“Cari penggantiku mas.” Ucap Zahra begitu saja.
Entah apa yang di pikirkan Zahra, namun kalimat itu yang terlintas di benaknya saat merenungkan diri selepas pulang dari rumah sakit.
“Apa maksudmu berbicara seperti itu?” Mizan semakin emosi mendengar penuturan sang istri.
“Carilah penggantiku dan menikahlah dengannya pilih yang lebih baik dariku mas.” Ucap Zahra kini yang tidak bisa membendung lagi air matanya, membiarkan air matanya terjun bebas di kedua matanya yang indah.
“Apa yang sedang kamu pikirkan Zahra? Mengapa aku harus menikahi wanita lain?” sungguh kini Mizan tidak memahami apa yang dipikirkan sang istri, mengapa harus memintanya menikahi wanita lain sedangkan dia sangat sangat mencintai Zahra.
“Aku saat ini punya penyakit kanker serviks stadium akhir mas, umurku tidak akan lama lagi.”
“Itu tidak masalah bagiku sayang, kita berjuang bersama. Aku akan mencarikan rumah sakit terbaik di negara ini, sekalipun harus sampai ke luar negeri tidak masa, asal jangan yang meminta hal yang tidak bisa aku kabulkan seperti itu.” Mizan membawa tubuh Zahra dalam dekapannya.
“Tapi aku takut mas.”
“Jangan takut ada aku yang selalu di sampingmu.”
*****
Satu tahun telah berlalu setelah di nyatakan positif mengidap penyakit stadium akhir, kini Zahra sedikit mengalami perubahan setelah berobat ke Singapura, saat ini seperti biasa sudah tugasnya menyiapkan makan untuknya dan Mizan, padahal sudah sering kali menyuruh agar asisten di mansionnya saja yang membuatkan makanan dan menyuruh agar lebih focus saja pada pengobatannya.
Namun seperti biasa pula Zahra selalu menolak dengan alasan sudah menjadi tanggung jawabnya.
“Sayang aku hari ini akan lembur, jadi tidak perlu menunggu ku pulang dan menyiapkan makanan, tidurlah lebih awal.”
“Lembur lagi?” tanya Zahra yang kini sedang menyiapkan nasi dan lauk pauk yang baru saja dia masak.
“Iya mau bagaimana lagi, project saat ini harus lebih cepat diselesaikan karena sudah ada project lain yang sudah menanti.”
Ada rasa ingin agar Mizan tidak lembur terus menerus karena saat ini sudah jarang bisa quality time bersama, namun mau bagaimana lagi karena sudah menjadi tanggung jawab pekerjaannya.
“Iya sudah kalau begitu hati – hati nanti pulangnya.”
Beberapa menit berlalu seperti biasa karena sekarang mulai jarang banyak waktu, mereka mencuri – curi waktu untuk sekedar menanyakan kabar saat jam makan, agar komunikasi terus terjalin.
“Aku sudah selesai, terima kasih sarapannya sayang. Aku akan pergi sekarang.” MIzan pun bersiap setelah melihat jam di ponselnya.
“Tidak perlu berterima kasih, iya sudah aku antar sampai depan.”
Zahra pun mengantar sang suami berangkat bekerja, setelah pergi kini dia bersiap untuk ke butik.
Butik yang telah dia kelola sebelum menikah dengan dengan Mizan, tidak setiap hari dia pergi ke butik karena Mizan melarangnya demi kesehatan. Jadi hanya sesekali selebihnya bila ada sesuatu dilakukan secara daring.
“Selamat pagi bu Zahra.” Sapa sang asistennya saat melihat Zahra masuk ke dalam butik.
“Pagi Mila keadaan butik kemarin aman?”
“Alhamdulillah butik aman dan lancer bu.”
“Syukurlah kalau begitu, saya masuk dulu iya kalau begitu.”
“Baik bu silahkan, oh iya saya sudah menyiapkan teh di dalam bu barusan.”
“Baik, terima kasih iya.” Zahra pun masuk ke ruangannya dan mulai melakukan kegiatannya dari mendesain dan mengecek ke adaan butik saat ramai pengujung.
Zahra begitu focus dengan dunianya saat mendesain sampai tidak terasa hari sudah siang, kalau saja asistennya tidak menegur untuk mengajaknya makan mungkin dia akan tetap focus mendesain beberapa gaun, karena kebetulan hari ini ada beberapa konsumen yang ingin Zahra yang mendesainnya secara langsung.
“Bu ayo kita makan siang terlebih dahulu.” Ucap Mila yang melihat bosnya belum keluar untuk makan siang.
“Oh sudah jam makan siang, iya sudah ayo kita pergi cari makan.” Zahra keluar dari ruangannya untuk makan siang.
Zahra keluar dari butik untuk mencari makan siang, saat di perjalanan dia tidak sengaja menabrak seseorang saat berjalan.
“Ouh…aku minta maaf tidak sengaja menabrakmu.” Ucap Zahra meminta maaf saat seorang wanita terjatuh saat berpapasan dengannya.
“Tidak apa – apa saya juga minta maaf karena saya kurang memperhatikan jalan.” Sahut wanta tersebut lalu seraya bangun dan menepuk pakaian bagian belakangnya.
“Apa kamu terluka?” Zahra memperhatikan wanita tersebut takut ada yang terluka.
“Tidak…aku tidak apa – apa aku permisi sedang buru –buru permisi.” Wanita tersebut pergi meninggalkan Zahra.
Melihat wanita itu dalam keadaan baik baik saja, Zahra pun kembali menyusuri jalan menuju tempat yang menjadi tujuannya.
“Jadi dia wanitanya? Menarik, baiklah pemainan akan segera kita mulai.” Wanita tadi berpapasan dengan Zahra tersenyum misterius seraya berjalan menyusuri jalan ke sebuah kafe.
“Maaf lama.” ucap wanita tersebut menghampiri sebuah meja yang terdapat beberapa orang yang di kenalnya.
“tumben dari mana dulu? Tumben mukanya bahagia begitu.”
“Ada deh rahasia.”
“Wah Mira kita sudah bisa main rahasiaan sekarang.”
“Sudahlah bukan hal penting ayo segera pesan biar aku yang traktir hari ini.” Sahut Mira.
“Wah mantap nih.”
Jam menunjukkan pukul empat sore, Zahra memutuskan kembali ke mantion karena merasa tubuhnya mulai terasa lelah.
Baru sampai Zahra sudah di sambut oleh bibi dan keponakan dari Mizan yang selalu membuat Zahra selalu memiliki stok kesabaran.
“Dari mana saja kamu?” tanya Endah bibinya Mizan.
“Habis pulang dari butik bi.” sahut Zahra sekenanya.
“Alah pake alesan ke butik, palingan nongkrong di kafe, ngabisin duit kak Mizan” tuduh Hilda.
Dan benar saja baru selesai berbicara padahal dia berkata jujur, sudah mendapatkan tuduhan seperti itu.
“Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu? Apa ada buktinya seperti yang kamu tuduhkan itu?” ucap Zahra sedikit kesal karena tubuhnya lelah malah datang di tuduh yang tidak benar.
“Sudah jangan bicara lagi tolong bawakan minuman saja aku sangat haus!"
Dengan terpaksa Zahra mengambilkan Minum untuk Endah karena malas untuk berdebat lebih lanjut. dan setelahnya pergi ke kamar membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya.
"Ada apa bi Endah kemari tanpa memberitahu tidak seperti biasanya."
"Sudahlah aku lelah lebih baik aku berendam air hangat saja."
Setelah selesai dengan ritual membersihkan dirinya, Zahra beranjak turun untuk membuat makanan. terlihat Endah dan Hilda masih di ruang tengah.
"Sepertinya mereka akan menginap." tanpa menghiraukan keduanya Zahra membuat makanan untuk dirinya sendiri karena Mizan sebelumnya sudah berpesan tidak perlu membuatkannya makanan karena akan pulang larut malam.
setelah selesai Zahra pun kembali naik menuju kamarnya berniat memakannya di kamar.
"Enak banget bikin makanan nggak bagi - bagi." sindir Hilda yang melihat Zahra pergi ke kamarnya membawa makanan.
"Ada di dapur." sahut Zahra singkat tanpa berbasa - basi lagi.
Meski tidak begitu akur Zahra tetap berusaha bersikap baik dan selalu membuat makanan untuk bibi dan anaknya tersebut bila datang ke mansion, selama mereka berdua tidak berulah membuatnya kesal.
Pagi hari dengan udara yang sejuk dan suara kicauan burung - burung yang hinggap di pohon menemani Zahra menikmati udara pagi hari ini. dia sedikit terkejut saat ada sepasang tangan yang melingkar di perutnya. "Mas udah bangun?" Tanya Zahra yang mengenali siapa yang sedang memeluknya dari belakang. "Kenapa disini udara pagi ini lumayan dingin." tanpa menjawab Mizan membawa tubuh Zahra masuk ke dalam kamar. "Kenapa malah tidur lagi?" "Masih pagi dan masih sangat dingin lebih baik kita tidur lagi." Mizan membawa sang istri kembali ke tempat tidur dan menyelimuti tubuh mereka berdua. "Iya tapi nggak baik tidur lagi mending kita olahraga lari sekitaran sini." "Mending olahraga pagi yang lain aja nggak sih kata anak muda sekarang." goda Mizan. "Ish udah mau siang mas." "Oh iya sayang kemarin ada bibi dan keponakanku datang iya.' "Iya sore mereka datang kesini, tidak tahu kalau mereka akan menginap atau tidak karena setelah membuat makanan langsung pergi ke kamar tidak ke bawah lagi
Guyuran hujan sedari siang tidak menunjukkan akan tanda - tanda mereda, justru semakin lama hujan semakin kian deras turunnya, membuat semua orang tidak dapat melakukan banyak aktivitas di luar rumah, sama halnya yang di alami Mizan dan Zahra saat ini. Dua orang yang awalnya berniat ingin melakukan camping untuk menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama karena Mizan yang selalu sibuk, kini mereka berdua hanya sedang menatap ke arah jendela di ruang tamu dengan tidak semangat. "Hujannya malah semakin deras mana udah sore bagaimana ini mas? kita tidak jadi camping iya." Zahra menghelan nafas kecewa, karena angan - angan membuat moment indah bersama sang suami di pantai kini hanya tinggal wacana karena terkendala cuaca. Hujan yang semakin deras dan suhu yang semakin dingin membuat Mizan tidak dapat membuat keputusan apa pun saat ini, karena meskipun memaksakan untuk tetap pergi camping sesuai rencana, tidak tahu kendala apa yang akan terjadi selama di perjalan nanti, dan dia tidak
Seorang wanita masuk ke dalalm Rumah Sakit setelah mendapatkan telepon masuk. "Bagaimana keadaannya dok." Tanya wanita tersebut saat melihat Dokter dan Perawat sedang melakukan pemeriksaan kepada seseorang di ruangan tersebut. "Oh...Mira kau sudah datang, keadaanya sudah mulai membaik, kau tidak perlu khawatir." sahut sang Dokter setelah mengtahui siapa yang menyapanya. "Baik terima kasih Dokter, bersyukur kondisinya membaik dan ada kemajuan." sahut wanita bernama Mira tersebut. "Sama - sama kalau begitu kami permisi terlebih dahulu karena sudah melakukan pemeriksaan." Ucap Dokter menghampiri Mira. "Iya silahkan Dokter, terima kasih sekali lagi.” “Tidak perlu berterima kasih, itu sudah menjadi tanggung jawabku, saya pamitnya tetap semangat.” Dokter dan Perawat pun pamit keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mira dan seseorang yang sedang di rawat. “Mah hari ini Mira datang bawa kabar berita baik.” Mira duduk di samping wanaita yang sedang dirawat yang merupakan mamahnya M
"Wah sayang banget nggak bisa lihat, pasti lagi berantem hebat mereka." ucap Mira senang setelah mendapat kabar dari orang suruhannya untuk memberikan amplop ke rumah Mizan, bahwa amplop yang dia simpan di depan rumah ternyata kebetulan yang mengambil amplop tersebut adalah Mizan sendiri. Bagaimana dia bisa menyusup ke mansion milik Mizan? bukannya sudah dalam penjagaan ketat? orang suruhan Mira menyamar sebagai kurir paket dan bilang kepada penjaga bahwa dia membawa dokument penting dan harus orang yang bersangkutan yang menerimanya. Awalnya sedikit curiga dengan orang suruhan Mira, dia pun menghubungi orang bagian dalam mansion tersebut untuk mengkonfirmasi, karena tidak ada satu pun yang terhubung sang satpam memberikan izin masuk ke dalam ditemani olehnya. Namun dalam perjalanan sang satpam di hubungi oleh Mizan untuk membukakan pintu gerbang karena di kunci oleh sang satpam kebetulan yang bertugas hanya dia sendiri karena rekannya izin tidak masuk karena sakit. Mau tidak mau s
TAP TAP TAP Suara derap langkah kaki Mizan menggema di suasana malam yang sunyi saat memasuki mansion, saat hendak masuk ke kamar dia melewati ruang makan. "Dia menungguku sampai tertidur disini? pasti tidak nyaman tidur dengan posisi seperti itu." gumam Mizan yang melihat sang istri tertidur di meja makan menunggunya pulang. "Aku lupa mengabarinya kalau hari ini aku lembur, tidak sempat mengiriminya pesan."Mizan menghampiri Zahra dan membawanya ke kamar. Saat hendak sampai di kamar Zahra terbangun karena merasa tubuhnya kurang nyaman dan sediki terkejut karena posisinya sedang dalam gendongan sang suami menuju kamar mereka."Mas udah pulang." tanya Zahra sedikit cangung."Eumm" hanya jawaban singkat sebagai balasannya."Kenapa nggak dibangunin aja sih, udah turunin mas." ucap Zahra mencoba turun dari gendongan Mizan. "Mas udah makan belum? aku hangatkan lagi makanananya. atau mau mandi dulu biar aku siapin air hangatanya.." sambungnya. Melihat Zahra yang sudah memasak banyak m
Hari ini Zahra membuat rencana akan pergi ke kantor Mizan seraya membawakannya makan siang.Kini Zahra baru saja sampai di lobby, perlahan dia menghampiri resepsionis untuk menanyakan apakah sang suami sedang ada di ruangannya atau tidak, karena pesan terakhirnya belum mendapatkan pesan balasan."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" ucap sang resepsionis kepada Zahra yang menghampirinya dengan ramah."Apa dia karyawan baru? sepertinya baru pertama kali ini aku bertemu denganya." ucap Zahra dalam hati menatap sang resepsionis."Selamat siang saya dengan Zahra, apa pak Mizan saat ini ada di ruangannya?""Maaf bu, apa sebelumnya anda sudah membuat janji terlebih dahulu?""Sepertinya memang dia karyawan baru, seharusnya kalau sudah lama tahu siapa istri pemilik perusahaan ini." ucap Zahra dalam hati seraya tersenyum."Dia sepertinya orang yang baik dan profesional dalam bekerja, apa aku masukan dia sebagai kandidat wanita yang akan menggantikan aku nanti?" sambungnya."Saya rasa untu
"Mau pergi kemana kita mas?" tanya Zahra yang kini sedang bersama Mizan di dalam mobil menuju suatu tempat yang tidak di ketahuinya. "Nanti juga kamu tahu, kalau aku kasih tahu sekarang bukan surprise namanya." sahut Mizan yang sedang mengemudi. "Iya udah deh ngikut aja mas mau pergi kemana, karena mas yang bawanya." Zahra terkekeh. "Nah tunggu aja pasti kamu suka di jamin." Mizan berniat untuk mengajak Zahra camping karena dulu sempat tertunda karena hujan, sekalian merayakan hari jadi pernikahan mereka yang ke lima tahun. "Hampir sampai aku tutup matanya iya." ucap Mizan meminta izin. "Kenapa harus pakai penutup segala?" "Kan biar surprise, aku akan kan mau ngajak ke suatu tempat." "Iya udah deh terserah mas aja kalau begitu." Zahra pun menurut dan kini sudah memakai kain penutup di matanya. Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di tempat tujuan, Mizan perlahan menuntun Zahra dari mobil menuju lokasi. "Mas kok aku denger kaya suara ombaknya? kita lagi ada di pantai?" tan
"Baiklah ayo." Mizan pun menuntun Zahra menuju tepi pantai untuk cuci muka, yang mulanya hanya ingin mencuci muka kini mereka malah bermain air karena salah satu diantara mereka berbuat usil. "Sudah - sudah semakin basah baju kita, nanti masuk angin, ayo kita kembali aku tadi sedang merebus Air sepertinya sudah matang." ujar Mizan yang mengakhiri sesi bermain air di pagi hari ini dan setelahnya mereka mulai menikmati secangkir teh hangat yang dibuat Mizan. Suasana semakin siang mereka berdua pun memutuskan untuk menyudahi camping dadakan tersebut dan kini mereka kembali menuju mansion. Saat memasuki mansion terlihat Endah sudah berada di ruang tamu sedang meminum teh. "Ada apa lagi kali ini." gumam Mizan lalu menghampiri sang bibi. "Kalian dari mana saja dari kemarin sore aku menunggu kalian tidak ada." ucap Endah saat mereka berdua baru menghampirinya. "Sudah samperin saja dulu." sahut Zahra membawa Mizan bertemu sang bibi. Mau tidak mau Mizan pun mengikuti perintah sang istri