Dustin memperhatikan Clara membersihkan bibirnya dan juga merapikan pakaian. Perempuan itu menoleh, tersenyum malu-malu. Melihat Dustin hanya bisa menahan tawa geli, tunangannya ini ternyata lumayan juga.
"Kau tidak keberatan kalau mengandung anakku?" tanya Dustin memastikan.
"Aku tidak akan keberatan kalau dirimu punya status sosial yang lebih tinggi dari saudara kembarmu." jawab Clara.
Dustin menyeringai, sementara Clara menambahkan lipstik di bibirnya yang hampir hilang. "Aku rasa sudah cukup untuk kita hari ini, aku masih ada pekerjaan lain sore nanti."
"Datanglah ke tempat tinggalku, kau tau kan dimana tempatnya. Aku rasa permainan kita hari ini tidak cukup sampai disini saja," ujar Dustin.
Clara kembali me
Dustin duduk bersantai sambil membuka ipad dari Blenda untuk mempelajari bisnis yang wanita itu ajarkan, sementara di depan Dustin, Clara berbaring miring di atas tempat tidur memperhatikan."Apa keluargamu tau kalau kau bukan Deon?" tanya Clara.Dustin mengalihkan pandangan dari layar ipad ke arah Clara, perempuan itu masih belum mengenakan pakaian di balik selimut setelah beberapa saat lalu mereka saling berbagi kehangatan yang liar."Kau tidak perlu tau, cukup tutup mulutmu agar tidak menggangguku." ujar DustinClara tersenyum simpul, perempuan itu bangun dari tempat tidur tanpa mengenakan pakaian. Dustin tentu dapat melihatnya saat Clara meraih baju yang Dustin pakai tadi untuk menutupi tubuhnya yang tidak berbusana."Aku akan tutup mulutku, berpura-pura tidak tau kalau tunanganku adalah Dustin, bukan Deon. Sepertinya aku perlu bersyukur karena bertunangan denganmu. Jika aku bertunangan dengan Deon, kemungkinan besar aku tidak akan bisa dipuaskan oleh tubuhnya yang tidak bisa erek
Jam lima sore, Elsa menyiapkan makan malam karena hari ini Katrina tidak pulang ke apartemen. Begitu makanan siap, Elsa menyantapnya sendiri dalam keheningan yang menghinggapi.Rasanya tidak terlalu menyenangkan dalam situasi seperti ini. Mendadak saja Elsa teringat momen ketika dirinya berada di pulau bersama Dustin, hubungan mereka beberapa waktu terakhir sangat baik. "Dia adalah orang dengan sikap yang tidak bisa diprediksi, sangat mudah membolak balikkan situasi. Awalnya aku takut padanya, kemudian aku mulai menyukainya, dan sekarang aku sangat membencinya."Sambil menahan kesal, Elsa menyuapkan makanan ke mulutnya. Tidak sadar kalau makanan di piringnya telah habis, Elsa terdiam sambil menghela nafas beberapa kali."Dustin pasti sangat senang bertunangan dengan Clara, wanita itu punya pendidikan tinggi dan karir yang bagus. Selain itu, Clara juga cantik membuatku tak sebanding dengannya." Elsa menghela nafas berat."Apa yang aku pikirkan, pria brengsek seperti Dustin tidak perlu
"Kemana Deon? Ini sudah tiga puluh menit dia terlambat datang ke pesta, harusnya tunanganmu itu datang saat kau jua datang." ujar Blenda mulai khawatir kalau Dustin akan terlambat datang sampai pesta berakhir.Sementara Clara menoleh, perempuan itu meletakkan gelas wine miliknya ke meja. "Bibi tidak perlu pura-pura memanggil Dustin dengan nama Deon di depanku, aku sudah tau kalau pria yang bertunangan denganku adalah Dustin." jelas Clara.Awalnya Blenda terlihat terkejut, tapi kemudian Clara melanjutkan. "Aku curiga kalau rencana ini dibuat oleh Bibi, kan? Menyembunyikan Deon kemudian membawa Dustin keluar dari tempat persembunyian. Aku belum tau apa niat Bibi sebenarnya, tapi aku harusnya berterima kasih karena tak jadi bertunangan dengan Deon."Blenda mengerutkan kening. "Dustin yang memberitahumu?"
Satu minggu berlalu dan masih belum banyak yang mengetahui bahwa Deon menghilang, namun beberapa orang mulai penasaran karena sikap Deon yang kasar dan suka berkata kotor kini lebih banyak diam, dengan tatapan mata saja tak ada yang berani menatap balik Deon.Mereka tidak tau, Deon yang mereka kenal tidak ada di sekitar mereka. Dan hari ini, Kellan datang untuk melihat pekerjaan Dustin di ruang CEO. Kellan tiba-tiba masuk ke ruangan dan meletakkan dokumen di depan Dustin."Apa yang sudah kau lakukan? Apa ini hasil kerja yang kamu tunjukkan sebagai calon penerus perusahaan?" geram Kellan.Dustin pun meraih dokumen di depannya, membaca sekilas lalu mengerutkan kening. Ini bukan hasil kerjanya, melainkan pekerjaan Deon yang ternyata sangat kacau. Dustin menghela nafas dalam dan berkata.
Rumah utama milik keluarga Dawson terlihat lebih besar dan modern, bohong kalau Dustin tidak berdebar debar ketika mencoba untuk berjalan masuk ke rumah tersebut. Jantungnya berdegup kencang, hari yang Dustin tunggu akhirnya tiba.Sebentar lagi ia akan menemui sang ibu yang tidak pernah Dustin lihat rupa wajahnya seperti apa. Mendadak saja, hatinya terbawa emosi rasa tidak sabar."Mari Tuan. Silahkahkan masuk," kata seorang pelayan mempersilahkan.Dustin mengangguk, di tangannya membawa buket bunga cantik untuk hadiah sang ibu dihari pertemuan pertamanya."Antarkan aku di tempat ibu berada, aku ingin bertemu dengannya lebih awal."Kepala pelayan mengangguk sambil mengarahkan Dustin naik ke lantai dua menuju sebuah pintu hitam
Pukul sembilan malam Dustin pulang dari kediaman rumah besar Kellan Dawson, hati Dustin sedikit puas karena ia bisa merasakan kehangatan keluarga untuk pertama kalinya. Terlebih lagi, Dustin punya kesempatan melihat sang ibu meskipun kondisi beliau sedang sakit.Dari kursi belakang, Dustin melihat supir di depannya. "Besok ajari aku mengendarai mobil," ucapnya."Bukannya Anda sudah bisa mengemudi, Tuan? Koleksi mobil Anda ada begitu banyak," kata supir merasa aneh."Lakukan saja tugasmu dengan benar, aku menyuruhmu bukan untuk balik bertanya." ujar Dustin.Supir di depannya pun diam, hanya mengangguk dengan apa yang Dustin katakan barusan. Di tengah perjalanan, Dustin melihat keluar jendela. Pemandangan gedung tinggi dan billboard besar sesekali menampilkan wajahnya, ah
"Ini rekening baru Anda Tuan," petugas Bank menyerahkan kartu debit untuk Dustin, dan tentunya dengan nama Deon karena identitasnya masih tertutup.Dustin menatap kartu bank miliknya, "Berapa jumlah uang di dalamnya?" tanya Dustin."Anda bisa melihatnya lewat mesin penarikan uang, jumlah yang ada di dalam kartu rekening Anda saat ini berjumlah dua ratus ribu dolar dengan limit lima juta Dolar. Anda bisa memperbaharui kartu Anda dengan kartu eksklusif jika saldo bank Anda berjumlah lebih dari sepuluh juta." jawab petugas Bank.Dustin menganggukkan kepala singkat, dia pergi menyimpan kartu tersebut. Sementara ia akan menggunakan kartu itu sebagai tabungan untuk jaga-jaga, Dustin tidak tau kapan Deon akan kembali.Kali ini Dustin hanya perlu menambahkan sejumlah uang ke dal
Tubuh Dustin berbaring di bawah Clara saat perempuan itu tengah memacu dirinya dengan bersemangat, meskipun pemandangan di depan Dustin sangat menyenangkan, sayangnya Dustin masih belum bisa merasakan kepuasan yang Clara berikan."Dustin, kau membayangkan apa? Tatapanmu tidak fokus dengan apa yang kita lakukan?" geram Clara.Perempuan itu bangkit dari posisinya, menjauh dari Dustin dengan kesal. "Percuma aku melakukannya kalau pikiranmu tidak bersamaku, ini sangat menyebalkan ketika kau bersamaku tapi dirimu justru memikirkan hal lain.""Aku sudah mengatakan padaku kalau aku sedang tidak ingin melakukan hubungan, tapi kau memaksa." jawab Dustin.Clara berdecak, perempuan itu mengenakan jubah mandi lalu duduk di sofa sambil menuangkan wine ke gelas. "Apa yang membuatmu ti