Akhirnya, ia mendapatkan surat pisah yang baru dengan alasan yang lebih masuk akal. Surat pisah yang lama tidak ditanda tangani olehnya karena Alexa tidak memiliki bukti penting atau berharga untuk menunjukkan bahwa dia bersalah.Selama perjalanan ke rumah, ia teringat dengan teman kuliah yang pernah menghubunginya sebelum menikah dan sempat mengatakan pekerjaannya. Sontak, ia mengambil handphone ketika berada di lampu lalu lintas dan mencari daftar nama kontak. Namun, sayangnya, ia harus mengingat namanya.Kepala diletakkan di tangan yang memegang kemudi sembari menunggu lampu berwarna hijau. Beberapa detik meletakkan kepala di tangan, suara klakson mobil memenuhi telinganya sehingga ia melirik lampu lalu lintas dan ternyata sudah berwarna hijau.Alexa menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar menuju kantor. Empat puluh lima menit berlalu, ia tiba di kantor. Langkah demi langkah dan membalas sapaan rekan kerja dengan senyuman lebar.Jemari hendak menyentuh gagang pintu ruangan, p
Papa, Mama mertua, Nikkie, Maya dan Frank bergegas mendekati pintu ruangan ICU untuk mengintip yang terjadi padanya di sebuah kotak berukuran setengah dari pintunya. Sontak, mereka menutup mulut saat melihat Alexa membuka mata dan mengalirkan butiran bening di pipi.Mereka percaya adanya keajaiban dari tersadarnya seseorang yang menderita koma. Namun, Alexa masih tidak tahu apa yang terjadi padanya sampai ibu menunggu dengan mata bengkak dan sembab.“Ibu.”“Alhamdulillah, anak ibu sadar. Ibu takut kehilanganmu, Nak,” kata Ibu bergetar dengan air mata yang mengalir deras.Alexa menyeka air mata ibu perlahan. “Maaf, Bu.”“Tidak, Sayang. Kamu tidak salah.”Ibu Alexa membelai rambut dan mengusap pipinya dengan lembut sembari menatap teduh lalu mengecup keningnya selama dua menit dan air mata tak luput membasahi rambut dan pipinya. Kesadaran Alexa membuat semua orang lega dan bersyukur karena pemeriksaan awal belum diketahui penyakitnya sampai harus pingsan dan mengalami koma.Namun, situa
“Barnett ….”“Barnett lagi di kantor dan bentar lagi pulang,” sambar Frank lalu tersenyum.Semua mata tertuju padanya dengan ekspresi yang mengernyitkan dahi. Dia terlihat tampak mengetahui sesuatu yang terjadi pada Alexa dan Barnett.“Ya, dia sedang sibuk sama proyek yang sedang kita kerjakan. Dia ingin proyek itu berjalan lancar karena kamu sedang sakit dan tidak ingin membuatmu kepikiran. Jadi, dia merangkap dua tugas dan tanggung jawab pekerjaan,” imbuh Reynard.“Ah, begitu. Pantesan, dihubungi tidak diangkat, tapi setidaknya dia datang mengunjungi istrinya saat di rumah sakit,” sahut Mama mertua.“Tidak apa. Alexa pasti mengerti dan memahami kondisi suaminya yang pekerja keras,” jawab Ibu sembari menatap Alexa.Tatapan ibu yang dalam terhadapnya terlihat bahwa dia merasa khawatir dengan rumah tangganya. Perasaan seorang ibu sangat peka saat terjadi sesuatu pada anaknya.Satu per satu mengajak bicara Alexa untuk tetap menjalankan terapi ketika terbangun dari koma. Mereka harus mel
“Kenapa harus besok selagi aku sehat dan sudah pulih?”“Tidak apa. Aku khawatir sama kamu aja soalnya baru saja pulih.”“Khawatir sama aku? Yakin? Atau terjadi sesuatu sehingga aku tidak boleh masuk hari ini?”Alexa bertanya dengan penuh ketidak percayaan terhadap Barnett karena dia tidak ada di rumah sakit selama sakit. Ia memiliki firasat yang buruk terhadapnya.Tiga hari sebelumnya, ketika Alexa koma, Barnett bersenang-senang dengan Deana. Tidak ada rasa iba sekali pun terhadap istrinya. Pikirannya hanya ada Deana, padahal wanita yang dicintai telah memiliki kekasih dan akan menikah sekaligus memiliki rencana jahat kepadanya.Alexa belum memeriksa kamera pengintai di handphone karena takut melihat hal yang menyakitkan. Namun, ia harus tetap melihatnya untuk menyakinkan diri bahwa firasat buruk itu benar.“Kenapa kamu gak percaya sama aku? Atau karena aku sering menyakitimu dan tidak memedulikanmu?” tanya Barnett yang tampak tidak merasa bersalah dan tidak terjadi sesuatu padanya.“
Alexa menghabiskan makanan lalu menyimpan rekaman itu ke sebuah alat berbentuk kotak ukuran sedang berwarna biru dengan kapasitas satu tera giga byte. Ia menutup rekaman itu dan bergegas kembali ke ruangannya.Kelvin dan Deana berjalan bersama dari kejauhan dan terlihat sedang membicarakan sesuatu. Namun, ketika mereka melihat keberadaannya menjadi berubah dan seperti rekan kerja yang membicarakan pekerjaan.“Siang, Bu Alexa.”“Siang.”“Ibu sudah sehat? Bagaimana keadaan ibu?”“Kamu tahu saya sakit?”Kelvin dan Deana saling memandang dengan kedua pundak terangkat dan bola mata melebar. Alexa menghela napas panjang ketika memperhatikan sikapnya.“Jika tahu kalau saya sakit dan tidak sempat menjenguk, tidak masalah. Saya tidak marah dan tidak ingin dijenguk oleh kalian,” ucapnya ketus lalu pergi meninggalkan mereka.Lidah kejam Alexa keluar kembali ketika melihat sikap mereka yang sangat memuakkan. Sikap yang berusaha terlihat baik, tetapi memiliki niat buruk terhadap banyak orang. Bahk
Barnett melotot ketika Alexa mengatakan tentang dia bercinta dengan Deana di hutan. Tatapan itu dapat dilihat bahwa tidak bisa mengelak dan berusaha menutupinya. Namun, ia menghela napas panjang sambil menggeleng pelan dan menyeka air mata yang menetes secepat kilat.“Tidak perlu dijawab, kamu pasti berbohong lagi dan kamu maunya bukti. Aku segera membuktikannya,” putus Alexa lalu pergi meninggalkannya dan melangkah ke kamar sebelah.Alexa terduduk di tepi ranjang dengan mendongakkan kepala sembari menyapu wajahnya yang lelah saat mengurusi semuanya dalam keadaan proses pemulihan. Semua masalah hidupnya belum menemukan jalan keluar.Ia merebahkan tubuh di atas ranjang dan teringat dengan ekspresi Kelvin yang terkejut ketika diberitahu hal yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan teknologi yang dibangun oleh ayahnya.‘Apakah Kelvin tidak tahu tentang ibunya bersikap begitu? Atau cerita yang disampaikan oleh mertua dan adik iparnya adalah bohong? Tapi, kesaksian itu keluar dari mulut d
“Papa mertua tahu dan aku minta kepadanya untuk gak memberitahu mama mertua karena dia punya sakit jantung.”Kedua pundak Maya terangkat saat mendengar kejadian yang disampaikan oleh Alexa. Dia menggeleng sambil menghela napas panjang ketika memerhatikan ekpresi temannya yang berusaha tegar saat kekerasan rumah tangga terjadi.“Waktu kalian menikah, apakah dia kasar kepadamu?”“Dia hanya bersikap dingin dan gak pernah memukul. Dia memukul pertama kali ketika adu mulut di kamar saat aku menanyakan perihal perselingkuhannya dengan rekan. Namun, dia menolak dan berkilah.” Alexa membeberkan kekerasan rumah tangganya.Maya menarik dan membuang napas perlahan dengan mata memerah saat mencatat wawancara dengan Alexa. Semua yang tampak di depan pasti terlihat bagus dan indah, tetapi tidak akan pernah tahu di belakang dan dalamnya.Maya meletakkan pena dan buku di atas nakas lalu mendekat dan memeluknya erat. Punggung Alexa diusap perlahan dan lembut karena dia tidak percaya dengan pengalaman
“Sampai jumpa lagi, Alexa, Barnett. Terima kasih untuk jamuannya.”Alexa tersenyum lebar di depan rumah saat mengantar Maya pulang sampai tidak terlihat mobilnya. Ia pun masuk kembali bersama Barnett dan menutup pintu rumah dengan rapat.Alexa membersihkan semua piring, gelas dan wadah yang kotor dan kosong di dapur. Sepuluh menit berlalu, saat ia menyelesaikan pekerjaan rumah dan sedang mengambil air hangat di gelas untuk dibawa ke kamar, suara hendak muntah keluar dengan keras hingga membuat Barnett menoleh ke arahnya.“Buruan pergi ke toilet sana!”Alexa meletakkan gelas di meja lalu mempercepat langkahnya menuju toilet lantai satu. Ia mengeluarkan semua isi perut dengan keras sampai membuat Barnett berdecak karena mengganggu fokusnya.Lagi dan lagi, Alexa tidak bisa menahan suara itu dari Barnett sampai dia harus berteriak dan tidak ingin lantai rumah kotor karena cairan yang ada di dalam perutnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan mulut yang basah dan melangkah seperti biasa agar