Setelah diam cukup lama, tentunya Elsa tidak mungkin menggugurkan bayi itu. Kelahirannya bukanlah sebuah dosa, bayi yang ada di perut Elsa sekarang adalah anugrah yang harus Elsa rawat dengan sepenuh hati. Tapi, mengapa syarat untuk menjaganya adalah dengan menikahi Dustin?
Ini pilihan yang rumit bagi Elsa, ia merasa terpojok dan tak tau harus melangkah melewati jalur yang sama. Semuanya seperti jebakan, menikah dengan Dustin kemungkinan besar akan membuatnya terjebak dalam lingkaran keluarga Dawson yang mengerikan, tapi jika tidak menikah dengan Dustin maka bayinya akan diambil secara paksa.
Elsa menghembuskan nafas berat, dadanya terasa sesak. Hanya memikirkan hal ini saja kepalanya terasa berdenyut, Elsa pun menghubungi Katrina dan ia baru sadar ponselnya kehabisan daya.
"Pantas saja aku tidak mende
Elsa duduk menatap Dustin tanpa merasa bersalah, saat ini Dustin tengah mengobati tangannya sendiri dari bekas gigitan Elsa. Sesekali pria itu melirik Elsa, bekas giginya membekas di lengan Dustin. Sangking kuatnya Elsa menggigit, bekas gigitannya sampai hampir mengeluarkan darah."Apa kau ingin berubah menjadi vampir?" cibir Dustin."Vampir akan menggigit di bagian leher," Elsa memalingkan wajah sambil melipat tangan di depan perut.Dustin menghembuskan nafas kasar, lalu mengobati lengannya lagi. Dalam waktu yang berdekatan, ia dijambak dan digigit seperti ini. Saat Dustin menatap Elsa, perempuan itu masih memalingkan wajah."Kau sengaja melakukan ini karena membenciku?" tanya Dustin.Kepala Elsa menoleh, ia melihat bekas gi
Dustin kembali teringat apa yang Blenda katakan kalau Kellan kemungkinan besar akan mencari tahu kehidupan pribadinya atau bahkan memantau setiap pergerakan Dustin, jelas tindakan itu sangat merugikan Dustin nantinya."Aku harus melindungi Elsa dan calon bayiku," gumam Dustin, mobilnya melaju kembali menuju ke tempat tinggalnya.Saat tiba di apartemen, hal pertama yang Dustin lihat adalah Elsa. Perempuan itu asik menyantap makanan, terlihat sangat sibuk menyuapkan makanan sehingga tidak sedikitpun menoleh ke arah Dustin.Usia kandungan Elsa masih dua belas minggu, kurang dari tiga tiga bulan. Kondisi tersebut sangat rentan terhadap keguguran yang diakibatkan benturan atau stres berlebihan. Dustin tidak ingin hal itu terjadi, ia harus menjaga Elsa sampai perempuan itu melahirkan anaknya dengan selamat.
Keesokan harinya, Elsa bangun terlambat dan ia melihat apartemen sudah kosong. Tapi di meja makan tersedia masakan serta sebuah catatan kecil dari tulisan tangan Dustin yang rapi, Elsa meraih dan membacanya."Makanlah, aku memesan makanan ini karena aku tidak bisa memasak."Tak sengaja senyum tipis terukir di bibir Elsa, makanan yang ada di meja masih hangat, itu artinya Dustin belum lama meninggalkan apartemen. Tanpa ragu, Elsa duduk dan menikmati makanan tersebut.Sedikit lebih siang, Elsa membersihkan diri dan tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu. Kali ini Elsa takut kalau yang datang adalah Blenda, tapi ketika melihat yang datang adalah Katrina, tentu saja Elsa membuka pintu tanpa ragu."Katrina, bagaimana bisa kamu sampai kemari?" tanya Elsa.
Seperti apa yang Blenda katakan sore tadi, malam harinya Dustin mengajak Elsa keluar menuju helipad di gedung apartemen tempat Dustin tinggal. Melakukan penerbangan seperti ini di malam hari tentunya akan terasa dingin, maka dari itu Dustin memberikan baju lebih tebal untuk Elsa.Suara mesin helikopter terdengar, Dustin membimbing Elsa naik ke helikopter tersebut. Awalnya Elsa tidak ingin naik helikopter, ia trauma kalau dibawa ke pulau terpencil itu lagi. Namun pada akhirnya, kini Elsa dan Dustin berada di helikopter yang terbang entah kemana.Penerbangan dilakukan kurang lebih sepuluh menit dan helikopter tersebut mulai mendarat, Dustin membantu Elsa turun. Mereka dijemput oleh seseorang, mengarahkan Dustin dan Elsa ke sebuah yacht mewah yang tengah parkir di dermaga.Di yacht tersebut terlihat Blenda berdiri menu
Langit malam ini terlihat indah, bintang bertaburan memanjakan mata. Dustin mengabaikan pertanyaan Elsa sambil membaringkan tubuhnya lagi."Dustin, aku sedang bertanya rencana apa yang sebenarnya kalian rencanakan." ujar Elsa."Tidak rencana, semua akan berjalan seperti apa adanya. Kemarilah, dan lihat indahnya malam ini. Aku bisa merasakan aroma laut dan suasana tenang seperti di pulau tempatku tinggal sebelumnya."Elsa mendengus, tapi ia tetap duduk sambil bersandar. "Bibi Blenda menyuruhmu menikah denganku?" tanya Dustin."Apa kamu yang menyuruhnya untuk melakukannya agar aku berubah pikiran untuk menikah denganmu?"Senyum tipis terukir di bibir Dustin. "Aku tidak ingat kalau pernah meminta bantuan Bibi Blenda untuk membuj
Setelah dijemput kembali menggunakan helikopter di dermaga, Elsa dan Dustin kembali ke apartemen. Blenda sengaja menggunakan kendaraan udara untuk menjemput Dustin dan Elsa agar anak buah Kellan yang berusaha mencari tahu kehidupan Dustin tak akan menyadari kehamilan Elsa.Meskipun demikian, Kellan pasti akan tau hal ini cepat atau lambat. Karena itu, Blenda harus memastikan Dustin dan Elsa menikah secara resmi.Tiba di apartemen, Dustin langsung duduk di sofa ruang tamu. Sementara Elsa menuju ke dapur untuk mencari makanan, sejak tadi Elsa sudah sangat ingin makan buah yang Dustin beli sebelumnya. Padahal, di dalam yacht juga sudah disediakan macam-macam makanan. Tapi entah kenapa, yang menarik untuk Elsa adalah buah yang ada di apartemen ini.Saat duduk menikmati buah buahan, Elsa mendadak tertarik pada cincin yan
Saat dibawa ke rumah sakit, Deon masih tidak sadarkan diri. Dustin tidak tau seberapa kuat pukulannya sampai membuat Deon pingsan, tapi tadi Dustin memang memukul di bagian area segitiga yang paling berbahaya di muka, yaitu bagian hidung Deon.Meskipun hubungannya dengan Deon tidak baik, tapi pria itu tetap saudaranya. Membunuh Deon, sama dengan membunuh diri sendiri karena mereka lahir dari wanita yang sama dan wajah Dustin dan Deon pun hanya memiliki sedikit perbedaan."Apa yang terjadi padanya?" Dustin langsung bertanya setelah Dokter keluar memeriksa kondisi Deon."Kondisinya tidak terlalu buruk, beruntung Anda cepat membawanya ke rumah sakit. Jika tidak pendarahan pada hidung yang tidak berhenti bisa mempengaruhi kinerja otaknya." jawab Dokter sebelum berpamitan.Du
Keesokan harinya, Dustin berusaha untuk mempercepat pernikahan seperti yang Elsa inginkan. Pengurusan dokumen hingga persiapannya perlu dilakukan secepat mungkin sebelum Elsa kembali berubah pikiran.Dan hari ini juga Deon sudah keluar dari rumah sakit, Dustin mengetahui dari laporan sekretarisnya. Padahal semakin lama Deon di rumah sakit adalah kabar baik untuk Dustin, setidaknya Deon tidak akan mengganggunya selama beberapa saat.Sore hari, sebuah boks yang begitu besar diantarkan ke apartemen Dustin berikut dengan seorang desainer gaun tersebut. Mereka perlu melakukan semua tindakan ini secara diam-diam untuk menghindari orang yang berniat jahat."Nyonya, ini gaun pernikahan Anda. Silahkan dicoba agar saya bisa membuat gaun ini pas di tubuh Anda," kata desainer tersebut.
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan