Selain itu, benda ini juga akan menjadi bukti kuat untuk mengekang wanita jalang ini. Sebab, Okto telah terlalu banyak terlibat dengan semua hal yang dilakukan Irish. Jika masalah ini sampai terbongkar, mungkin saja Irish akan berbalik melawannya.Mawar selalu memiliki duri untuk melindungi diri. Jadi, cara paling efektif untuk menghadapi mawar berduri ini adalah dengan mencabut semua durinya.Setelah semuanya selesai, Irish mendekap dalam pelukan Okto dengan manja, "Okto, apa kamu sudah bisa beri tahu aku sekarang? Aku sudah berusaha keras tadi.""Kyra mengidap penyakit mematikan," jawab Okto.Mata Irish langsung berkedut saat menatapnya, "Bagaimana kamu bisa tahu?"Okto menceritakan semua kejadian hari ini secara garis besar pada Irish. Irish melepas kacamata Okto dan mencium matanya. "Lalu, bagaimana kamu berencana mau membantuku?""Kamu mau bagaimana?" tanya Okto sambil mencubit pinggangnya yang ramping. Kyra berbisik ke telinga Okto.Okto melihatnya sejenak, lalu menunjuknya denga
Kyra duduk di ruang tamu dengan gelisah. Pada saat ini, dokter penanggungjawabnya menelepon Kyra dengan nada panik, "Nona Kyra, bukannya kamu mau lakukan operasi aborsi? Kenapa katanya suamimu membawamu pergi waktu itu?""Aku ...." Kyra terdiam karena tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini.Nada bicara dokter itu jadi semakin serius, "Bukannya aku mau ikut campur. Tapi, kondisimu sudah nggak bisa ditunda lagi. Kamu tahu sendiri, 'kan? Cepat lakukan operasinya!"Tiba-tiba, terdengar suara yang dingin bertanya, "Kamu telepon siapa?"Kyra terperanjat seketika. Deven mengerutkan alis dengan kesal. Memangnya dia ini iblis? Apa Kyra perlu setakut itu padanya?Melihat wajah Deven yang muram saat berjalan mendekatinya, Kyra buru-buru menutup telepon dan menjelaskan, "Dokter mendesakku untuk melakukan operasi aborsi.""Dokter yang mendesakmu atau kamu yang nggak mau anak itu sendiri? Kamu yang paling jelas dengan hal itu!" Deven menatapnya sambil berkacak pinggang dan tersenyum sinis.K
Berpikir sampai di sini, Deven tiba-tiba tertawa, "Aku sudah persiapkan peti dan semuanya, menurutmu?"'Benar juga. Kyra, dia bahkan sudah persiapkan semua untuk kematianmu. Apa lagi yang kamu harapkan?' batin Kyra. Saking kesalnya, suara Kyra kini terdengar serak dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia mengusap air mata yang berlinang dengan tegar. Inilah sosok asli pria yang dicintainya selama ini! Kyra memang telah mencintai pria tak tahu berterima kasih ini selama bertahun-tahun ...."Mimpi! Bahkan harus mati sekalipun, aku nggak akan melahirkan anak ini!" teriak Kyra."Kyra, kamu yang bilang itu sendiri! Jangan menyesal!" maki Deven dengan ketus. Kemudian, dia berbalik dan turun ke lantai bawah.Begitu berjalan keluar dari apartemen, Deven melihat Maya yang sedang menenteng belanjaannya. Dia menyapa Maya dengan hormat, lalu berpesan, "Harus jaga nutrisi untuk makanan Nyonya setiap hari.""Baik," jawab Maya."Jangan biarkan dia keluar untuk sementara ini, hanya boleh beraktivitas
Kyra hanya tertawa getir. Ini benar-benar ironis. Seorang putri dari keluarga terhormat sepertinya kini bahkan tidak punya kebebasan pribadi sama sekali. Awalnya, Kyra hanya ingin keluar untuk berjalan-jalan karena melihat cuaca sedang bagus. Musim dingin di Kota Arendalle biasanya selalu gerimis ataupun turun salju. Jarang sekali bisa ada matahari yang terik seperti hari ini.Melihat Kyra yang ingin keluar, Maya langsung mengusulkan untuk menemaninya berjalan-jalan di taman bunga di luar apartemen."Nggak usah lagi," jawab Kyra. Dia memegang gelasnya dan berjalan ke lanti dua. Maya juga mengikutinya dari belakang. Setelah selesai memasak, Maya menyajikan makanan ke hadapan Kyra.Kyra hanya menyuruh Maya untuk meletakkan makanan itu begitu saja. Semua masakan Maya terlihat menggugah, tetapi Kyra tidak berselera sama sekali.Ponsel Kyra tiba-tiba berdering. Lagi-lagi, dokter penanggungjawabnya yang menelepon. Kyra menerima panggilan itu dengan tenang. Nada bicara dokter itu semakin pani
Namun, Maya tetap tidak mau berdiri. Kyra melihat ke arah Alex yang berdiri di sampingnya. "Alex, ada apa sebenarnya? Kenapa Bi Maya berlutut di sini?""Pak Deven bilang masakan Bi Maya nggak cocok sama selera Bu Kyra, jadi harus dihukum. Ke depannya kalau Bu Kyra nggak mau makan, dia harus berlutut di sini untuk memohon Bu Kyra makan. Dia baru boleh berdiri lagi kalau Bu Kyra sudah mau makan," ujar Alex sembari mengatupkan bibirnya menyampaikan pesan Deven.Kyra langsung terbengong. "Aku nggak makan karena nggak berselera, nggak ada hubungannya sama dia!""Nyonya, di luar hujan deras. Sebaiknya Anda masuk ke dalam! Kalau terjadi apa-apa sama kandungan Nyonya, kami semua nggak akan diampuni!" Maya mengusap air matanya dan berkata, "Nyonya, aku memang pekerja kasar. Aku yang mau berlutut sendiri. Tuan Deven memberiku dua pilihan, mau mengundurkan diri atau berlutut untuk minta maaf pada Nyonya! Kondisi ekonomi keluargaku kurang bagus, jadi aku pilih jalan ini!"Maya meneruskan, "Aku yan
Begitu mendengar hal itu, hati Kyra terasa sangat sakit. Dia bertanya dengan buru-buru, "Bukannya biaya pengobatan baru dibayar beberapa hari yang lalu? Kenapa sudah habis secepat ini?""Mash ada saldo empat miliar, tapi dibekukan sama Deven bajingan itu! Kalau nggak bisa gunakan dana itu, mereka akan memaksa untuk berhentikan obat ayahmu!" Di ujung telepon, suara Mia terdengar seperti hendak menangis, "Kyra, kata direktur, pemulihan ayahmu sangat bagus. Kalau obatnya dihentikan begitu saja, kondisinya jadi berbahaya! Kyra, beri tahu Ibu sejujurnya, kalian bertengkar lagi ya?"Kyra meremas ponsel dengan erat. Dia mengerti apa yang diinginkan Deven. Demi melahirkan anak ini, Deven ingin mengancamnya dengan menggunakan ayahnya. Padahal mereka ini suami istri. Kyra begitu mencintai, memercayai, dan melindunginya. Namun, Deven malah menipu, menyakiti, dan bahkan ingin mencelakakannya .... Kenapa hubungan yang baik dulu bisa berakhir seperti in sekarang?"Kyra, Ibu tahu kamu sangat sedih. I
Maya mulai panik melihat Kyra yang tampak tidak berniat untuk makan. "Nyonya, Anda tetap harus makan. Aku masih harus merekammu makan untuk kirim ke Pak Alex."Kyra kembali teringat saat dia tidak mau makan malam semalam, sehingga membuat Maya berlutut di tengah hujan sangat lama. Dia tidak boleh membiarkan orang lain menerima hukuman karena suasana hatinya. Maya tidak bersalah.Kyra berusaha menahan rasa tidak nyaman di lambungnya dan melahap bubur hingga habis. Maya merekamnya, lalu mengirimkannya pada Alex."Bi Maya, apa kamu bisa hubungi Deven?" Mendengar pertanyaan Kyra, Maya sontak tertegun."Bantu aku hubungi dia, bilang aku ingin bertemu dengannya." Air mata Kyra berlinang saat mengucapkan, "Bi Maya, ayahku sekarang sudah dihentikan obatnya. Tolong bantu aku hubungi dia ya?"Maya ragu-ragu sejenak, tetapi akhirnya tetap menelepon Deven. Namun, Deven tetap tidak menjawab teleponnya."Nyonya, jangan panik. Tuan Deven sedang sibuk sekarang, aku sudah kirim pesan padanya. Dia adala
Namun saat melihat nama penelepon yang tertera, Kyra tampak kecewa. Bukan Deven yang meneleponnya. Dia tetap menjawab panggilan itu, "Dokter.""Bu Kyra, jangan salahkan aku cerewet! Aku sudah bilang padamu semalam, kamu harus cepat lakukan aborsi." Ucapan dokter yang penuh perhatian ini membuat hati Kyra terasa sangat hangat. Bahkan orang asing saja bisa begitu memperhatikan kesehatannya."Dokter, aku nggak jadi operasi.""Bu Kyra, kamu ini sedang bercanda ya?" tanya dokter dengan kaget."Aku nggak bercanda, aku berencana untuk melahirkannya. Terima kasih atas perhatian Dokter.""Tapi ...." Dokter itu ingin mengatakan sesuatu."Nggak ada tapi, ini adalah nyawaku. Dokter, kalau nggak ada urusan lainnya, aku tutup dulu teleponnya." Kyra langsung mengakhiri panggilan tanpa menunggu respons dari dokter. Dulu dia selalu ingin melawan takdir. Misalnya saat ibunya melarang untuk menikahi Deven, Kyra bersikeras ingin membuktikan pada orang tuanya bahwa pria pilihannya ini tidak salah.Dulu dia
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K