Pagi ini Nirina sudah bersiap menunggu Dony untuk melihat langsung perkembangan kasus Haziq. Ia akan menyusuri tempat kejadian perkara. Berharap bisa menemukan titik terang. Kalau memang Haziq meninggal ia ingin tahu jenazah sang suami.Pukul 08.00 Dony baru sampai rumah Nirina, ia langsung masuk menemui wanita itu. Setelah pamit pada Cynthia dan Retno mereka langsung berangkat menuju tempat yang mereka tuju.“Na, apapun yang terjadi kamu harus kuat. Aku yakin kamu bisa,” ucap Dony menguatkan.“Terima kasih, Mas. Aku ingin melihat dan menyusuri langsung tempat itu. Supaya aku bisa tenang. Setelah itu aku akan menjalani masa Iddah dengan baik. Aku sedih karena belum selesai masa iddah sudah harus keluar, tapi aku ingin hatiku yakin dengan semua ini dengan memastikan langsung sendiri,” tuturnya sambil menunduk sedih.“Aku tahu, niatkan dhorurot, Na. Ini memang berat untukmu. Asal kamu tahu, kami semua ada untukmu,” ujar Dony sambil tersenyum tulus.“Terima kasih banyak, Mas,” ucapnya li
Kakek Nawawi tidak berhenti mengagumi rumah mewah milik Bambang Priambudi. Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat rumah seperti yang ada di hadapannya saat ini.“Masyaallah, ini rumahnya orang tuamu, Nak? rumahnya Nak Haziq?” tanyanya memastikan.Haziq tersenyum mengangguk. “Iya, Kek. Kalau Kakek bersedia, Kakek bisa tinggal di sini sampai kapan pun,” jawab pria tampan itu sambil melihat wajah keluarganya. Semua tamu sudah meninggalkan rumah dan tersisa keluarga inti beserta Dony.“Ah, Nak Haziq bisa saja,” ucapnya polos dan menganggap pria tampan yang selama satu tahun lebih itu ditolongnya hanya bercanda.“Aku serius, Kek. Aku berharap Kakek mau tinggal di sini bersama kami, menikmati hari tua Kakek di sini,” ucapnya serius dan tulus tanpa menghilangkan senyum di wajah tampannya.Pria berusia senja itu mengukir senyum hangat. “Terima kasih, Nak. Maaf, Kakek tidak bisa! Kakek lebih nyaman tinggal di desa. Membantu masyarakat yang membutuhkan jasaku. Kapan saja kalau kalian rindu bi
Dua puluh tiga tahun berlalu.Nirina dan Haziq hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Zayyan dan Filzah tumbuh menjadi pemuda dan pemudi yang cantik dan tampan idola banyak orang. Zayyan yang memilih menjadi pengacara dan Filzah menjadi desainer kelas dunia. Mereka tidak ada yang berminat untuk melanjutkan bisnis keluarga Priambudi, tetapi sesekali Zayyan dan Filzah harus tetap bersedia terjun untuk mengurus perusahaan yang sudah beralih atas nama mereka. Ya, meskipun terpaksa karena yang kadang dibutuhkan oleh asisten pribadi mereka adalah tanda tangan. Zayyan dan Filzah menyerahkan semua urusan perusahaan pada orang kepercayaan keluarga. Sebagai orang tua, Haziq dan Nirina pun mau tidak mau menghargai keputusan dua buah hatinya itu.Lantas, bagaimana dengan Dokter Dony? Sahabat yang sudah berkorban besar untuk keluarga Priambudi. Ya, enam bulan setelah pernikahan kembali Haziq dan Nirina, dokter tampan dengan dua lesung pipi itu menikahi asisten pribadinya yang diam-diam di
Mulailah pahami bahwa penderitaan, kekecewaan, dan kesedihan bukan untuk menyusahkan, merendahkan atau merampas martabat kita, tetapi untuk mendewasakan dan mengubah kita supaya menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah.(Azzura Balbina Ayyubi – Cahaya Cinta Azzura)🌻🌻🌻Tumbuh dan dibesarkan di panti asuhan membuat Azzura menjadi sosok yang kuat, cekatan, mandiri, dan berjiwa besar. Ia sendiri tidak pernah mengetahui wajah kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya konon meninggal dunia disebabkan kecelakaan pesawat. Setidaknya itulah yang dia dengar dari Bu Winda, yang mengetahui cerita itu dari warga yang mengantarkannya ke panti milik Bu Winda.Kini usia gadis cantik itu sudah dua puluh satu tahun. Karena kepintaran dan kecerdasannya, berulang kali dia mendapatkan beasiswa. Bukan saja di dalam negeri, dia pun pernah mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Namun, dia menolak dengan alasan tidak mau meninggalkan Bu Winda dan adik-adik panti yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.S
Orang yang hebat itu adalah orang yang ketika dihina, dia tidak tumbang. Dan ketika dipuji, dia tidak terbang.(Azzura Balbina Ayyubi – Cahaya Cinta Azzura)Hari ini Azzura diperintah Bu Winda mengantar kue pesanan langganan yang sedang hajatan. Dengan dibantu Pak Sobri, sopir Bu Winda, Azzura berangkat.Azzura tidak menyangka, rumah langganan Bu Winda satu gang dengan rumah keluarga Rafka. Hatinya ragu, takut bertemu dengan keluarga Rafka di tempat acara. Apalagi dia sangat tahu mamanya Rafka mulutnya pedas sekali kalau nyinyir.“Bismillah, semoga aku tidak bertemu keluarga Kak Rafka,” gumamnya. Pak Sobri yang melihat Azzura gelisah sambil meremas hijab pun bertanya. “Kenapa, Nak? Apa ada masalah?”“Hehehe, tidak ada, Pak. Ya sudah, saya turun dulu,” kekehnya. Azzura langsung mengambil beberapa kardus berisi kue di bagasi mobil.“Permisi, saya mau antar kue ini,” ucapnya pada satpam rumah tersebut.“Silakan masuk, Mbak. Langsung saja temui Bu Alya,” ucap satpam itu memerintah.Di d
Aku tidak bisa memilih dengan siapa jatuh cinta, tetapi aku bisa memilih siapa yang patut untuk kuperjuangkan.(Rafka Bahar – Cahaya Cinta Azzura)Azzura langsung mengajak Pak Sobri pulang setelah menyelesaikan tugas dari Bu Winda. Di dalam mobil dia termenung, kembali mengingat apa yang dikatakan Savina, betapa wanita itu membencinya. Azzura semakin ragu untuk melanjutkan hubungannya dengan Rafka.“Bagaimana aku bisa melanjutkan hubungan ini? Tante Savina sangat membenciku, tapi aku juga tidak bisa membuat Kak Rafka patah hati. Cintanya tulus padaku,” gumam Azzura, dirinya dilema.“Nak Zura ...,” Panggil Pak Sobri. Azzura yang sedang melamun pun terkejut.“I-iya, ada apa, ya, Pak?” tanyanya sambil garuk tengkuk. “Apa Nak Zura sakit?” tanyanya khawatir. Saat berangkat tadi, Azzura terlihat ceria dan bersemangat. Namun, ekspresinya langsung berbeda saat masuk ke dalam kompleks perumahan mewah itu.“Ti-tidak. Memangnya kenapa, Pak?”“Sejak tadi wajah Nak Zura gelisah, murung, dan sekar
Hati yang kuat tidak akan pernah goyah dengan berbagai tekanan, karena tekad dan keyakinan telah mengalahkan segalanya.(Azzura Balbina Ayyubi)Azzura masih menangis di hadapan Ayana. Dia bingung harus menjawab apa? Hati siapa yang tidak bahagia, dilamar pria yang sangat dirinya cintai. Namun, hatinya juga memikirkan penolakan keluarga besar pria itu nanti. “Beginilah rasanya hidup sebatang kara tanpa kedua orang tua, Na. Kami dipandang rendah hanya karena menjadi anak panti. Padahal anak panti juga manusia, kami butuh disayangi dan dicintai. Apa kami salah hidup di panti? Kami selalu berjuang memberi yang terbaik supaya tidak dipandang sebelah mata. Kami selalu berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik, baik di akademis maupun non akademis. Aku capek bila terus seperti ini, Na. Capek ...,” ucap Azzura lirih. Ia menangis tergugu.“Sabar, Ra. Aku memang belum pernah merasakan berada di posisimu, tapi aku sahabatmu. Aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Memang sabar mudah diucapkan
Meneduhkan di saat gelisah, dekat di saat susah, mengobati di saat sakit. Itulah cinta sejati.(Rafka Bahar – Azzura Balbina Ayyubi)Ayana masih menggandeng Azzura keluar dari kafe. Dia hanya tidak ingin Azzura dihina lagi. Jujur, kalau mendengar sang sahabat dihina, Ayana pun ikut sedih dan sakit hati.“Na, aku hubungi Kak Rafka dulu,” ucap Azzura saat berada di dalam mobil Ayana.“Ya, hubungi aja dia. Mungkin Kak Rafka bisa menjinakkan adiknya yang binal itu,” ucap Ayana kesal.“Ayana ... enggak baik berkata begitu. Kita doakan aja, supaya Indira segera diberi hidayah,” ucap Azzura lembut.“Cewek binal itu bisa sadar kalau ada hal buruk menimpanya, Ra,” ucap Ayana masih menunjukkan kekesalannya.“Ayana ...,” ucapnya lirih. “Iya-iya.” Dengan cemberut, gadis cantik itu memilih mengalah.Azzura tersenyum manis melihat sang sahabat yang cemberut dan kesal padanya. Dia tahu, Ayana hanya ingin membelanya, Azzura sangat menghargai itu, tetapi dia tidak suka bila Ayana mengotori hati dan