Share

Part 3. Bertemu

last update Last Updated: 2023-05-19 16:14:46

Matahari Sabtu kali ini masih malu-malu memancarkan sinarnya. Walau sudah pukul 11.00 siang namun hawanya masih seperti pukul 07.00 pagi. Weekend pertama tanpa Mas Reno. Entah dimana dia, setiap detik rasanya masih memikirkan lelaki berhidung mancung itu.

Hari ini malas sekali rasanya berkegiatan. Ku ambil gawai di atas nakas, yang dari semalam sepulang kerja tak kusentuh. Ku buka aplikasi icon berwarna hijau sambil berselonjoran di tempat tidur, banyak chat yang masuk mulai group SD, SMP, SMA, kuliah, sampai group kantor, dan ada beberapa chat pribadi. Tetapi, mata ku tertuju pada pesan dari sosok yang selalu dikangenin. Dia Reisya.

[Rin, Sabtu ini ada acara nggak? Ketemuan yuk, mumpung aku lagi di Jakarta!] 

Duh Reisya, kok kamu selalu ada di saat yang tepat sih. Ku balas pesan darinya.

[Haa! Lu di Jakarta? Oke, kita ketemunya di tempat biasa aja yah Rei, sekitaran pukul 14.00 aja ketemuannya]

[Iye, sampai ketemu nanti yah] balasnya lagi

Reisya adalah teman seperjuanganku sewaktu masih kuliah dulu. Pertemuan tidak terduga sebagai mahasiswa baru kala itu, awal dari persahabatan kami sampai saat ini. Dia juga salah satu saksi perjalanan cintaku dengan Mas Reno.

Ah, lagi-lagi kamu Mas. Andai saja kemarin kamu mau mendengarkan sedikit penjelasan ku, mungkin cerita weekend ini akan berwarna.

***

"Baaaaarrr" Reisya mengagetkanku dari belakang sembari memukul pundak keringku.

"Astagfirullah, kamu Rei, ih. Eh tumbenan nih main ke Jakarta? Kangen banget lho gue sama elu." kupeluk tubuh dia yang agak berisi itu.

"Iya nih, ada urusan kerjaan. Lumayan lah sambil liburan. Hampir seminggu gue di sini besok juga balik." pungkas Reisya, lalu menyedot juice alpukat kesukaannya dari dulu.

"Wah parah lu, udah hampir seminggu di sini baru ngabarin gue. Terus lu kapan nikah? Udah nemu sama pria idaman lu?"

"Hok, hok, hok, a-apaan sih lu Rin,  Na-napa nanya so-soal itu sih ah. Pertanyaan lu bikin gue tersedak gini."

"Lah, wajar dong gue pengen tau, kali aja lu udah nemu." cecarku

"Sabar dong Neng, lu udah sama kayak emak gue, nanyain itu mulu. Eh, ngomong-ngomong gue nggak lagi ganggu weekend lu sama Reno kan?"

Ya ampun kenapa Reisya pakai sebut-sebut nama Reno segala sih, bikin mood gue jadi berantakan.

"Oooii, bengong aja lu, gue nanya ini nanya. Eh bentar-bentar itu muka kenapa jadi badmood gitu Rin. Lu lagi ada masalah?" cecar gadis berambut potongan dora itu.

"Ah enggak, nggak kenapa-kenapa kok" ku palingkan wajah dari Reisya berharap dia tidak menaruh curiga dengan sikapku.

"Lu yakin nggak mau cerita sama gue, Rin?" nada suara Reisya yang merendah membuat dada ini semakin sesak dan airmata pun tak terbendung lagi.

"Rin, lu kok nangis sih? Kenapa? Ada apa? Cerita dong sama gue!" tubuhku dipeluk Reisya airmata pun semakin pecah membasahi bajunya.

"Gue, gue, gue ditalak sama Mas Reno, Rei."

"Haa! Apaa! Di-ditalak? Kenapa bisa?" Reisya seakan tak percaya dengan apa yang aku ucapkan, dia mengguncang tubuhku.

"Iya, ini hanya salah paham. Tapi Mas Reno tidak mau dengerin penjelasan gue, Rei." lirihku

"Apanya salah paham Rin?" Reisya semakin penasaran dengan apa yang sudah terjadi.

Jadi waktu itu........

"Bentar Rin, cowok gue nelfon. Gue angkat dulu yah" Reisya memotong pembicaraan ku.

Selang semenit ....

"Gimana-gimana tadi Rin. Eh iya, cowok gue mau ke sini lu nggak apa-apa kan kalau dia gue ajak gabung sama kita. Biar lu tahu juga siapa pasangan gue sekarang." 

Sekejab ku seka airmata yang sedari tadi mengucur deras. "Haa, lu udah punya cowok? Terus cowok lu di sini juga? Kok lu nggak pernah cerita sama gue sih, Rei. Kerja di sini cowok lu?" cecarku.

Rasa sedih tadi berubah menjadi haru, aku yang tadinya sendu, sedikit terhibur mendengar pernyataan Reisya. Sahabatku ini memang tidak mudah untuk jatuh cinta, sama hal nya dengan aku.

"Lah, kok jadi bahas gue sih. Kan cerita lu lebih penting, Rin. Eh Rin, itu cowok gue udah datang." sahut Reisya, sembari menyubit tanganku.

Posisi ku yang membelakangi pintu masuk, tentu tidak melihat siapa saja yang lalu lalang masuk ke restoran tempat kami nongkrong. Dan.....

"Rin, kenalin ini cowokku." 

Sewaktu mau berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersalaman, mataku membeliak sosok lelaki yang ku kenal berdiri di depan ku dan dia adalah cowok dari sahabatku sendiri. Oh Tuhan, mengapa begitu rumit masalah yang ku hadapi.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
jess
setuju. gak jelas karakternya.
goodnovel comment avatar
Bocah Ingusan
tokohnya bego tak sok hebat. ga layak baca
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
sapa tuh cowok sahabatny Rin ya jadi penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 4. Heran

    "Deska." dengan murka, kutarik tangan yang sempat mengulur tadi, buat apa juga bersalaman dengan orang seperti dia."Rinjani, kok kamu di sini?" keningnya mengerut rupanya Deska juga terkejut melihat aku berdiri di depannya dan dia seperti kebingungan mengapa aku ada bersama Reisya.Reisya yang melihat ekspresi ku dan Deska pun ikut heran, "Kalian sudah saling kenal? Kok bisa?" tampak bola matanya melirik ke arah ku dan Deska."Rei, gue pamit ya ada urusan penting." kutarik kasar tas di atas meja lalu pergi meninggalkan mereka."Rin, Rinjani, tunggu Rin.""Lepasin aku Rei." Reisya yang sempat menahan dengan memegang lengan dan terpaksa ku sentak.Ada perasaan bersalah sama Reisya karena meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan. Tapi menurutku, ini bukan waktu yang tepat. Tidak tahu juga apa yang terjadi di antara Reisya dan Deska. Semoga mereka baik-baik saja.Ku harap Reisya mengerti dengan posisi ku walaupun dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, mengapa harus Deska

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 5. Siapa Perempuan Itu?

    Kutarik nafas lalu dihembuskan perlahan, mengatur emosi yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Permasalahan yang ada harus diselesaikan satu per satu. Tak perlu lagi aku meratapi, tentang apa yang sudah terjadi. Mungkin ini yang dinamakan takdir. Dan mungkin ini jalan terbaik. Mencoba ikhlas dan rela tentu takkan mudah. Tapi kalo menurut Yang Kuasa aku mampu menjalani, ya sudah berbesar hati saja. Aku kuat demi diri sendiri dan Ibu, itu saja saat ini.Ku pandangi satu per satu foto yang berderet di atas nakas. Sungguh indah memang untuk dikenang, tak ada yang menyangka rumah tangga yang ku harap hanya sekali seumur hidup berakhir dengan persoalan yang menurutku itu konyol.***Malam harinya ku kemas satu per satu baju dan perlengkapan pribadi, rasanya semakin sesak jika aku tetap tinggal di rumah penuh kenangan ini. Sewaktu mau menutup pintu kamar. Tiba-tiba bell berbunyi, sembari ucapan salam dari luar."Assalamualaikum, Rinjani, buka pintunya!" suara yang tak asing lagi, dia

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 6. Eneg Juga Sama Dia

    Aku menelusuri lobi dengan pelan, menuju arah tempat duduk Rinata dengan Mas Reno tadi. Kali ini lobi sudah agak mulai sepi. Kulihat jam dinding yang menempel di dekat meja receptionist tadi, rupanya sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Wajar saja sudah mulai agak sepi.Ku putar bola mata dan badan memastikan satpam yang menyergapkan ku tadi juga tidak berada di sekitar lobi. Kalau sampai dia melihat ku lagi bisa kacau semua rencanaku. Dan, keadaan aman sesuai dengan yang aku harapkan.Aku berdiri di dekat tonggak, di tonggak yang sama. Kujulurkan kepala perlahan dan ternyata benar mereka masih ada di sana. Tapi yang ku lihat hanya Mas Reno dan seorang perempuan sepertinya masih perempuan yang tadi kulihat, karena pakaiannya sama persis. Tetapi aku tak mengenal sosok perempuan berambut panjang itu.Mas Reno sedang merangkul perempuan itu, terlihatnya mesra sekali. Dadaku terasa sesak, nafasku mulai tak beraturan, dan ingin sekali ku menampar mantan suamiku itu. Beranjak dari posisiku b

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 7. Harus Ikut!

    Senin yang begitu cerah, matahari pun menjadi saksi betapa bagusnya cuaca hari ini. Berjalan menuju lobi kantor, kali ini aku agak berenergi untuk memasuki gedung yang terdiri dari dua puluh lantai ini, aura yang kurasakan sudah membaik dari beberapa hari belakangan."Pagi, Bu" sapa seorang satpam bernama Pak Wawan, kita saling berpas-pasan di lobi kantor. Aku sambut hangat sapaannya."Pagi juga Pak Wawan, semangat bekerja ya." balasku dengan sedikit senyuman, Pak Wawan pun membalasnya dengan sikap hormat grak.Agak lucu memang, dia memang terkenal satpam humoris di antara satpam-satpam lainnya. Dan juga, dia mengabdi di perusahaan ini sudah lebih dari 15 tahun lamanya. Bukan waktu yang sebentar pastinya.Memberikan senyum dan sapaan yang hangat untuk karyawan lain. Hal ini sudah biasa aku lakukan sejak bergabung di kantor ini. Bagi ku pribadi tidak ada perbedaan strata apalagi jabatan karena di sini kita sama-sama mencari rezeki selagi itu halal.Ketika pintu lift mau tertutup, tiba-

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 8. Ranjang Berdampingan

    Urusan dengan Pak Harjoko nanti saja ku pikirkan. Pasti nanti dia akan bertanya kenapa Rinata juga ikut dalam perjalanan dinas kali ini. Sekarang biar ku booking tiket buat sekretaris polos ku itu, nggak apa-apa kalau harus mengeluarkan uang pribadi, yang penting aku bisa mencari tahu tentangnya.***Dalam perjalanan menuju bandara aku hanya diam membisu, terasa berat mulut ku berbicara dengan dia. Rinata pun entah mengapa juga tak mengeluarkan suaranya. Hmm, mungkin masih merasa kesal dengan ku.Dan benar saja dugaan ku, Pak Bos terkejut dengan ada Rinata di samping ku. Pak Harjoko sudah lebih dahulu keluar dari kantor. Mungkin ada keperluan lain."Lho Rin, Rinata i...." Pak Harjoko melihat ke arah ku dan Rinata secara bergantian."Yuk kita check-in Pak, nanti keburu antri lama." dengan sigap aku memotong ucapan Pak Harjoko, supaya Rinata tidak menaruh curiga terhadap ku.Untung saja Pak Harjoko, tidak meneruskan pertanyaanya lagi. Kali ini, Pak Bos bisa diajak berkompromi. Padahal a

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 9. Sangat Sulit Didapatkan

    POV Reno 1***Sekali kekhilafan yang ku lakukan, membawa deras rasa bersalah ku terhadap Rinjani, istriku. Berkhianat di belakangnya, sejak dua tahun yang lalu. Aku tidak ingat kapan memulai hubungan secara serius dengan Rinata.***Meraih cinta Rinjani, sejujurnya begitu sulit kudapatkan. Masih ingat di benakku. Aku yang sedari kuliah sudah menaruh hati kepadanya. Sosoknya yang unik itu yang menjadi daya tarik untukku, ketika pertama kali bertemu di kampus.Apalagi fashionnya tidak seperti wanita kebanyakan, yang sibuk dengan printilan dari ujung kaki hingga ujung rambut. Gayanya yang sederhana itu semakin membuat rasa penasaran ku bertambah. Kehidupan ku dengan Rinjani sangat berbanding terbalik, sekalipun begitu aku tetap saja terpikat olehnya. Kita satu angkatan, satu jurusan, tetapi beda kelas. Pada semester kedua, aku sampe bela-belain pindah kelas, agar bisa sekelas dengan Rinjani. Dan, saat itu aku mulai berkenalan dengan perempuan bermata sipit itu.***Tiga tahun silam ..

    Last Updated : 2023-05-31
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 10. Selalu Berpas-pasan

    Sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke pernikahan, aku dan Rinjani sudah berdiskusi tentang siapa yang harus mengundurkan diri. Waktu itu kami membicarakannya usai pulang kerja. Nongkrong di cafe sambil makan malam."Rin, kalau menurut ku, biar aku saja yang resign kamu tetap di situ saja." bujukku."Aku saja yang resign Mas, kamu kan laki-laki yang bakal jadi kepala keluarga untuk menghidupi aku dan anak-anak kita nanti." kali ini terdengar agak tegas ucapan dari Rinjani. Dia memang tidak setuju kalau aku yang mengundurkan diri."Rin, kali ini jangan keras kepala bisa? Aku laki-laki in syaa Allah akan mudah mendapatkan pekerjaan lagi, beda sama kamu. Perempuan jika sudah memasuki usia dewasa dan apalagi mau menikah sangat jarang perusahaan dengan mudah menerima kondisi seperti itu." ku coba membujuknya."Ta-tapi, Mas..""Sekarang kamu pilih, aku yang resign dan kamu tetap bekerja atau aku tetap di perusahaan ini dengan catatan kamu di rumah saja, biar aku yang bekerja!" belum sempat

    Last Updated : 2023-05-31
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 11. Dua Bulan Setelah Pindah

    Sekitar dua bulan setelah aku pindah kerja ke tempat yang baru. Aku yang saat itu baru selesai telfonan dengan Rinjani, ketika mau meletakkan gawai, dering pesan Whatsapp berbunyi. Ketika ku buka, ternyata pesan dari nomor baru.[Pak, jangan sampai telat makan siangnya, nanti sakit. Salam rindu dari Rinata]Salam rindu? Oh, mungkin dia rindu sebagai teman kali yah, pikirku. Hmm, teman? Mengobrol saja aku tidak pernah. Ah, sudahlah tak perlu juga ku tanggapi dia.Aku tetap cuek, tak mengubris sama sekali. Sekalipun di awal bertemu aku sempat terkesima olehnya. Ku hapus pesannya itu, karena bisa jadi masalah kalau di simpan. Sampai berbulan-bulan lamanya, Rinata selalu mengirimi ku pesan. Tibalah waktu itu, siang yang mendung bersamaan dengan suasana otakku yang sedang berantakan karena banyak targetku yang meleset akan kemajuan perusahaan bukannya menghubungi Rinjani, aku malah mengirim pesan ke Rinata. Jujur, seminggu belakangan wajahnya selalu terbayang di pelupuk mata ku. [Ketemu

    Last Updated : 2023-05-31

Latest chapter

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Mau Miskin ataupun Bahagia, Aku Pilih Jalan Sendiri!

    Bab 12"Kamu beneran sudah gila ya, Lita! Mama pikir kamu bisa berpikir jernih sedikit, mengalah sedikit, apa kamu beneran nggak takut jadi janda dan hidup melarat?" serang Ririn dengan penuh amarah.Dia memang takut miskin karena mengingat hidupnya yang begitu susah dulunya.Lita mengendikkan bahu dengan angkuhnya."Aku memang sudah gila!""Kan berulang kali aku bilang sama mama, kalau aku nggak peduli. Mau hidup miskin ataupun kaya, terserah kedepannya. Aku capek diatur terus-terusan, aku yang lebih tahu kebahagiaan ku sendiri.""Sebelum Mas Ammar yang ceraikan aku, aku yang lebih dulu ceraikan dia, karena aku akan menikah dengan lelaki pilihanku!" erang Lita hilang kendali."Jangan bertindak bodoh kamu! Pikirkan lagi ucapan kamu itu Lita! Laki-laki itu pasti baru kamu kenal, nggak akan ada laki-laki yang nerima perempuan apalagi janda dengan segampang itu. Kamu nggak mikir efeknya nanti gimana?""Sudahlah, Ma. Aku capek berdebat terus dengan mama. Lagian hutang-hutang mama juga ham

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Diberi Nama Argantara

    Bab 11[Mas ... dimana? Aku lagi bete nih! Bisa keluar nggak]Lita mengirim pesan pada seseorang beberapa saat setelah menenggak habis minumannya. Tak perlu sepertinya Lita menunggu, selang satu menit, pesannya pun terbalaskan.Seperti tak kenal waktu, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari.[Kan tadi abis jalan. Kok masih bete sih?] Balas seseorang yang diberi nama Argantara.[Tau gini mending aku nggak pulang tadi.] Balas Lita cepat.[Terus gimana? Mau keluar lagi?][Iya.][Oke. Aku otewe]Sembari menunggu jemputan dari lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu ini, Lita menunggu lantai dua untuk mengambil tasnya. Dia berjalan mengendap-endap supaya langkah kakinya tak terdengar oleh Ririn sang mama.Dengan pelan dia menekan handle pintu dan membukanya sedikit saja. Tampak Ririn sudah tidur dengan posisi terlentang. Tak ingin ketahuan, Lita buru-buru menyambar tas yang ada di nakas.[Dimana? Aku udah siapa]Pesan yang dikirim Lita cukup lama dibalas, hingga ... terdengar b

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Arumi Dibawa Pergi

    Bab 10"Nggak cuma tanya apa ada yang mau nitip makanan, gue jawab aja langsung enggak.""Ooh ...." Lita sama sekali tak curiga dengan gerak-gerik teman kerjanya itu. Dia kembali berkutat pada ponselnya.[Ta, mama telponin daritadi nggak diangkat-angkat][Mama mau ngasih tau, mertua sama Arumi dan baby sitter kamu keluar dari rumah][Mama sempat nanya, tapi mertua kamu diam aja. Coba deh kamu telpon mertua kamu?]"Mama lebay banget deh ah. Perkara mereka keluar rumah aja pake lapor. Nggak ada apa hal yang lebih penting," ngomel Lita seraya membuka aplikasi lainnya."Masalah lagi?" tanya Dea."Ya biasalah, nyokap gue orang paling lebay. Masa iya, mertua, anak, dan baby sitter keluar rumah pake ngelapor segala ke gue. Kan nggak penting banget ya," jelas Lita dengan suara sedikit tinggi."Yaelah. Gitu aja lu sensi amat. Wajar aja lah emak lu lapor, kan mertua lu bawa anak lu keluar rumah, emangnya lu nggak mikir gimana gitu, khawatir paling tidak," sahut Dea seraya menyunggingkan sedikit

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Sepucuk Amplop Putih

    Bab 9"Lita ... Lita ..., bangun kamu! Heh!" Ririn mengguncang tubuh anaknya yang baru saja terlelap."Dasar kebo ya kamu, ditinggal sebentar ke bawah, langsung molor," sengit Ririn."Apa sih, Ma. Orang ngantuk juga." Lita menyentak tubuhnya. Tangan Ririn terlepas."Ammar mau menceraikan kamu!" ucap Ririn tanpa basa-basi."Hah?" Lita terduduk, dengan wajah masih berpoles make up dan rambut acak-acakan. "Jangan bercanda, Ma!" ucapnya tak percaya."Serius, tadi Ammar bilang, kalau kamu tidak berubah, bisa jadi kalian akan bercerai."Seolah seperti orang baru sadar, Lita mengibas angin tepat di depan wajah Ririn."Halah, paling juga ancaman belaka, Ma. Mana mungkin dia akan menceraikan aku. Lagian nih, pasti auto malu lah, dia kan tahu gimana rasanya punya orang tua nggak lengkap. Aku yakin, dia tidak akan melakukan hal itu, kalau dia sayang Arumi, aku yakin dia tidak akan memberikan Arumi orang tua yang tidak lengkap." Begitu percaya dirinya Lita berucap."Jika benar itu terjadi bagaima

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Apa Hanya Sekedar Ancaman?

    Bab 8"Buka mata kamu, Mmar. Apa iya pantas istrimu bicara seperti itu sama bunda?"Viola tak tinggal diam, terasa dipojokkan oleh Lita."Neng Viola harusnya juga buka mata, jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga, jangan karena Lita ingin istirahat sebentar, Neng Viola jadikan itu Boomerang," balas Ririn tegas."Kenapa kamu diam, Mmar?""Lihat istrimu Lita, bersimpuh meminta pengertianmu, dia rela meminta maaf atas apa yang sebenarnya tidak dia lakukan secara sengaja. Andai bundamu bisa mengontrol diri, tak akan runyam seperti ini," tambah Ririn.Ammar menundukkan kepalanya, melihat sekejap istrinya yang masih bersimpuh dan tak hentinya menangis. Isakkan tangis Lita pun terdengar semakin keras."Bund, kita turun saja dulu!" ajak Ammar memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik."Yuk, mending kita istirahat," sahut Viola dia menyunggingkan ujung bibirnya pada Ririn."Mas ... Mas ... Please, jangan begitu. Aku sedikitpun tidak ada niat mengutarakan ucapan seperti tadi s

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Debat-debat Apaan Itu di Lantai 2

    Bab 7"Eh, Bunda. Duduk sini, Bund. Mau ngomong apaan? Serius nih keliatannya," ucap Ammar seraya menurunkan kedua kakinya yang tadinya berada di kursi kosong."Kamu nggak tidur?" tanya Viola memulai pembicaraan, seraya menduduki kursi yang ada di sebelah kanan."Nanti lah, Bund. Bunda kenapa nggak tidur? Udah malam lho, Bund. Apalagi tadi sibuk ngurusin acara Arumi.""Iyaa, bentar lagi bunda tidurnya." Viola menyisir pandangannya, termasuk ke pintu utama yang terbuka dengan lebar."Bunda lagi liatin apa? Katanya tadi mau bicara, bicara apa, Bund?" tanya Ammar mulai penasaran apalagi melihat gelagat bahasa tubuh ibunya yang agak lain."Tadi bunda liat Lita naik ke lantai dua bawa beberapa baju. Emangnya dia mau tidur di atas lagi, Mmar?""Oh itu, iya, Bund. Malam ini dia mau istirahat di kamar lantai atas.""Istirahat gimana? Kalian kan punya kamar? Kenapa pisah kamar lagi kayak kemarin?""Hmm ... cuma malam ini aja kok, Bund. Lita kecapekan kalau tidur di kamar aku, bakalan keganggu

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Suami Sabar tapi Punya Istri Bar-Bar Galau

    Bab 6Malam ini, untuk pertama kali mereka tidur bertiga. Ammar sangat senang, hal kecil yang diimpikannya terwujud, satu kamar dengan istri dan anak."Mas, makasih ya. Atas sikapku kemarin." Lita kembali mengulangi permintaan maafnya pada Ammar saat mereka sama-sama tengah berbaring di atas ranjang sembari memainkan jambang Ammar yang tampak mulai lebat."Tidak apa, Sayang. Mas paham. Tapi, jangan lagi berkata seperti itu. Kasian Arumi," balas Ammar lembut dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Lita."Mas, juga minta maaf sama kamu. Mas yang salah atas semuanya yang terjadi," tambah Ammar kemudian.Cahaya remang, dinginnya suhu AC, dan lelapnya Arumi di ranjangnya sendiri, serta tak bisa dibendung rasa rindu Ammar pada istrinya. Tangan Ammar mulai nakal menjamahi tubuh Lita."Mas, kita tidur yuk! Aku capek," bisik Lita seraya menggeser tangan suaminya dari bagian tubuh yang tersentuh."Yaudah, yuk!"Posisi tidur langsung berubah, Lita membelakangi suaminya. Namun, Ammar sepertinya

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Minta Maaf karena Shock

    Bab 5Ammar seketika berdiri, telinganya terasa semakin panas oleh ucapan Lita yang sama sekali tidak ada rasa peduli padanya."Kamu bisa ngertiin posisi aku nggak?""Kamu juga nggak ngertiin aku, Mas. Kamu nggak ngerti gimana perasaan aku!" Lita tak mau kalah, mau adu nasib dengan suaminya yang siang malam berkejar-kejaran dengan waktu. "Aku kurang ngertiin apalagi coba? Aku akan tetap test DNA, tapi sabar dulu.""Terserah lah, Mas. Kamu egois!" Lita meninggalkan Ammar tanpa belas kasihan sedikitpun, seolah cinta dan kasih sayang yang dia berikan dari awal pernikahan sirna begitu saja."Lita ... Lita ... kamu nggak capek apa kita begini terus!" seru Ammar. Namun, Lita sama sekali tidak memperdulikan ucapan suaminya. Dia terus saja menaiki anak tangga Hari-hari yang dijalani Ammar sekarang selalu banyak masalah. Rumah terasa panas, dia pun sulit berkonsentrasi. Bahkan kerjaan yang sedang dia selesaikan sekarang itu, karena klien protes, dan itu karena Ammar tidak fokus.Viola yang m

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Ada Tujuan Lain

    Bab 4"Masa Neng Viola tidak tahu alasan saya berkata demikian? Bukannya Neng Viola sudah melihat bayi yang ada di kamar Ammar dan Lita.""Ya, saya sudah melihatnya. Lantas apa hubungannya dengan ucapan Neng Ririn tadi. Itu kan bayi mereka.""Saya tidak yakin, pasti Ammar sudah menjebak Lita. Bisa jadi itu anak orang lain. Saya rasa ad maksud lain dibalik hadirnya bayi itu.""Astaghfirullah, Neng. Jauh sekali pikiranmu. Sampai menuduh Ammar seperti itu. Saya tahu Ammar seperti apa, dia tidak akan berbuat sekonyol itu.""Udahlah, Neng Viola. Nanti saja kita buktikan. Saya akan tinggal di sini, biar tidak terjadi hal-hal buruk.""Sama lah kalau begitu, saya juga tinggal di sini. Kita buktikan saja siapa yang memfitnah."Lita tersentak, dia menatap ibunya, seolah mengode sesuatu."Lho, nggak bisa gitu dong, Neng. Anakmu laki-laki tidak perlu ditemani, beda dengan anakku, perlu penjagaan ketat.""Dia tidak terancam kok di sini, Neng Ririn. Malah, Lita bisa me time sepanjang waktu. Kan yan

DMCA.com Protection Status