Home / Romansa / Pengkhianatan Tercintaku / 5. Tamparan Seorang Istri

Share

5. Tamparan Seorang Istri

Author: nonaserenade
last update Last Updated: 2025-04-24 22:31:57

Ana merasakan Dekapan Hangat seseorang ditubuhnya, rasanya familiar dan ia tahu siapa yang tengah mendekap nya saat ini.

"Mas..."

"Tidurlah kembali Ana," bisik nya. Tangan besar Sam mengelus lembut kepalanya membuat Ana semakin berat sekadar untuk membuka matanya.

"Jangan tinggalkan lagi aku ya, Samy."

"Mas mencintaimu Ana." Dan ciuman yang hangat di keningnya terasa sekali. Ana dapat tertidur nyenyak.

Ia terbangun mendengar suara azan subuh dari handphonenya, menyadari dirinya hanya sendirian di kamar. Ia mengedarkan pandangan, mencoba meresapi sisa hangat yang seolah masih terasa di tubuhnya. Rasa familiar dari pelukan tadi membekas di hatinya, membuatnya sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan.

"Mas..." bisiknya pelan, masih berharap bahwa kehadirannya barusan bukan sekadar ilusi. Ana duduk di pinggir ranjang, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Perasaannya masih bercampur aduk antara harapan yang muncul kembali dan kenyataan yang dingin.

Perlahan ia berdiri dan melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu. Saat air membasuh wajahnya, ia berdoa dalam hati, berharap menemukan ketenangan yang ia butuhkan, meskipun hanya dalam sisa-sisa kenangan yang begitu membekas.

Ia bentangkan sajadah dengan hati-hati, merapikannya di lantai kamar yang sepi. Ana duduk sejenak, menundukkan kepala sambil menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba meredakan gundah yang sejak semalam menggelayuti hatinya. Perlahan, ia mulai shalat, menyampaikan segala resah dan kesedihannya kepada Sang Pencipta.

Di setiap sujud, ia menitipkan doanya, berharap diberi kekuatan untuk menghadapi rasa sakit yang begitu dalam. Meskipun perasaannya terasa hampa, Ana tahu bahwa hanya kepada Tuhan ia bisa memohon ketenangan.

Selesai shalat, ia duduk tenang, menangkupkan kedua tangannya, berdoa dengan sungguh-sungguh, Sam tak pernah sekalipun lepas dari doanya, ia berharap dapat segera mendapatkan petunjuk ditengah kerumitan jalan yang sedang ia tempuh ini.

•••

"Betapa serasi nya Tuan Sam dengan Nona Ashley, mereka pasangan yang sempurna."

Para pelayan sedang membicarakan majikan mereka, Ana turut mendengar gosip-gosip itu.

"Ya kamu benar, dan untuk pertama kalinya Tuan menahan nona Ashley untuk bermalam di kamarnya." Pelayan itu terdengar senang sekali.

"Kalian sudah bisa menebak kan apa yang mereka lakukan? Ah membayangkan nya saja aku ikutan panas dingin."

Ana tak-tahan, ia memilih pergi dari area kolam renang. Kali ini ia tak ingin menangis, tetapi ia ingin meluapkan amarahnya jika memang benar seperti apa yang dikatakan para pelayan.

Langkah kakinya berani masuk kedalam rumah utama, ia mencari keberadaan Sam. Tak peduli statusnya kini sebagai pelayan di mansion pria itu, bila perlu semua orang harus tau bahwa Ana adalah istri sahnya.

Tetapi begitu langkahnya hampir sampai dengan kamar Sam, ia menahan diri karena melihat suaminya keluar dari kamar bersama dengan Ashley.

"Oh ayolah Sam, semalam kamu banyak bergerak. Apa jejak tanganku membekas?"

"Ya sepertinya, tapi tak apa. Kamu sudah melakukan yang terbaik tadi malam."

"Jangan mengejek. Gerakannya amatiran, aku ingin belajar banyak pokoknya darimu Sam."

Dan mereka tertawa bersama, pembicaraan penuh keambiguan itu membuat Ana meradang, namun ia tak bisa untuk melabraknya. Ia harus lebih sabar lagi.

"Baiklah kalau begitu, aku harus pergi kekantor. Sam... terimakasih atas semalam." Dan perempuan itu pergi setelah mengedipkan sebelah matanya pada Sam.

Ana bergerak maju, dengan langkah cepat ia hampiri suaminya dan menahan tangan Sam yang berniat pergi dari sana. Sam berbalik menatap wajah Ana, namun sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

PLAK.

Sam terdiam sesaat, masih memegang pipinya yang terasa perih dan menatap Ana dengan sorot mata tajam.

"Apa yang kamu—"

Sam segera menyeret Ana ke dalam kamarnya, menutup pintu dengan cepat agar tak seorang pun melihat atau mendengar apa yang terjadi.

Suara langkah kaki di luar kamar perlahan menghilang, meninggalkan mereka dalam keheningan yang tegang.

"Apa maksudmu menampar saya, Ana?" Sam berbisik tajam, matanya menyala marah. Ana balas menatap Sam tanpa gentar, meskipun hatinya berdegup kencang. "Apa yang kamu lakukan semalam dengan perempuan itu?!"

Sam tertegun sejenak lalu mendekatkan wajahnya, menatap Ana dengan intens. "Kamu bisa menebaknya Ana."

PLAK

Kembali tamparan dilayangkan Ana pada Sam.

"Bilang tidak terjadi apa-apa Sam, bilang padaku kalian hanya mengobrol saja!" Pekik Ana keras sekali, namun suaranya tak sampai keluar karena kamar Sam kedap suara.

"Bukan urusanmu. Saya tidak harus meminta izin denganmu Ana, apapun yang saya lakukan tidak ada sangkut pautnya dengan mu lagi."

"Kalau begitu katakan, katakan bahwa kamu menceraikan ku sekarang juga. Aku akan pergi, aku akan pergi dari hidupmu selamnya. Aku tak akan pernah lagi mengingat kita pernah bersama aku—aku..." Pecah tangisnya Ana, dadanya terasa sesak sekali ditambah pening yang semalam belum mereda.

Ana mendekat dan memeluk tubuh tegap Sam. "Tolong jangan begini Sam ... Katakan padaku kenapa kamu meninggalkanku disaat aku tak berdaya? Aku tahu kamu tidak seperti itu, aku tahu kamu bukan laki-laki yang seperti itu..."

"Semuanya tidak masuk akal Samy... Kamu—" Ana menyadari sesuatu, ia lepas memeluk Sam dan menatap wajah suaminya dengan wajah merengut.

"Kecelakaan itu...apa karena alasan itu, Samy apa karena seseorang berbahaya sehingga kamu meninggalkan aku? Ya...dan kamu tiba-tiba pergi ke negara ini, kamu tinggal di mansion megah ini dan kamu hidup dengan penjagaan yang sangat ketat—"

"Tidak usah mengada-ada Ana," jawabnya dingin sekali. "Berapa kali harus saya katakan kalau saya sudah tidak berminat padamu lagi?"

Ana menggeleng cepat, "Kamu berusaha untuk melindungiku kan Sam? Iya kan?"

Sam mengerang keras, akhirnya ia dorong tubuh Ana sampai punggungnya menyentuh dinding. "Saya pergi karena saya sudah tidak berminat dengan perempuan yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, kamu sudah tidak berguna untuk saya Ana, camkan itu baik-baik."

Dan ketika Sam berkata seperti itu, Ana memajukan wajahnya lantas langsung mencium bibir suaminya.

Ana melumatnya, menyesap dan mengeksplorasi bibir Sam. Awalnya Sam tidak membalas namun ia juga tak-tahan begitu bibir yang sudah lama tak ia jamah ini menyerahkan dengan sendirinya.

Mereka terlibat saling memberikan saliva, terbuai dalam cumbuan yang sudah lama tak dirasa satu sama lain. Ana semakin menjadi ketika tangannya bergerak di leher suaminya dan meremas rambutnya yang lembut.

Gairah itu terpercik ke dalam diri Sam, namun ia yang lebih dulu sadar melepaskan cumbuan mereka dengan mendorong tubuh Ana sampai istrinya terdorong ke belakang.

Ana tertawa pelan, "Samy, kita sudah hidup tiga tahun bersama. Aku tahu kamu bukan laki-laki yang seperti itu, aku ngga bakal mundur ketika aku percaya dengan intuisi ku. Dapat nanti aku pastikan bahwa praduga ku benar."

Ana kembali mendekat dan memberi kecupan singkat di bibir Sam. "Jangan pikir Anarahayu lemah, sayang. Kamu tahukan betapa istrimu ini akan bekerja keras jika sudah mendapatkan apa yang diyakininya?" Ana tersenyum penuh keyakinan, meski hatinya remuk oleh setiap kata dingin yang dilontarkan Sam.

Sam mengerang pelan, frustrasi sekaligus terganggu oleh kehadiran Ana yang begitu keras kepala. "Ana, berhentilah mengusik hidup saya," suaranya terdengar hampir seperti desahan lelah.

"Kamu pikir berharap apa dari pria yang tidak mencintaimu lagi?"

Ana mendongak menatap Sam, matanya berkaca-kaca namun penuh tekad. "Kejujuran Samy, kalau kamu berkata jujur dan memang perasaanmu sudah hilang padaku maka mudah saja. Aku bakal pergi hari ini juga, jadi bagaimana? Apa kamu akan memberitahu alasan yang sebenarnya?"

Sam tampak terdiam, hampir seperti ragu. Sekilas, wajahnya menampilkan kerentanan yang tak pernah Ana lihat sebelumnya, namun dalam sekejap, ia kembali mengeras.

"Ana, pulanglah. Kamu sudah tak punya tempat di sini," katanya dengan nada tegas menunjuk ke arah dadanya sendiri, menghalau keinginan Ana untuk mendekat lagi.

Ana menggeleng dengan getir, tapi ia memaksakan senyum kecil. "Rumahku ada disini Samy, jangan memintaku untuk pergi dulu sebelum aku tahu kebenarannya."

Ana tetap pada pendiriannya. Dan tanpa berkata apa-apa lagi, Ana melangkah mundur, ia meninggalkan kamar Sam, menyisakan keheningan bagi Sam yang lebih dalam dari sebelumnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pengkhianatan Tercintaku   1. Pengkhianatan Tercintaku (Pembuka)

    "Mas..." Tubuhnya tergelitik geli oleh tangan besar suaminya, Samuel. Perihal Anarahayu yang menghindar dikecup bibirnya. Karena tidak tahan, akhirnya menyerah juga. "Ah nyebelin kamu, aku lagi potong buah nih Mas! Lagipula ini di tempat makan, tidak baik. Di kamar saja ya?" Tawarnya, "T-tapi tunggu sebentar, aku mau makan buah dulu. Tangan Sam tetap nakal bergerak menyelusup ke dalam gaun rumahan Ana, tangan kekarnya membuka pengait bra dan menarik benda yang menutupi milik indah perempuannya hingga benda itu terjatuh di lantai. "Samy..." Ia panggil lagi dengan sebutan sayangnya pada sang suami. "Kenapa? Padahal ini spot menantang yang kita suka loh." Ana segera membungkam mulut Sam dengan tangan kanannya, "Ngga mau, pindah aja sayang! Sekarang kan ada Mbak Yati." Rengek Ana tak mau melakukannya di tempat terbuka seperti ini. Sam tertawa kecil, menahan geli di wajahnya ketika tangan Ana menutupi mulutnya. "Oke, oke, pindah," jawabnya sambil mengangkat kedua tangan, seol

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pengkhianatan Tercintaku   2. Pertemuan Menyakiti Hati

    "Bang Hawa sudah dapat petunjuk, Sab," suara Ana terdengar lirih saat ia berbicara kepada keponakannya, Sabrina. "Mas Sam benar ada di US, dia tinggal di rumah besar di sana."Sabrina yang duduk di hadapannya menatap Ana dengan cemas. "Jadi itu benar dia? Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Mbak?" Ana menggigit bibirnya, bingung antara marah, lega, dan putus asa. "Aku... aku ngga tahu, Sab," gumam Ana, menunduk menatap lantai. "Sebenarnya, aku senang karena akhirnya aku punya petunjuk. Tapi, aku juga takut... takut apa yang aku temukan nanti lebih menyakitkan daripada yang sudah aku bayangkan sekarang."Sabrina menggenggam tangan Ana dengan erat, berusaha memberikan dukungan. "Mbak Ana, kamu sudah lama terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian. Mungkin ini waktunya untuk mendapatkan jawaban yang jelas, meskipun itu berat."Ana menghela napas panjang, merasakan kekosongan dalam dirinya semakin menganga. Empat tahun bukan waktu yang singkat. Setiap hari, setiap malam, ia be

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pengkhianatan Tercintaku   3. Sam Dengan Wanita Lain

    "Wanita itu masih menunggu di depan gerbang, tuan." "Bagaimana keadaannya?" "Dia kedinginan," Sam mendesah berat, bebal sekali Ana itu. "Biarkan disana sampai ia pergi sendiri." Ana datang kembali setelah hari kemarin, ia bersikeras untuk menemui Sam. Ana punya rencana, ia harus bisa tinggal di mansion pria itu. Setengah jam berlalu. Sam berjalan mondar-mandir di ruang pribadinya. Bayangan Ana yang berdiri kedinginan di depan gerbang membuat hatinya tak tenang. Bukan karena ia khawatir tetapi karena ia tak suka dengan cara perempuan itu mengganggunya. Akhirnya, dengan napas berat, ia memutuskan untuk menyerah pada egonya sejenak. "Bawa dia masuk ke dalam, segera!" perintahnya dengan nada tegas. Tak lama kemudian, Ana dibawa masuk oleh para pengawal dan ditempatkan di ruang tamu. Tubuhnya menggigil, namun matanya lembut menatap sang suami. Sam mendekatinya, menatap Ana dengan pandangan dingin namun penuh pengendalian. “Apa tujuanmu lagi, Ana? Kenapa kamu memaksa da

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pengkhianatan Tercintaku   4. Keduanya Bersitegang

    Ana bersandar di dinding kamar mandi, merasakan dingin menempel di punggungnya, tapi tetap tak mampu meredakan rasa sakit di hatinya. "Sakit, Mas..." bisiknya pelan, berharap kata-katanya bisa terbang dan sampai ke dalam hati Sam. Isakan kecil keluar dari bibirnya, tangis yang ia tahan akhirnya pecah dalam sunyi ruangan itu. Ia tahu seharusnya ia kuat, seharusnya ia tak terpengaruh, tapi kenyataannya melihat Sam dengan wanita lain, menyaksikan keakraban mereka, membuat pertahanannya runtuh. Ana mengusap air mata yang menetes di pipinya, berusaha mengumpulkan kembali kekuatannya. "Aku harus kuat...," gumamnya lirih pada diri sendiri. Namun, semakin ia berusaha menenangkan diri, semakin besar pula rasa perih yang menyelimuti. Ana keluar dari sana dengan langkah pelan, menguatkan hati untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia menarik napas panjang, berusaha menata diri agar tak ada yang menyadari gejolak di dalam hatinya. Setelah kembali ke dapur, Ana segera mencuci piring-piring ko

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • Pengkhianatan Tercintaku   5. Tamparan Seorang Istri

    Ana merasakan Dekapan Hangat seseorang ditubuhnya, rasanya familiar dan ia tahu siapa yang tengah mendekap nya saat ini. "Mas..." "Tidurlah kembali Ana," bisik nya. Tangan besar Sam mengelus lembut kepalanya membuat Ana semakin berat sekadar untuk membuka matanya. "Jangan tinggalkan lagi aku ya, Samy." "Mas mencintaimu Ana." Dan ciuman yang hangat di keningnya terasa sekali. Ana dapat tertidur nyenyak. Ia terbangun mendengar suara azan subuh dari handphonenya, menyadari dirinya hanya sendirian di kamar. Ia mengedarkan pandangan, mencoba meresapi sisa hangat yang seolah masih terasa di tubuhnya. Rasa familiar dari pelukan tadi membekas di hatinya, membuatnya sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan. "Mas..." bisiknya pelan, masih berharap bahwa kehadirannya barusan bukan sekadar ilusi. Ana duduk di pinggir ranjang, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Perasaannya masih bercampur aduk antara harapan yang muncul kembali dan kenyataan yang dingin. Perlahan ia berdiri da

  • Pengkhianatan Tercintaku   4. Keduanya Bersitegang

    Ana bersandar di dinding kamar mandi, merasakan dingin menempel di punggungnya, tapi tetap tak mampu meredakan rasa sakit di hatinya. "Sakit, Mas..." bisiknya pelan, berharap kata-katanya bisa terbang dan sampai ke dalam hati Sam. Isakan kecil keluar dari bibirnya, tangis yang ia tahan akhirnya pecah dalam sunyi ruangan itu. Ia tahu seharusnya ia kuat, seharusnya ia tak terpengaruh, tapi kenyataannya melihat Sam dengan wanita lain, menyaksikan keakraban mereka, membuat pertahanannya runtuh. Ana mengusap air mata yang menetes di pipinya, berusaha mengumpulkan kembali kekuatannya. "Aku harus kuat...," gumamnya lirih pada diri sendiri. Namun, semakin ia berusaha menenangkan diri, semakin besar pula rasa perih yang menyelimuti. Ana keluar dari sana dengan langkah pelan, menguatkan hati untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia menarik napas panjang, berusaha menata diri agar tak ada yang menyadari gejolak di dalam hatinya. Setelah kembali ke dapur, Ana segera mencuci piring-piring ko

  • Pengkhianatan Tercintaku   3. Sam Dengan Wanita Lain

    "Wanita itu masih menunggu di depan gerbang, tuan." "Bagaimana keadaannya?" "Dia kedinginan," Sam mendesah berat, bebal sekali Ana itu. "Biarkan disana sampai ia pergi sendiri." Ana datang kembali setelah hari kemarin, ia bersikeras untuk menemui Sam. Ana punya rencana, ia harus bisa tinggal di mansion pria itu. Setengah jam berlalu. Sam berjalan mondar-mandir di ruang pribadinya. Bayangan Ana yang berdiri kedinginan di depan gerbang membuat hatinya tak tenang. Bukan karena ia khawatir tetapi karena ia tak suka dengan cara perempuan itu mengganggunya. Akhirnya, dengan napas berat, ia memutuskan untuk menyerah pada egonya sejenak. "Bawa dia masuk ke dalam, segera!" perintahnya dengan nada tegas. Tak lama kemudian, Ana dibawa masuk oleh para pengawal dan ditempatkan di ruang tamu. Tubuhnya menggigil, namun matanya lembut menatap sang suami. Sam mendekatinya, menatap Ana dengan pandangan dingin namun penuh pengendalian. “Apa tujuanmu lagi, Ana? Kenapa kamu memaksa da

  • Pengkhianatan Tercintaku   2. Pertemuan Menyakiti Hati

    "Bang Hawa sudah dapat petunjuk, Sab," suara Ana terdengar lirih saat ia berbicara kepada keponakannya, Sabrina. "Mas Sam benar ada di US, dia tinggal di rumah besar di sana."Sabrina yang duduk di hadapannya menatap Ana dengan cemas. "Jadi itu benar dia? Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Mbak?" Ana menggigit bibirnya, bingung antara marah, lega, dan putus asa. "Aku... aku ngga tahu, Sab," gumam Ana, menunduk menatap lantai. "Sebenarnya, aku senang karena akhirnya aku punya petunjuk. Tapi, aku juga takut... takut apa yang aku temukan nanti lebih menyakitkan daripada yang sudah aku bayangkan sekarang."Sabrina menggenggam tangan Ana dengan erat, berusaha memberikan dukungan. "Mbak Ana, kamu sudah lama terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian. Mungkin ini waktunya untuk mendapatkan jawaban yang jelas, meskipun itu berat."Ana menghela napas panjang, merasakan kekosongan dalam dirinya semakin menganga. Empat tahun bukan waktu yang singkat. Setiap hari, setiap malam, ia be

  • Pengkhianatan Tercintaku   1. Pengkhianatan Tercintaku (Pembuka)

    "Mas..." Tubuhnya tergelitik geli oleh tangan besar suaminya, Samuel. Perihal Anarahayu yang menghindar dikecup bibirnya. Karena tidak tahan, akhirnya menyerah juga. "Ah nyebelin kamu, aku lagi potong buah nih Mas! Lagipula ini di tempat makan, tidak baik. Di kamar saja ya?" Tawarnya, "T-tapi tunggu sebentar, aku mau makan buah dulu. Tangan Sam tetap nakal bergerak menyelusup ke dalam gaun rumahan Ana, tangan kekarnya membuka pengait bra dan menarik benda yang menutupi milik indah perempuannya hingga benda itu terjatuh di lantai. "Samy..." Ia panggil lagi dengan sebutan sayangnya pada sang suami. "Kenapa? Padahal ini spot menantang yang kita suka loh." Ana segera membungkam mulut Sam dengan tangan kanannya, "Ngga mau, pindah aja sayang! Sekarang kan ada Mbak Yati." Rengek Ana tak mau melakukannya di tempat terbuka seperti ini. Sam tertawa kecil, menahan geli di wajahnya ketika tangan Ana menutupi mulutnya. "Oke, oke, pindah," jawabnya sambil mengangkat kedua tangan, seol

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status