilatan   Peguruan Taring Rajawali

    Sinar matahari baru saja muncul dari langit dan menembus celah-celah dinding kokoh perguruan Taring Rajawali, saat Ayu Utari berjalan ke arah aula utama dengan wajah cemas. Dia yakin Kakeknya itu akan marah besar kali ini dan menghukumnya setelah kejadian penyerangan kemarin yang hampir membuatnya tewas. Sebagai cucu satu-satunya yang sedang dipersiapkan untuk menggantikannya kelak, Anggara Seta memang mendidik Ayu dengan sangat keras. Dia bahkan tidak diizinkan keluar perguruan sendirian tanpa pengawalan karena khawatir para pendekar aliran Hitam akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuhnya. "Kakek pasti akan memarahiku habis-habisan," umpatnya dalam hati.Sudah terbayang dalam pikiran Ayu, Kakeknya itu akan mengungkit semua kesalahannya selama ini, dan membandingkan dengan Ibunya yang merupakan pendekar wanita terbaik Taring Rajawali sebelum tewas dalam sebuah pertarungan dengan pendekar misterius."Kakek pasti akan membandingkan aku dengan Ibu tanpa memikirkan .... " Wajah A

  • Penguasa Dunia Persilatan   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Anggara Seta?! Gawat, aku berada dalam masalah besar kali ini," ucap pendekar itu terkejut sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya."Kakek, bagaimana kau bisa ada di .... ""Cukup Ayu! Kau tau apa yang akan terjadi jika Kakek datang terlambat? Setelah masalah ini selesai, Kakek akan memastikan kau dihukum berat," Pria tua itu menggerakkan tangannya ke depan dan bersiap menyerang."Perguruan Taring Rajawali tidak pernah mencari masalah dengan siapa pun, tapi jika ada yang memulainya duluan, pantang bagi si Tua ini berdiam diri," Pria yang dipanggil Anggara Seta itu tiba-tiba bergerak menyerang dengan kecepatan tinggi."Sial, si Tua ini jelas bukan lawan yang mudah untuk dihadapi. Aku harus segera mencari cara untuk melarikan diri jika tidak ingin mati konyol," Pendekar itu menyambut serangan yang terarah padanya dengan hati-hati.Keduanya langsung bertukar jurus di udara dan dalam waktu singkat, mulai terlihat jelas perbedaan kekuatan di antara mereka. Kecepatan dan variasi serang

  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertemuan Tak Terduga

    Beberapa jam setelah terjatuh dan tak sadarkan diri di dekat mulut gua, Wiratama mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Walau masih merasakan sakit di bagian kepala, tapi dia tetap memaksakan tubuhnya bergerak dan bersandar di dinding gua."Aku masih hidup?" Untuk beberapa saat, Wiratama terdiam dalam posisi tubuh bersandar. Dia ingin meredam rasa sakitnya itu terlebih dahulu sebelum memikirkan rencana lainnya."Andai aku menguasai ilmu kanuragan sehebat kakek, mungkin rasa sakit ini .... " Ucapan Wiratama tiba-tiba terhenti, saat teringat dengan kata-kata kakeknya ketika dia dipaksa berlatih ilmu kanuragan."Alirkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh secara perlahan ketika sedang terluka. Itu akan sedikit meredakan rasa sakit sebelum kau mendapatkan pertolongan lebih lanjut.""Mengalirkan tenaga dalam keseluruh tubuh? Apa dia pikir itu mudah?!!" Wiratama sempat mengumpat kesal, namun pada akhirnya, dia mencoba menggunakan jurus itu karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalany

  • Penguasa Dunia Persilatan   Munculnya Ajian Kuno

    "Kakang Setya !!" Para pendekar Tapak Beracun tersentak kaget saat melihat tubuh temannya sudah melayang di udara dalam posisi telapak tangan menempel di dada Wiratama."Cepat bantu aku, pemuda sialan ini terus menghisap tenaga dalam dan energi kehidupanku!" Teriak Setya panik.Dengan wajah yang semakin memucat, Setya terlihat berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Wiratama. Namun, sekuat apapun dia berusaha, lengannya seperti menyatu dengan kulit pemuda itu.Setya semakin berteriak kesakitan ketika tenaga dalam yang terhisap keluar dengan kecepatan tinggi itu mulai melukai urat nadinya."Menghisap tenaga dalam? Tua bangka sialan! Jurus terlarang apa yang kau ajarkan pada bocah itu," Melihat tubuh Setya berubah keriput dan mengering dengan sangat cepat, dua pendekar Tapak Beracun itu langsung bergerak melewati Sudarta untuk membantu temannya."Hei tunggu, jangan mendekatinya! Kalian bisa ikut terbunuh jika menyentuh tubuhnya!" Sudarta berusaha memperingatkan para pendekar itu namun

  • Penguasa Dunia Persilatan   Perguruan Lembah Siluman

    "Apa katamu!! Wiratama melarikan diri lagi?" Seorang pria setengah baya berwajah tegas langsung menggebrak meja saat mendengar laporan bahwa cucu kesayangannya telah melarikan diri dari perguruan."Mohon maafkan aku ketua, tuan muda sepertinya melarikan diri melalui pintu belakang saat terjadi pergantian penjagaan. Kami sudah berusaha mengejarnya sekuat tenaga sampai kaki gunung Semeru tapi tak berhasil," Jawab pemuda berperawakan kurus dengan suara bergetar menahan takut."Mengejar cucuku?! Apa kalian pikir mampu melakukannya?" Bentak pria itu kesal.Pemuda itu langsung terdiam dengan wajah tertunduk. Dia tampak pasrah karena bagi para pendekar Lembah Siluman, gagal menjalankan tugas sama saja dengan mati."Sifat anak itu benar benar mirip dengan ibunya yang selalu mempermalukan aku dan perguruan Lembah Siluman!!" Pria tua itu terdiam sesaat, dia berusaha mengendalikan amarahnya terlebih dahulu sebelum memberikan perintah."Airin, bawa beberapa pendekar Lembah Siluman Perak dan temu

  • Penguasa Dunia Persilatan   Bakat Misterius

    Seratus tahun kemudian…Suasana Hutan Alas Purwo masih tampak gelap ketika seorang pemuda melesat dengan kecepatan tinggi, menembus rimbunnya hutan itu. Sambil sesekali menoleh kebelakang, dia bergerak lincah dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa peduli udara dingin yang menusuk hingga ke tulangnya."Kali ini aku tidak boleh tertangkap lagi oleh si tua itu atau…." Wajah pemuda itu tiba tiba berubah kesal ketika sesosok bayangan yang mengejarnya sudah terlihat dibelakang, padahal dia sangat yakin sudah berlari dengan sekuat tenaga dan meninggalkannya cukup jauh di belakang."Bagaimana bisa tua bangka itu bergerak secepat ini," dengan nafas yang sudah tak beraturan, pemuda itu mencoba meningkatkan kecepatannya agar tidak tertangkap untuk kesekian kalinya."Mau sampai kapan kau terus berlari seperti itu Wira? Ilmu meringankan tubuhmu memang sangat mengejutkan untuk seseorang yang tidak pernah belajar kanuragan, tapi itu semua tidak akan berarti di hadapanku," Melihat kecepatan pemuda it

  • Penguasa Dunia Persilatan   Pertarungan Dua Pendekar Terkuat

    Di bawah guyuran hujan dan sambaran petir yang menggelegar, dua orang pria setengah baya terlihat berdiri sambil mengatur nafasnya. Keduanya hanya diam dan saling menatap satu sama lain tanpa bergerak sedikit pun.Sekilas, tak ada yang aneh dengan mereka, namun jika dilihat lebih teliti, tetesan air hujan yang mengguyur tubuh mereka berubah memerah karena bercampur dengan darah yang terus keluar dari luka sayatan pedang di tubuh masing-masing.Salah satu pendekar yang terlihat lebih tua dan berwajah tegas, tiba-tiba menyarungkan kembali pedangnya menandakan sudah bersiap dengan serangan terakhirnya.Melihat lawannya sudah menyarungkan pedangnya, pendekar satunya yang mengenakan penutup wajah bergambar pedang menyilang mulai meningkatkan kembali konsentrasinya. Dia sadar, dalam ilmu pedang, serangan paling berbahaya adalah ketika pedang itu pertama kali meninggalkan sarungnya.Tak mudah untuk menghadapi tipe jurus pedang seperti itu karena tidak ada yang benar-benar tahu ke mana arah d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status