"Habis makan, kita bicarakan di rumah." Setelah selesai makan, kedua orang itu keluar dari restoran. Angin dingin menerpa tubuh Kyra yang lemah, membuat Deven mengerutkan alisnya. Entah sejak kapan, tubuh Kyra jadi sekurus itu? Wajahnya tampak sangat pucat, seolah-olah tubuh dan jiwanya telah hancur perlahan-lahan.Deven melepas jaketnya dan menyampirkannya ke tubuh Kyra. Kyra baru saja ingin menolak, tetapi wajah Deven tampak muram saat berkata, "Kamu mau hentikan kerja sama? Coba saja bergerak kalau berani?"Rasa getir memenuhi tenggorokan Kyra, tangannya yang ingin memberontak langsung terkulai di samping tubuhnya. Dalam perjalanan pulang, kedua orang itu tidak berbicara sama sekali.Begitu pulang ke apartemen. Kyra baru saja menukarkan sepatunya, tiba-tiba pinggangnya yang ramping telah dipeluk oleh Deven. Deven sontak terkejut saat menyadari betapa kurusnya pinggang Kyra saat ini, dia bahkan bisa memeluknya hanya dengan satu tangan. Jangan-jangan Kyra sedang sakit?Tidak, dia tamp
Setelah mendongak melihat wajah Kyra, mata wanita itu tampak merah seperti baru saja menangis. Hatinya langsung tersentak. Mereka saling bertatap pandang selama sekejap. Sorot mata Kyra tampak lega, sedangkan Deven tampak rumit."Itu alasanku kenapa nggak mau punya anak. Karena tubuhku nggak mengizinkannya lagi. Kalau hamil, hanya akan mempercepat kematianku. Anaknya juga akan ikut mati bersamaku. Deven, harapanmu sudah menjadi kenyataan. Kyra benar-benar akan meninggal. Semua peti dan persiapan pemakaman yang kamu beli itu akhirnya akan terpakai," ujar Kyra sambil tertawa getir.Deven mengambil laporan itu dari meja teh, lalu merobek semuanya tanpa ragu-ragu. Setelah itu, dia melemparkannya ke wajah Kyra. Di tengah jatuhnya serpihan kertas yang dirobek, Kyra mendengar suara tawa Deven yang dingin, "Foto ini kamu ambil dari internet, 'kan? Kyra, demi nggak mau lahirin anak sama aku, kamu bahkan bisa mengarang kebohongan seperti ini?""Kamu merasa ini diambil dari internet?!" Kyra terke
Begitu membuka pintu kamar, Deven tampak terkejut. Seluruh isi kamarnya telah dipenuhi buku-buku yang berserakan dan pecahan patung pajangan. Kyra merangkak di tanah dan memuntahkan darah ke piama sutra Deven. Darah itu tampak merah menyala hingga membuat Deven kaget."Kyra, ada apa denganmu?" Deven mulai panik.Tangan Kyra mencengkeram piama Deven sambil memohon, "Obat ... bantu aku cari obat pereda nyeri.""Di mana obatnya?" tanya Deven.Setelah berpikir sejenak, Kyra tiba-tiba teringat tasnya diletakkan di ruang ganti. Setelah memberi tahu Deven, Deven langsung menggendong Kyra ke ruang ganti. Sambil terus digendong oleh Deven, Kyra terus membongkar isi ruangan dan mencarinya.Keringat deras mengalir menyusuri pipinya. Akhirnya, Kyra menemukan tas hitamnya di dalam ruang ganti. Dengan tangan yang gemetaran, dia membuka tas itu. Namun, tangannya juga kesakitan hingga bergetar. Dia tidak bisa mengerahkan tenaga sama sekali. Deven membantunya membuka tas itu, lalu mengeluarkan sebuah b
Padahal utangnya belum habis dibayar, mana mungkin dia terkena penyakit? Kyra harus panjang umur agar bisa terus disiksa olehnya. Kyra masih harus melahirkan anak dan hidup merasakan penderitaan yang sama dengannya.Namun, Kyra malah muntah darah di hadapannya dan minum obat sebanyak itu tadi! Penderitaan dan keputusasaannya tidak terlihat palsu ....Deven menatap langit di luar jendela dengan bengong, dari gelap hingga mulai terang. Dia tidak bisa terus menghindarinya lagi. Bukankah semuanya akan langsung ketahuan jika diperiksakan?Deven mematikan puntung rokoknya, lalu pergi ke ruang ganti untuk mengambil tas hitam Kyra. Setelah itu, dia mengambil botol obat yang tidak berlabel itu dan meletakkannya di saku bajunya. Kemudian, dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Wanita hamil harus lebih menjaga makanan. Jadi, Deven hanya memasakkan bubur dan beberapa lauk kecil sebagai pendamping. Saat Kyra terbangun dan selesai mandi, dia keluar dari kamar utama. Dia melihat puntung rokok y
"Belakangan ini lagi sibuk, nggak sempat ketemu kamu," balas Irish."Aku punya sesuatu yang menarik tentang Kyra. Kamu nggak mau tahu?""Kenapa dengan Kyra?" tanya Irish dengan penasaran."Kalau mau tahu, datang cari aku. Dandan yang cantik. Malam ini kita bersenang-senang," jawab Okto dengan misterius sebelum menutup telepon.Saat malam tiba, Irish berdandan dengan menor ke sebuah vila. Setelah melewati berbagai ruangan, dia akhirnya menemukan Okto yang sedang berendam di pemandian yang terpencil. Okto menyuruh Irish untuk mengganti bikini segera. Meski merasa enggan, Irish tetap bersabar karena ingin mengetahui rahasia Kyra.Ketika melihat kaki Irish yang jenjang dan mulus berdiri di samping kolam pemandian, mata Okto langsung berbinar dan segera menariknya ke dalam kolam. Air yang hangat memercik ke wajah Irish. Sebelum Irish sempat bereaksi, dia telah dipeluk dan dicium oleh Okto dengan tak sabaran.Irish merasa sangat jijik hingga sekujur tubuhnya merinding. Secara refleks, dia in
Selain itu, benda ini juga akan menjadi bukti kuat untuk mengekang wanita jalang ini. Sebab, Okto telah terlalu banyak terlibat dengan semua hal yang dilakukan Irish. Jika masalah ini sampai terbongkar, mungkin saja Irish akan berbalik melawannya.Mawar selalu memiliki duri untuk melindungi diri. Jadi, cara paling efektif untuk menghadapi mawar berduri ini adalah dengan mencabut semua durinya.Setelah semuanya selesai, Irish mendekap dalam pelukan Okto dengan manja, "Okto, apa kamu sudah bisa beri tahu aku sekarang? Aku sudah berusaha keras tadi.""Kyra mengidap penyakit mematikan," jawab Okto.Mata Irish langsung berkedut saat menatapnya, "Bagaimana kamu bisa tahu?"Okto menceritakan semua kejadian hari ini secara garis besar pada Irish. Irish melepas kacamata Okto dan mencium matanya. "Lalu, bagaimana kamu berencana mau membantuku?""Kamu mau bagaimana?" tanya Okto sambil mencubit pinggangnya yang ramping. Kyra berbisik ke telinga Okto.Okto melihatnya sejenak, lalu menunjuknya denga
Kyra duduk di ruang tamu dengan gelisah. Pada saat ini, dokter penanggungjawabnya menelepon Kyra dengan nada panik, "Nona Kyra, bukannya kamu mau lakukan operasi aborsi? Kenapa katanya suamimu membawamu pergi waktu itu?""Aku ...." Kyra terdiam karena tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini.Nada bicara dokter itu jadi semakin serius, "Bukannya aku mau ikut campur. Tapi, kondisimu sudah nggak bisa ditunda lagi. Kamu tahu sendiri, 'kan? Cepat lakukan operasinya!"Tiba-tiba, terdengar suara yang dingin bertanya, "Kamu telepon siapa?"Kyra terperanjat seketika. Deven mengerutkan alis dengan kesal. Memangnya dia ini iblis? Apa Kyra perlu setakut itu padanya?Melihat wajah Deven yang muram saat berjalan mendekatinya, Kyra buru-buru menutup telepon dan menjelaskan, "Dokter mendesakku untuk melakukan operasi aborsi.""Dokter yang mendesakmu atau kamu yang nggak mau anak itu sendiri? Kamu yang paling jelas dengan hal itu!" Deven menatapnya sambil berkacak pinggang dan tersenyum sinis.K
Berpikir sampai di sini, Deven tiba-tiba tertawa, "Aku sudah persiapkan peti dan semuanya, menurutmu?"'Benar juga. Kyra, dia bahkan sudah persiapkan semua untuk kematianmu. Apa lagi yang kamu harapkan?' batin Kyra. Saking kesalnya, suara Kyra kini terdengar serak dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia mengusap air mata yang berlinang dengan tegar. Inilah sosok asli pria yang dicintainya selama ini! Kyra memang telah mencintai pria tak tahu berterima kasih ini selama bertahun-tahun ...."Mimpi! Bahkan harus mati sekalipun, aku nggak akan melahirkan anak ini!" teriak Kyra."Kyra, kamu yang bilang itu sendiri! Jangan menyesal!" maki Deven dengan ketus. Kemudian, dia berbalik dan turun ke lantai bawah.Begitu berjalan keluar dari apartemen, Deven melihat Maya yang sedang menenteng belanjaannya. Dia menyapa Maya dengan hormat, lalu berpesan, "Harus jaga nutrisi untuk makanan Nyonya setiap hari.""Baik," jawab Maya."Jangan biarkan dia keluar untuk sementara ini, hanya boleh beraktivitas
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K