Stasiun Bandung (BD), juga dikenal sebagai Stasiun Hall, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Jalan Stasiun Timur (selatan) dan Jalan Kebon Kawung (pintu utara), di Kebonjeruk, Andir, tepatnya di perbatasan antara Pasirkaliki, Cicendo dan Kebonjeruk, Andir, Kota Bandung, Jawa Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +709 meter bagian dari pengelolaan Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi II Bandung dan KAI Commuter Wilayah II Bandung dengan jarak 174 km sebelah timur dari Jakarta Kota. Stasiun ini pada awalnya hanya terdapat satu buah bangunan stasiun; tetapi setelah dilakukan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, stasiun ini sekarang terbagi menjadi dua bagian dan tetap di dalam satu kawasan yaitu, sisi utara stasiun Bandung hanya melayani keberangkatan kereta api antarkota dari berbagai kelas, sedangkan sisi selatan stasiun melayani keberangkatan kereta api lokal dan komuter.Stasiun Bandung merupakan stasiun ujung dari tiga jalur kereta api, yakni
Zaman Megalitikum – Proses perkembangan peradaban manusia memakan waktu yang tidak sebentar. Sebelum akhirnya kita menikmati hidup di masa sekarang, di mana kita dapat dengan mudah menggunakan berbagai macam benda sesuai dengan kemauan dan kebutuhan, proses di balik penemuan benda tersebut dapat ditarik ke ribuan tahun yang lalu.Grameds perlu tahu bahwa benda-benda yang kita pakai di masa sekarang, amat berbeda dengan benda-benda di masa lampau. Ini dikarenakan teknologi pada masa lampau belum secanggih di masa sekarang, sehingga orang-orang zaman dahulu harus menggunakan apa yang ada di sekitar mereka sebelum perlahan bisa menemukan teknologi untuk membuat benda baru dan lebih modern.Dapat dikatakan bahwa peradaban manusia dimulai dari zaman batu, di mana orang-orang di masa itu masih menggunakan batu untuk kegiatan keseharian. Pada zaman batu, salah satu benda yang cukup populer adalah megalit atau batu besar, membuat zaman ini disebut juga sebagai “Zaman Megalitikum”.Pengertian
Struktur pemerintahanMataram memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang susuhunan/sultan. Dalam konsep kenegaraan Jawa raja-raja Mataram disebutkan dengan konsep Keagungbinatharaan atau diungkapkan sebagai "gung binathara, bahu dhendha nyakrawati" (kekuasaan yang agung, memelihara hukum di muka bumi). Raja dikatakan "wenang wisesa ing sanagari" (memegang kuasa di negara). Dia harus "wicaksana" (bijaksana), bersifat "budi bawa leksana, ambeg adil para marta" (meluap budi luhur-mulia dan bersifat adil terhadap sesama), tugasnya "anjaga tata titi tentreming praja" (menjaga keteratutan dan ketenteraman negeri), agar tercipta suasana "karta tuwin raharja" (aman dan sejahtera).[18]Amiril muminina sayyidina panatagami kyatira ning rat wus sineksen saking Ngarab, winenang among dirja ning ratPemimpin para mukmin tuan penata agama kemasyhurannya di jagad sudah disaksikan dari negeri Arab, diberi wewenang memomong keselamatan duniaSerat Sastra Gending karya Sultan AgungKemas
"Lah ngapain nangis disini sayang?" seseorang bertanya seraya mendekat ke arah seorang wanita yang sedang berada di tepi tempat tidurnya. “Kebiasaan deh nggak ketuk pintu dulu kalau masuk kak” sahut sang wanita protes dengan kesal. “Iya maaf habis dari tadi di panggil nggak ada sahutan sama sekali, pas datang lagi nangis aja di pojokan. ada apa sih?” kini pria tersebut duduk di samping sang wanita. “Nggak ada hal yang serius kok mas, oh iya kak bagaimana dengan yang aku sampaikan kemarin? kakak bersediakan untuk menikahi Mira. ” sahut sang wanita dengan segera menyeka air matanya. “Harus berapa kali aku katakan Zahra, aku tidak akan menikahi menikahi wanita itu, apa sih yang kamu pikirkan?" bentak pria itu kini berdiri menghadap ke arah jendela untuk meredam amarahnya. "Yang aku pikirkan adalah kebahagianmu kak Mizan, sudah aku katakan pula beberapa kali mengenai hal ini." "Tapi aku sudah bahagia dengan satu wanita, ya itu kamu Zahra tidak perlu lagi ada wanita lain, dan aku tid
“Cari penggantiku mas.” Ucap Zahra begitu saja. Entah apa yang di pikirkan Zahra, namun kalimat itu yang terlintas di benaknya saat merenungkan diri selepas pulang dari rumah sakit. “Apa maksudmu berbicara seperti itu?” Mizan semakin emosi mendengar penuturan sang istri. “Carilah penggantiku dan menikahlah dengannya pilih yang lebih baik dariku mas.” Ucap Zahra kini yang tidak bisa membendung lagi air matanya, membiarkan air matanya terjun bebas di kedua matanya yang indah. “Apa yang sedang kamu pikirkan Zahra? Mengapa aku harus menikahi wanita lain?” sungguh kini Mizan tidak memahami apa yang dipikirkan sang istri, mengapa harus memintanya menikahi wanita lain sedangkan dia sangat sangat mencintai Zahra. “Aku saat ini punya penyakit kanker serviks stadium akhir mas, umurku tidak akan lama lagi.” “Itu tidak masalah bagiku sayang, kita berjuang bersama. Aku akan mencarikan rumah sakit terbaik di negara ini, sekalipun harus sampai ke luar negeri tidak masa, asal jangan yang me
Pagi hari dengan udara yang sejuk dan suara kicauan burung - burung yang hinggap di pohon menemani Zahra menikmati udara pagi hari ini. dia sedikit terkejut saat ada sepasang tangan yang melingkar di perutnya. "Mas udah bangun?" Tanya Zahra yang mengenali siapa yang sedang memeluknya dari belakang. "Kenapa disini udara pagi ini lumayan dingin." tanpa menjawab Mizan membawa tubuh Zahra masuk ke dalam kamar. "Kenapa malah tidur lagi?" "Masih pagi dan masih sangat dingin lebih baik kita tidur lagi." Mizan membawa sang istri kembali ke tempat tidur dan menyelimuti tubuh mereka berdua. "Iya tapi nggak baik tidur lagi mending kita olahraga lari sekitaran sini." "Mending olahraga pagi yang lain aja nggak sih kata anak muda sekarang." goda Mizan. "Ish udah mau siang mas." "Oh iya sayang kemarin ada bibi dan keponakanku datang iya.' "Iya sore mereka datang kesini, tidak tahu kalau mereka akan menginap atau tidak karena setelah membuat makanan langsung pergi ke kamar tidak ke bawah lagi
Guyuran hujan sedari siang tidak menunjukkan akan tanda - tanda mereda, justru semakin lama hujan semakin kian deras turunnya, membuat semua orang tidak dapat melakukan banyak aktivitas di luar rumah, sama halnya yang di alami Mizan dan Zahra saat ini. Dua orang yang awalnya berniat ingin melakukan camping untuk menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama karena Mizan yang selalu sibuk, kini mereka berdua hanya sedang menatap ke arah jendela di ruang tamu dengan tidak semangat. "Hujannya malah semakin deras mana udah sore bagaimana ini mas? kita tidak jadi camping iya." Zahra menghelan nafas kecewa, karena angan - angan membuat moment indah bersama sang suami di pantai kini hanya tinggal wacana karena terkendala cuaca. Hujan yang semakin deras dan suhu yang semakin dingin membuat Mizan tidak dapat membuat keputusan apa pun saat ini, karena meskipun memaksakan untuk tetap pergi camping sesuai rencana, tidak tahu kendala apa yang akan terjadi selama di perjalan nanti, dan dia tidak
Seorang wanita masuk ke dalalm Rumah Sakit setelah mendapatkan telepon masuk. "Bagaimana keadaannya dok." Tanya wanita tersebut saat melihat Dokter dan Perawat sedang melakukan pemeriksaan kepada seseorang di ruangan tersebut. "Oh...Mira kau sudah datang, keadaanya sudah mulai membaik, kau tidak perlu khawatir." sahut sang Dokter setelah mengtahui siapa yang menyapanya. "Baik terima kasih Dokter, bersyukur kondisinya membaik dan ada kemajuan." sahut wanita bernama Mira tersebut. "Sama - sama kalau begitu kami permisi terlebih dahulu karena sudah melakukan pemeriksaan." Ucap Dokter menghampiri Mira. "Iya silahkan Dokter, terima kasih sekali lagi.” “Tidak perlu berterima kasih, itu sudah menjadi tanggung jawabku, saya pamitnya tetap semangat.” Dokter dan Perawat pun pamit keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mira dan seseorang yang sedang di rawat. “Mah hari ini Mira datang bawa kabar berita baik.” Mira duduk di samping wanaita yang sedang dirawat yang merupakan mamahnya M