"Ikut denganku," Elsa ditarik paksa, mereka pergi ke sebuah tempat dan di sebuah ruangan. Katrina menutup pintu sebelum memeluk Elsa dengan erat. "Aku sudah mencarimu kemana-mana, saat kau tiba-tiba hilang aku sangat khawatir."
Elsa juga merasakan hal yang sama, ia mendorong Katrina pelan. "Suamimu, Emilio. Dia bukan pria yang baik, Katrina. Emilio yang mengirimku pada mereka untuk dibawa ke pulau asing itu lagi, jauhi dia, Emilio berbahaya."
"Aku tau, Elsa. Tenanglah, aku sudah tau kalau Emilio hanya berpura-pura baik padaku. Diam-diam aku memasang kamera tersembunyi di rumah, dan aku melihat kelakuan buruknya seperti apa. Maafkan aku karena baru menyadarinya sekarang."
Katrina memastikan tubuh Elsa. "Kau baik-baik saja, kan? Mereka tidak menyakitimu dan membuatmu tidak nyaman?" Katrina memastikan.
Elsa tidak kunjung bisa tidur, pikirannya dipenuhi oleh ketakutan dan kekhawatiran. Dia tidak tahu berapa lama lagi harus bersembunyi seperti ini. Cepat atau lambat, orang-orang suruhan Dustin pasti akan menemukannya dan menangkapnya kembali."Aku kira kamu sudah tidur," Katrina menyela saat membuka pintu kamar.Elsa menoleh, berjalan melewati Katrina dan duduk di tepi tempat tidur. "Mau sampai kapan aku harus bersembunyi? Mereka yang sedang mencariku pasti sudah dekat. Jika aku tertangkap dan dibawa ke pulau itu lagi, aku mungkin tidak akan pernah bisa keluar."Kecemasan Elsa terasa begitu nyata bagi Katrina. Hidup dalam ketakutan seperti ini sangat tidak menyenangkan. Entah sampai kapan situasi ini akan terus menghantui ketenangan mereka."Bertahanlah beb
Dustin memperhatikan Clara membersihkan bibirnya dan juga merapikan pakaian. Perempuan itu menoleh, tersenyum malu-malu. Melihat Dustin hanya bisa menahan tawa geli, tunangannya ini ternyata lumayan juga."Kau tidak keberatan kalau mengandung anakku?" tanya Dustin memastikan."Aku tidak akan keberatan kalau dirimu punya status sosial yang lebih tinggi dari saudara kembarmu." jawab Clara.Dustin menyeringai, sementara Clara menambahkan lipstik di bibirnya yang hampir hilang. "Aku rasa sudah cukup untuk kita hari ini, aku masih ada pekerjaan lain sore nanti.""Datanglah ke tempat tinggalku, kau tau kan dimana tempatnya. Aku rasa permainan kita hari ini tidak cukup sampai disini saja," ujar Dustin.Clara kembali me
Dustin duduk bersantai sambil membuka ipad dari Blenda untuk mempelajari bisnis yang wanita itu ajarkan, sementara di depan Dustin, Clara berbaring miring di atas tempat tidur memperhatikan."Apa keluargamu tau kalau kau bukan Deon?" tanya Clara.Dustin mengalihkan pandangan dari layar ipad ke arah Clara, perempuan itu masih belum mengenakan pakaian di balik selimut setelah beberapa saat lalu mereka saling berbagi kehangatan yang liar."Kau tidak perlu tau, cukup tutup mulutmu agar tidak menggangguku." ujar DustinClara tersenyum simpul, perempuan itu bangun dari tempat tidur tanpa mengenakan pakaian. Dustin tentu dapat melihatnya saat Clara meraih baju yang Dustin pakai tadi untuk menutupi tubuhnya yang tidak berbusana."Aku akan tutup mulutku, berpura-pura tidak tau kalau tunanganku adalah Dustin, bukan Deon. Sepertinya aku perlu bersyukur karena bertunangan denganmu. Jika aku bertunangan dengan Deon, kemungkinan besar aku tidak akan bisa dipuaskan oleh tubuhnya yang tidak bisa erek
Jam lima sore, Elsa menyiapkan makan malam karena hari ini Katrina tidak pulang ke apartemen. Begitu makanan siap, Elsa menyantapnya sendiri dalam keheningan yang menghinggapi.Rasanya tidak terlalu menyenangkan dalam situasi seperti ini. Mendadak saja Elsa teringat momen ketika dirinya berada di pulau bersama Dustin, hubungan mereka beberapa waktu terakhir sangat baik. "Dia adalah orang dengan sikap yang tidak bisa diprediksi, sangat mudah membolak balikkan situasi. Awalnya aku takut padanya, kemudian aku mulai menyukainya, dan sekarang aku sangat membencinya."Sambil menahan kesal, Elsa menyuapkan makanan ke mulutnya. Tidak sadar kalau makanan di piringnya telah habis, Elsa terdiam sambil menghela nafas beberapa kali."Dustin pasti sangat senang bertunangan dengan Clara, wanita itu punya pendidikan tinggi dan karir yang bagus. Selain itu, Clara juga cantik membuatku tak sebanding dengannya." Elsa menghela nafas berat."Apa yang aku pikirkan, pria brengsek seperti Dustin tidak perlu
"Kemana Deon? Ini sudah tiga puluh menit dia terlambat datang ke pesta, harusnya tunanganmu itu datang saat kau jua datang." ujar Blenda mulai khawatir kalau Dustin akan terlambat datang sampai pesta berakhir.Sementara Clara menoleh, perempuan itu meletakkan gelas wine miliknya ke meja. "Bibi tidak perlu pura-pura memanggil Dustin dengan nama Deon di depanku, aku sudah tau kalau pria yang bertunangan denganku adalah Dustin." jelas Clara.Awalnya Blenda terlihat terkejut, tapi kemudian Clara melanjutkan. "Aku curiga kalau rencana ini dibuat oleh Bibi, kan? Menyembunyikan Deon kemudian membawa Dustin keluar dari tempat persembunyian. Aku belum tau apa niat Bibi sebenarnya, tapi aku harusnya berterima kasih karena tak jadi bertunangan dengan Deon."Blenda mengerutkan kening. "Dustin yang memberitahumu?"
Satu minggu berlalu dan masih belum banyak yang mengetahui bahwa Deon menghilang, namun beberapa orang mulai penasaran karena sikap Deon yang kasar dan suka berkata kotor kini lebih banyak diam, dengan tatapan mata saja tak ada yang berani menatap balik Deon.Mereka tidak tau, Deon yang mereka kenal tidak ada di sekitar mereka. Dan hari ini, Kellan datang untuk melihat pekerjaan Dustin di ruang CEO. Kellan tiba-tiba masuk ke ruangan dan meletakkan dokumen di depan Dustin."Apa yang sudah kau lakukan? Apa ini hasil kerja yang kamu tunjukkan sebagai calon penerus perusahaan?" geram Kellan.Dustin pun meraih dokumen di depannya, membaca sekilas lalu mengerutkan kening. Ini bukan hasil kerjanya, melainkan pekerjaan Deon yang ternyata sangat kacau. Dustin menghela nafas dalam dan berkata.
Rumah utama milik keluarga Dawson terlihat lebih besar dan modern, bohong kalau Dustin tidak berdebar debar ketika mencoba untuk berjalan masuk ke rumah tersebut. Jantungnya berdegup kencang, hari yang Dustin tunggu akhirnya tiba.Sebentar lagi ia akan menemui sang ibu yang tidak pernah Dustin lihat rupa wajahnya seperti apa. Mendadak saja, hatinya terbawa emosi rasa tidak sabar."Mari Tuan. Silahkahkan masuk," kata seorang pelayan mempersilahkan.Dustin mengangguk, di tangannya membawa buket bunga cantik untuk hadiah sang ibu dihari pertemuan pertamanya."Antarkan aku di tempat ibu berada, aku ingin bertemu dengannya lebih awal."Kepala pelayan mengangguk sambil mengarahkan Dustin naik ke lantai dua menuju sebuah pintu hitam
Pukul sembilan malam Dustin pulang dari kediaman rumah besar Kellan Dawson, hati Dustin sedikit puas karena ia bisa merasakan kehangatan keluarga untuk pertama kalinya. Terlebih lagi, Dustin punya kesempatan melihat sang ibu meskipun kondisi beliau sedang sakit.Dari kursi belakang, Dustin melihat supir di depannya. "Besok ajari aku mengendarai mobil," ucapnya."Bukannya Anda sudah bisa mengemudi, Tuan? Koleksi mobil Anda ada begitu banyak," kata supir merasa aneh."Lakukan saja tugasmu dengan benar, aku menyuruhmu bukan untuk balik bertanya." ujar Dustin.Supir di depannya pun diam, hanya mengangguk dengan apa yang Dustin katakan barusan. Di tengah perjalanan, Dustin melihat keluar jendela. Pemandangan gedung tinggi dan billboard besar sesekali menampilkan wajahnya, ah
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan