Sambil menahan takut, Clara menunjukkan apa yang sering kali dia dan Deon lakukan.
"Aku dan Deon sering membahas pekerjaan tiap kali kami bertemu, kamu mungkin juga ingin melakukannya denganku? Apa pekerjaanmu selama ini? Mengapa aku baru tau kalau Deon punya saudara kembar?" Clara mendekat sambil membawa MacBook.
Dustin tidak ingin menunjukkan kalau dia tidak tau cara mengoperasikan MacBook yang Clara bawa. Dustin lantas berkata.
"Tunjukkan padaku," ucap Dustin.
"Katakan lebih dulu, kau pernah bekerja dimana agar aku bisa tau apa yang perlu aku beritahu padamu."
Dengan tatapan tajamnya, Dustin menghela nafas. "Aku tidak bekerja dimanapun, hidupku sangat santai. Apa kau mau tau jawaban yang lainnya?" katanya dengan suara taja
Deon mulai bosan di dalam ruangan seperti penjara, begitu pula yang Elsa rasakan. Bosan menghinggapi mereka sehingga Deon mulai membanting apapun di sekitarnya. Tidak lama pintu terbuka, dua orang berjalan masuk membuka pintu di tempat Elsa, Deon melebarkan matanya karena mereka hanya mengeluarkan Elsa. "Bagaimana denganku, cepat buka pintunya sekarang?!" Dua penjaga hanya melihatnya, mereka membawa Elsa keluar tanpa banyak bicara. "Hei kalian, kenapa hanya wanita itu yang dibawa, keluarkan aku juga dari sini!" Namun teriakan Deon tidak digubris sama sekali, sementara Elsa juga tidak tau dia akan dibawa kemana. Kedua tangannya di ikat, saat akan dibawa masuk ke dalam mobil, kepalanya di tutupi oleh kain hitam sehingga membuat pandangan Elsa hanya kegelapan. "Kalian akan membawaku kemana?" tanya Elsa. "Tuan menyuruh untuk menjemputmu." jawab penjaga itu. Elsa diam sampai dia tiba di tempat tujuan, penjaga menarik Elsa dan membawa masuk ke sebuah rumah. Para penjaga menyuruh Elsa
"Ikut denganku," Elsa ditarik paksa, mereka pergi ke sebuah tempat dan di sebuah ruangan. Katrina menutup pintu sebelum memeluk Elsa dengan erat. "Aku sudah mencarimu kemana-mana, saat kau tiba-tiba hilang aku sangat khawatir."Elsa juga merasakan hal yang sama, ia mendorong Katrina pelan. "Suamimu, Emilio. Dia bukan pria yang baik, Katrina. Emilio yang mengirimku pada mereka untuk dibawa ke pulau asing itu lagi, jauhi dia, Emilio berbahaya.""Aku tau, Elsa. Tenanglah, aku sudah tau kalau Emilio hanya berpura-pura baik padaku. Diam-diam aku memasang kamera tersembunyi di rumah, dan aku melihat kelakuan buruknya seperti apa. Maafkan aku karena baru menyadarinya sekarang."Katrina memastikan tubuh Elsa. "Kau baik-baik saja, kan? Mereka tidak menyakitimu dan membuatmu tidak nyaman?" Katrina memastikan.
Elsa tidak kunjung bisa tidur, pikirannya dipenuhi oleh ketakutan dan kekhawatiran. Dia tidak tahu berapa lama lagi harus bersembunyi seperti ini. Cepat atau lambat, orang-orang suruhan Dustin pasti akan menemukannya dan menangkapnya kembali."Aku kira kamu sudah tidur," Katrina menyela saat membuka pintu kamar.Elsa menoleh, berjalan melewati Katrina dan duduk di tepi tempat tidur. "Mau sampai kapan aku harus bersembunyi? Mereka yang sedang mencariku pasti sudah dekat. Jika aku tertangkap dan dibawa ke pulau itu lagi, aku mungkin tidak akan pernah bisa keluar."Kecemasan Elsa terasa begitu nyata bagi Katrina. Hidup dalam ketakutan seperti ini sangat tidak menyenangkan. Entah sampai kapan situasi ini akan terus menghantui ketenangan mereka."Bertahanlah beb
Dustin memperhatikan Clara membersihkan bibirnya dan juga merapikan pakaian. Perempuan itu menoleh, tersenyum malu-malu. Melihat Dustin hanya bisa menahan tawa geli, tunangannya ini ternyata lumayan juga."Kau tidak keberatan kalau mengandung anakku?" tanya Dustin memastikan."Aku tidak akan keberatan kalau dirimu punya status sosial yang lebih tinggi dari saudara kembarmu." jawab Clara.Dustin menyeringai, sementara Clara menambahkan lipstik di bibirnya yang hampir hilang. "Aku rasa sudah cukup untuk kita hari ini, aku masih ada pekerjaan lain sore nanti.""Datanglah ke tempat tinggalku, kau tau kan dimana tempatnya. Aku rasa permainan kita hari ini tidak cukup sampai disini saja," ujar Dustin.Clara kembali me
Dustin duduk bersantai sambil membuka ipad dari Blenda untuk mempelajari bisnis yang wanita itu ajarkan, sementara di depan Dustin, Clara berbaring miring di atas tempat tidur memperhatikan."Apa keluargamu tau kalau kau bukan Deon?" tanya Clara.Dustin mengalihkan pandangan dari layar ipad ke arah Clara, perempuan itu masih belum mengenakan pakaian di balik selimut setelah beberapa saat lalu mereka saling berbagi kehangatan yang liar."Kau tidak perlu tau, cukup tutup mulutmu agar tidak menggangguku." ujar DustinClara tersenyum simpul, perempuan itu bangun dari tempat tidur tanpa mengenakan pakaian. Dustin tentu dapat melihatnya saat Clara meraih baju yang Dustin pakai tadi untuk menutupi tubuhnya yang tidak berbusana."Aku akan tutup mulutku, berpura-pura tidak tau kalau tunanganku adalah Dustin, bukan Deon. Sepertinya aku perlu bersyukur karena bertunangan denganmu. Jika aku bertunangan dengan Deon, kemungkinan besar aku tidak akan bisa dipuaskan oleh tubuhnya yang tidak bisa erek
Jam lima sore, Elsa menyiapkan makan malam karena hari ini Katrina tidak pulang ke apartemen. Begitu makanan siap, Elsa menyantapnya sendiri dalam keheningan yang menghinggapi.Rasanya tidak terlalu menyenangkan dalam situasi seperti ini. Mendadak saja Elsa teringat momen ketika dirinya berada di pulau bersama Dustin, hubungan mereka beberapa waktu terakhir sangat baik. "Dia adalah orang dengan sikap yang tidak bisa diprediksi, sangat mudah membolak balikkan situasi. Awalnya aku takut padanya, kemudian aku mulai menyukainya, dan sekarang aku sangat membencinya."Sambil menahan kesal, Elsa menyuapkan makanan ke mulutnya. Tidak sadar kalau makanan di piringnya telah habis, Elsa terdiam sambil menghela nafas beberapa kali."Dustin pasti sangat senang bertunangan dengan Clara, wanita itu punya pendidikan tinggi dan karir yang bagus. Selain itu, Clara juga cantik membuatku tak sebanding dengannya." Elsa menghela nafas berat."Apa yang aku pikirkan, pria brengsek seperti Dustin tidak perlu
"Kemana Deon? Ini sudah tiga puluh menit dia terlambat datang ke pesta, harusnya tunanganmu itu datang saat kau jua datang." ujar Blenda mulai khawatir kalau Dustin akan terlambat datang sampai pesta berakhir.Sementara Clara menoleh, perempuan itu meletakkan gelas wine miliknya ke meja. "Bibi tidak perlu pura-pura memanggil Dustin dengan nama Deon di depanku, aku sudah tau kalau pria yang bertunangan denganku adalah Dustin." jelas Clara.Awalnya Blenda terlihat terkejut, tapi kemudian Clara melanjutkan. "Aku curiga kalau rencana ini dibuat oleh Bibi, kan? Menyembunyikan Deon kemudian membawa Dustin keluar dari tempat persembunyian. Aku belum tau apa niat Bibi sebenarnya, tapi aku harusnya berterima kasih karena tak jadi bertunangan dengan Deon."Blenda mengerutkan kening. "Dustin yang memberitahumu?"
Satu minggu berlalu dan masih belum banyak yang mengetahui bahwa Deon menghilang, namun beberapa orang mulai penasaran karena sikap Deon yang kasar dan suka berkata kotor kini lebih banyak diam, dengan tatapan mata saja tak ada yang berani menatap balik Deon.Mereka tidak tau, Deon yang mereka kenal tidak ada di sekitar mereka. Dan hari ini, Kellan datang untuk melihat pekerjaan Dustin di ruang CEO. Kellan tiba-tiba masuk ke ruangan dan meletakkan dokumen di depan Dustin."Apa yang sudah kau lakukan? Apa ini hasil kerja yang kamu tunjukkan sebagai calon penerus perusahaan?" geram Kellan.Dustin pun meraih dokumen di depannya, membaca sekilas lalu mengerutkan kening. Ini bukan hasil kerjanya, melainkan pekerjaan Deon yang ternyata sangat kacau. Dustin menghela nafas dalam dan berkata.