Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216).(Sekeping Hati – Kebahagiaan Samar)Filzah langsung masuk ke dalam kamar setelah menutup pintu utama tanpa menghiraukan Arash yang masih berdiri di depan pintu. Beruntung di rumah tidak ada siapa-siapa, sehingga dia bisa masuk tanpa harus membiarkan Arash masuk untuk berpamitan pada anggota keluarga yang lain. Sementara itu, seperti biasa, Bik Jum setelah makan malam sudah masuk kamar dan beristirahat. Di kamar, Filzah kembali menumpahkan cairan bening, meskipun sejak tadi cairan itu sudah membasahi pipinya.Rasanya ada gumpalan yang menyesakkan dada sehingga menekan kelopak matanya tuk mengurai air mata. “Ya Allah, aku harus bagaimana?” isaknya sesenggukan. Lelah menangis, gadis cantik bermata hazel itu pun tertidur sambil meringkuk di atas ranjang queen size kesayangannya.P
Saat kesedihan melanda hati, maka berdoalah karena Allah selalu tahu bagaimana caranya menciptakan kebahagiaan.(Filzah – Sekeping Hati)Merasa telah cukup berbincang dengan keluarganya, Filzah kembali ke kamar mengambil ponsel dan tas, bersiap berangkat ke butik. Baru saja ia menutup pintu kamar, terdengar dering ponselnya. Dikeluarkannya ponsel dari dalam tas tangannya. Terpampang nama Arash di layar ponsel.Sebelum menggeser layar ponsel tuk menjawab panggilan telpon, gadis cantik itu terlebih dulu menetralkan degup jantungnya. “Assalamualaikum, Kak,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, Zah. Bagaimana keadaanmu pagi ini? Aku berharap perasaanmu sudah lebih baik pagi ini. Aku tidak sabar untuk bertemu dan mendengar jawaban darimu. Sungguh aku berharap kamu tidak akan membatalkan rencana pernikahan kita,” ucap Arash dengan suara sedikit memelas penuh harap.“Kita akan bertemu nanti. Saat ini aku sedang terburu-buru, aku sudah terlambat. Maaf, aku tutup dulu, Kak. Assalamualaikum.”
Proses pendewasaan dalam hidup adalah melalui ujian-ujian yang terjadi dalam hidup.(Filzah – Azzura ~ Sekeping Hati)Filzah memang memutuskan untuk melanjutkan rencana pernikahannya, tetapi sikap gadis itu terlihat datar menanggapi setiap ucapan Arash. Arash mencoba memaklumi sikap yang ditunjukkan gadis itu, walaupun sedikit kecewa.“Maaf, Kak. Aku harus segera kembali ke butik. Pukul tiga nanti, ada meeting lagi dengan pelanggan. Permisi,” pamitnya sambil berdiri sedikit membungkukkan badan.“Baiklah, sekali lagi terima kasih sudah mau melanjutkan rencana pernikahan kita. Aku akan berusaha memperbaiki situasi yang membuatmu tidak nyaman ini,” ucapnya yang ditanggapi Filzah dengan senyum tipis. “Assalamualaikum,” ucapnya seraya meninggalkan Arash.“Wa’alaikumussalam,” balas Arash sambil menatap sendu punggung gadis yang berjalan meninggalkannya. Tubuh ramping gadis itu perlahan menghilang dari arah pandangnya.“Aku tahu, Zah. Sulit untukmu memutuskan semua ini, bahkan aku melihat a
“Tanpa komitmen, pada akhirnya cinta tak akan bertahan dalam menjalin sebuah hubungan.”(Filzah 💔 Arash – Sekeping Hati)Kondisi tak biasa tampak di kediaman keluarga Priambudi. Rumah mewah mereka mulai dipenuhi dengan kedatangan kerabat dan para tamu. Beberapa kerabat mereka yang datang dari luar kota atau daerah lain sudah berdatangan sejak kemarin dan bermalam di hotel milik keluarga. Begitu pula dengan Cynthia dan Bambang, oma dan opa Filzah, mereka sudah tiba dari Singapura sejak dua hari yang lalu, bersama beberapa asisten pribadi. Mereka semua ingin hadir dan memberikan doa restu di hari istimewa Filzah. Hanya tinggal hitungan waktu, Filzah akan melepas masa gadisnya—menikah dengan Arash.Filzah tengah dirias oleh MUA dengan didampingi Azzura. Sesuai permintaan gadis cantik itu, sang kakak ipar tidak boleh meninggalkannya walau sedetik pun. Di kamar itu juga, ada dua sahabatnya, Ariana dan Fitri. Pukul 08.00 rombongan calon pengantin wanita meninggalkan rumah menuju Masjid Ag
Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu hati di dalam hati, dan berjanji untuk tidak akan mengkhianati. – Bacharuddin Jusuf Habibie(Filzah Nawwal Haziq Priambudi – Sekeping Hati)Senyuman menyeringai Alvisyah tidak menggangu hati Filzah. Gadis cantik bergaun pengantin putih sangat indah dengan hiasan butiran swarovski yang berkilau--hasil rancangannya sendiri malah mengukir senyuman manis yang tulus. Alvisyah dengan angkuh memalingkan wajahnya dan memilih turun dari panggung. Alvisyah mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang selama ini selalu berada di pihaknya. Ya, dia sedang mencari Nirmala. Entah berada di mana wanita itu. Alvisyah terlihat sangat kesal, meski sudah cukup lama ia mencari sosok wanita paruh baya itu di keramaian pesta namun tak jua ia temukan.Kecewa dengan hal itu, akhirnya Alvisyah memilih untuk meninggalkan pesta. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok yang sedang dicarinya tengah mengobrol bersama seseorang didampingi Habibi
Ketika ketulusan dipertanyakan, di saat itulah kesungguhan harus dibuktikan, bukan dengan ucapan melainkan oleh tindakan.(Filzah – Arash – Sekeping Hati)Filzah tak bergeming di tepi ranjang. Posisinya masih sama seperti saat Arash memberanikan diri menyusuri wajahnya. Tubuhnya mematung hingga Arash menghilang di balik pintu kamar hotel. Ingin rasanya Filzah mencegah kepergian Arash, tetapi tubuhnya keluh dan tidak ada tenaga."Ada apa sebenarnya? Mengapa Kak Arash terburu-buru pergi setelah menjawab telpon? Siapa yang menelponnya?" gumamnya risau. Permintaan Arash yang memintanya untuk tidur lebih dulu, dia enyahkan.Sebenarnya saat ini hatinya tengah gundah. Dirinya masih belum bisa mencerna semua ucapan Arash yang menyatakan akan memenuhi tanggung jawabnya lahir dan batin sebagai seorang suami. Apakah itu suatu kesungguhan, ataukah hanya sekedar upaya Arash menghilangkan kekakuan di antara mereka?Meskipun hatinya sempat menghangat karena ucapan dan perlakuan Arash tadi. Namun,
Pernikahan itu laksana taman, membutuhkan waktu untuk tumbuh. Akan tetapi, untuk menunggu panen dengan hasil yang memuaskan dibutuhkan kesabaran dan kelembutan untuk merawat tanahnya.(Filzah – Arash – Sekeping Hati)Mata Filzah mengerjap, mendadak kantuknya hilang. Morning kiss dari Arash membuatnya tertegun beberapa saat, susah payah gadis itu menenangkan debaran jantungnya. Filzah yakin wajahnya kini memerah, refleks kedua tangannya mengusap kedua pipinya.Sadar Arash masih memperhatikannya, Filzah pun segera menundukkan kepala menghindari kontak mata dengan pemuda yang berstatus suaminya itu.Gemas melihat Filzah salah tingkah, membuat Arash semakin ingin menggoda sang istri. Arash mengangkat dagu gadis cantik yang tetap cantik tanpa riasan make-up di wajahnya. “Kenapa menunduk?” ujar Arash sambil tersenyum manis.Segera ditepisnya tangan sang suami pelan. "Aku mau Salat, Kak!" serunya mengukir senyum malu. "Aku harus menghindari berlama-lama bertatapan dengannya, jika tak ingi
Hal yang paling menyakitkan dalam hidup adalah penolakan dari orang yang sangat kita hormati dan sayangi.(Filzah – Sekeping Hati)Arash terbangun dan bergegas turun dari ranjang ketika mendengar ketukan pintu. Gegas Arash mendekati koper dan mengeluarkan pakaian dari dalamnya lalu memakainya.Ingin rasanya Arash menyahut agar orang yang di luar sana berhenti mengetuk pintu. Namun, dirinya khawatir tindakannya itu malah akan membangunkan Filzah yang masih lelap.“Maaf, Tuan. Sudah tiga kali saya ke sini untuk mengantar makanan yang di pesan Nona Filzah, tapi tidak ada yang membukakan pintu,” ujar pelayan hotel merasa canggung. Apalagi dilihatnya wajah Arash tampak sedikit terganggu. “Iya, tak apa-apa, Mas. Saya yang seharusnya minta maaf, kami ketiduran,” ungkap Arash tidak enak hati.“Baiklah, Tuan. Mohon maaf, bolehkah sekarang saya membawa troli makanan ini ke dalam?” tanya pelayan itu sopan.“Tidak usah, Mas! Biar saya saja yang membawanya. Nanti setelah selesai makan kami aka