Setelah kejadian malam itu, Elsa jadi membenci Marley dan pelayan lainnya. Elsa tak lagi bisa mempercayai mereka, justru mereka yang membuatnya sulit untuk hidup di pulau.
Setelah menunggu cukup lama, hari yang ditunggu tiba. Elsa dan Dustin sudah mempersiapkan rencana kali ini sebaik mungkin. Detak jantung Elsa berdegup kencang, hari ini adalah penentu apakah mereka akan bebas atau tidak.
"Kamu yakin bisa mengendarai helikopter?" tanya Elsa memastikan.
Dustin membuka gorden jendela melihat ke arah helipad. "Aku ragu, tapi aku akan melakukannya sebisa mungkin." jawabnya.
Tidak berselang lama, suara helikopter terdengar dari kejauhan. Dustin menutup tirai jendela kemudian berbalik menghampiri Elsa yang masih ada di kamar tersebut.
Suara ledakan terdengar setelah Dustin dan Elsa pergi jauh, mereka melihat helikopter yang mereka gunakan tadi jatuh ke pinggir pantai. Kini banyak orang yang terkejut dengan suara ledakan tersebut keluar dari rumah mereka."Ayo pergi," Dustin menarik tangan Elsa kembali agar mereka segera menjauh dari sana.Di tepi jalan, Elsa mengulurkan tangan tinggi memberhentikan sebuah mobil yang lewat. Mereka menumpang ke mobil tersebut hingga ke pinggir kota asing, Dustin tidak tau posisi mereka ada dimana sekarang."Berapa jauh tempat ini dari New York?" tanya Dustin.Elsa melihat kanan kiri, dia juga tidak tau sedang ada di mana. "Sementara kita jangan pergi ke New York, kita cari tempat persembunyian lebih dulu agar mereka tidak menemukan kita." saran Elsa.Kedua orang itu mengambil jalan yang lebih jauh, mereka tidak tau arah jalan. Tapi mereka menemukan sebuah danau di sana bernama Lake Como. Elsa pernah melihat tempat itu sebelumnya, tapi tidak pernah datang secara langsung."Kita sangat
"Kau mau kemana?" tanya Dustin melihat Elsa yang siap keluar."Aku ingin bertemu saudaraku, kita sudah tiga hari keluar dari pulau." Elsa mengenakan tas kemudian mengantongi sejumlah uang sebelum menatap Dustin. "Kita tidak bisa terus bersembunyi, harus ada keadilan untuk melawan mereka." lanjutnya.Dustin menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu kita pergi bersama, tapi tujuan kita kemana?""New York." jawab Elsa.Mereka bergegas pergi menuju New York. Namun ketika tiba di kota, Elsa sempat berhenti untuk membeli ponsel agar memudahkannya menghubungi Katrina. Elsa juga turut membelikan ponsel untuk Dustin walaupun pria itu awalnya tidak tau cara menggunakan benda tersebut."Halo, Katrina." ucap Elsa begitu dia berhasil mengingat nomor Katrina.Namun sial, suara di seberang panggilan ada suara laki-laki yang sudah pasti itu adalah Emilio."Katrina sedang bermain dengan putrinya, kau siapa?" tanya Emilio.Tanpa menjawab, Elsa langsung mematikan panggilan dan bergegas pergi. Tapi sekali lag
Perjalanan yang cukup lama akhirnya membuahkan hasil, Elsa dan Dustin tiba di New York setelah banyak yang harus mereka lewati. Salah satunya menghindari para anak buah yang keluarga Dawson turunkan.Kabar mengenai pertunangan Deon dan Clara sudah diumumkan dan itu akan dilakukan besok.Hal gila yang Dustin sarankan untuk Elsa lakukan sangat mencengangkan. Pria itu akan berpura-pura menjadi Deon dan datang ke perusahaan Dawson. Itu tindakan berbahaya, tapi ini adalah salah satu cara Dustin untuk memastikan apakah yang Elsa katakan benar atau tidak tentang saudara kembar Dustin."Kau yakin ini akan berhasil? Kalau sampai dirimu ketahuan, kita bisa dalam bahaya." ucap Elsa.Dustin menoleh sambil menunjukkan penampilan rapi mengenakan jas hitam dan sebuah dasi. "Menur
Beberapa hari sebelumnya.Elsa sedang memesan sebuah kamar hotel meninggalkan Dustin di luar, tanpa mereka sangka kalau anak buah yang Blenda sebarkan berhasil menemukan Dustin. Sempat terjadi pemberontakan hingga salah satu anak buah Blenda berkata."Kami tidak akan menyakitimu, Sir. Kami hanya diperintah untuk membawa Anda menemui Nyonya.""Siapa dia? Kalian pasti akan membawaku ke pulau itu lagi." tebak Dustin.Namun pria di depannya menggeleng. "Ada hal besar yang hanya Anda dan Nyonya perlu bicarakan, sebagai salah satu pewaris keluarga Dawson maka Anda harus kembali pada mereka.""Sebagai budak?" Dustin kembali menebak."Sebagai pengganti saudara Anda," jawab pria di depan D
"Ini aneh, kenapa tidak ada yang mencariku sampai sekarang? Apa mereka tidak sadar kalau aku yang akan bertunangan hari ini tidak datang?" gumam Deon.Elsa yang ada di ruangan sebelah menoleh, melihat wajah panik Deon yang tidak tenang sejak tadi. Tiba-tiba saja Deon berhenti, lalu menatapnya dengan sorot mata tajam hingga Elsa menjadi canggung."Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya, ah, aku ingat. Kau pernah bekerja di perusahaan Dawson." ujar Deon. Elsa menghela nafas, ia semakin di buat tidak nyaman karena Deon tampak mengintimidasinya. "Aku sampai tidak tau ada orang lain di ruangan ini, tapi kenapa kau juga di sekap oleh mereka?"Elsa menoleh dengan malas. "Aku tidak tau, mereka menculikku tanpa alasan. Sepertinya diriku telah dikhianati oleh seseorang," jawab Elsa.
Sambil menahan takut, Clara menunjukkan apa yang sering kali dia dan Deon lakukan."Aku dan Deon sering membahas pekerjaan tiap kali kami bertemu, kamu mungkin juga ingin melakukannya denganku? Apa pekerjaanmu selama ini? Mengapa aku baru tau kalau Deon punya saudara kembar?" Clara mendekat sambil membawa MacBook.Dustin tidak ingin menunjukkan kalau dia tidak tau cara mengoperasikan MacBook yang Clara bawa. Dustin lantas berkata."Tunjukkan padaku," ucap Dustin."Katakan lebih dulu, kau pernah bekerja dimana agar aku bisa tau apa yang perlu aku beritahu padamu."Dengan tatapan tajamnya, Dustin menghela nafas. "Aku tidak bekerja dimanapun, hidupku sangat santai. Apa kau mau tau jawaban yang lainnya?" katanya dengan suara taja
Deon mulai bosan di dalam ruangan seperti penjara, begitu pula yang Elsa rasakan. Bosan menghinggapi mereka sehingga Deon mulai membanting apapun di sekitarnya. Tidak lama pintu terbuka, dua orang berjalan masuk membuka pintu di tempat Elsa, Deon melebarkan matanya karena mereka hanya mengeluarkan Elsa. "Bagaimana denganku, cepat buka pintunya sekarang?!" Dua penjaga hanya melihatnya, mereka membawa Elsa keluar tanpa banyak bicara. "Hei kalian, kenapa hanya wanita itu yang dibawa, keluarkan aku juga dari sini!" Namun teriakan Deon tidak digubris sama sekali, sementara Elsa juga tidak tau dia akan dibawa kemana. Kedua tangannya di ikat, saat akan dibawa masuk ke dalam mobil, kepalanya di tutupi oleh kain hitam sehingga membuat pandangan Elsa hanya kegelapan. "Kalian akan membawaku kemana?" tanya Elsa. "Tuan menyuruh untuk menjemputmu." jawab penjaga itu. Elsa diam sampai dia tiba di tempat tujuan, penjaga menarik Elsa dan membawa masuk ke sebuah rumah. Para penjaga menyuruh Elsa
"Ikut denganku," Elsa ditarik paksa, mereka pergi ke sebuah tempat dan di sebuah ruangan. Katrina menutup pintu sebelum memeluk Elsa dengan erat. "Aku sudah mencarimu kemana-mana, saat kau tiba-tiba hilang aku sangat khawatir."Elsa juga merasakan hal yang sama, ia mendorong Katrina pelan. "Suamimu, Emilio. Dia bukan pria yang baik, Katrina. Emilio yang mengirimku pada mereka untuk dibawa ke pulau asing itu lagi, jauhi dia, Emilio berbahaya.""Aku tau, Elsa. Tenanglah, aku sudah tau kalau Emilio hanya berpura-pura baik padaku. Diam-diam aku memasang kamera tersembunyi di rumah, dan aku melihat kelakuan buruknya seperti apa. Maafkan aku karena baru menyadarinya sekarang."Katrina memastikan tubuh Elsa. "Kau baik-baik saja, kan? Mereka tidak menyakitimu dan membuatmu tidak nyaman?" Katrina memastikan.
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan