Deana memasuki rumah itu dengan alis tertaut dan napas naik turun dengan cepat. Pintu rumah tertutup rapat, tetapi keributan di dalam masih bisa terdengar olehnya dan siapa pun yang berada di dekat rumah itu.“Ayah selalu meminta uang terus, gak pernah kerja! Aku bukan mesin uang yang selalu menyediakan uang, Yah. Aku anakmu yang menginginkan kehidupan yang layak dan kebutuhan terpenuhi, tetapi semua itu hanya angan dan khayalanku! Ibu juga merepotkanku yang selalu merengek untuk dibantu ke kamar mandi karena tidak bisa mengeluarkan air kecil dan besar!”“Kurang ajar! Ayah dari dulu gak pernah menginginkan anak perempuan, tapi anak laki-laki agar dia bisa bergerak lebih leluasa dari pada kamu. Kamu gak akan melakukan apa pun tanpa diminta oleh Ayah. Kamu dan ibumu sama saja gak berguna! Kamu gak menikah-menikah dengan pria itu!”“Aku segera menikah dengan pria kaya tanpa diketahui oleh kalian berdua! Gak sudi memperkenalkan kalian kepada keluarga pria kaya! Aku sudah muak dengan kalia
“Bukan urusanmu.”Alexa meninggalkan Barnett lalu memasuki kamar sebelah. Ia meletakkan semua berkas dan membersihkan diri untuk menyegarkan pikiran. Lima belas menit berlalu, ia keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang untuk memakai perawatan kulit di wajah.Ia hendak merebahkan badan di kasur, perut berbunyi keras. Sontak, Alexa memegang perut dan merasakan lapar yang luar biasa dan tidak pernah dirasakan olehnya.Alexa harus mengisi perut untuk kesehatan bayinya sehingga berjalan di dapur. Ia membuka kulkas dan tidak ada sayuran apa pun di dalamnya, hanya ada lima butir telur.Alexa memasak telur dadar dengan menambahkan bumbu pedas. Setelah itu, ia duduk di kursi meja makan tanpa mengajak Barnett yang masih merebahkan badan di sofa dan terdengar sedang menelepon seseorang.Sepuluh menit menghabiskan makanan dan mencuci semua peralatan makan dan masak. Ia hendak menaiki anak tangga, langkah terhenti karena pertanyaan Barnett yang memenuhi ruangan.“Kamu gak masak buat aku?
“Iya. Perusahaan sudah gak membutuhkanmu.”“Bukan perusahaan, tapi kamu.”“Silakan pergi dari tempat ini dan jangan pernah kembali.”Alexa tersenyum miring. “Oke.”Alexa berdiri lalu melangkah ke pintu ruangan dan menghentikan langkahnya ketika memegang gagang pintu dengan menoleh ke belakang untuk memastikan posisi kamera pengintai baik-baik saja dan tetap berada di tempatnya.Setelah dipastikan aman, Alexa keluar dari ruangan dan memasuki ruangan kerjanya lalu membersihkan semua barang miliknya dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak berukuran sedang.Alexa berkemas semua barang membuat sorot mata beralih kepadanya. Mereka saling pandang dan bersiku ketika melihat hal yang tiba-tiba dan istri dari CEO perusahaan teknologi. Karyawan Barnett ingin sekali bertanya kepadanya, tetapi tidak ada yang berani.“Saya pamit undur diri, ya. Semangat bekerjanya dan tetap menjadi karyawan teladan.”Rekan kerja di ruangannya bergegas menghampirinya dengan tatapan sedih ketika atasan pergi secara tiba
Mama mertua menggeleng pelan dengan netra berbinar dan menatap semua orang yang ada di sekitarnya. Dia terlihat tidak percaya dengan kelakuan anak sulung yang memiliki trauma terhadap seorang perempuan karena memiliki rasa cinta yang besar kepadanya.“Tidak mungkin, bagaimana dia melakukan itu. Sedangkan, dia pernah tersakiti oleh perempuan dan hampir melakukan hal yang mematikan?”Mama mertua tetap menolak dengan kenyataan yang disampaikan oleh Alexa dan Helena berdasarkan masa lalu Barnett. Tidak ada salah saat memiliki pemikiran seperti itu. Namun, semua itu bisa saja terjadi.Alexa menelan air saliva sembari meneteskan air mata saat melihat respons mama mertuanya. Ia berharap tidak terjadi sesuatu kepadanya karena ingat dengan penyakit serius yang dideritanya.Alexa pindah duduk di samping lalu memegang tangannya. “Dia memang memiliki masa lalu yang kelam, tapi tidak ada yang bisa dipungkiri bahwa Barnett bisa menyakiti perempuan dan memiliki hubungan dengan perempuan lain. Papa s
Alexa mengangguk pelan sembari memainkan jemari dan tanpa terasa air mata ikut mengalir di pipi. Tidak bisa menyembunyikan butiran air bening yang saatnya mengalir di pipi dari kesedihan hidup yang pahit dan menyakitkan.“Kenapa? Apakah Barnett tidak ingin memperjuangkan rumah tangganya?”“Tidak ada yang menunjukkan sikap dia untuk memperjuangkan rumah tangga, Bu. Alexa lelah berjuang dan berpura-pura untuk baik-baik saja.”Helaan napas panjang keluar dari mulut Ibu dan Ayah. Mereka terlihat kecewa dengan keputusan yang diambil olehnya hingga membuatnya terdiam selama lima menit.Ibu pernah menasihati bahwa teruslah berjuang dan berusaha untuk membuat suami yang dingin dan tidak perhatian kepada istri. Namun, ibu juga pernah mengatakan bahwa ketika seorang pria sudah menjadi status suami lalu memukul istri dan anaknya, itu sudah tidak pantas dipertahankan dan boleh mengambil jalan keluar untuk pisah.Keputusan yang diambil oleh Alexa tidak salah. Walaupun perpisahan sangat tidak dianj
Alexa menoleh dengan mata yang sembab dan mengernyitkan dahi saat Frank melarang untuk memukuli dirinya sendiri. Ia melepaskan tangan Frank perlahan lalu bersandar di kursi panjang dan memandangi bunga berwarna putih di seberangnya.“Mama meninggal karena aku.”“Gak Alexa.”“Iya. Mama meninggal karena aku yang memberitahu bahwa ak—”“Kenapa?” tanya Frank bingung.Alexa memejamkan mata sekilas ketika hampir kelepasan untuk mengatakan hubungan rumah tangganya dengan Barnett. Ia mengembuskan napas secara kasar sambil berdecak dan menyeka air mata.“Intinya adalah semua karena aku.”“Karena kamu memberitahu tentang hubungan rumah tanggamu yang gak bisa dipertahankan lagi?”Alexa menoleh secepat kilat. “Ba-bagaimana kamu tahu itu?”“Kamu pernah ke cerita aku kalau sudah gak bisa dipertahankan lagi, tapi kamu belum memutuskan akhirnya seperti apa.”Alexa menghela napas panjang lega ketika Frank tidak mengetahui kabar perpisahannya. Butiran air bening masih membasahi pipi secara terus meneru
“Kamu jangan cegah dia, Alexa!” geram Reynard dengan menoleh ke arahnya.Alexa melepaskan tangan ibu secara perlahan dan mendekati Barnett dan Deana. Barnett dan Deana berbalik badan dengan tatapan yang bingung. Alexa masih menatap mereka dengan kediaman selama lima menit.“Kamu tidak perlu menjadi jagoan untuk keluarga kami, Alexa karena kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan dari keluarga kakakku!” tukas adik ipar Reynard.“Aku gak perlu menjadi jagoan untuk keluarga Papa karena orang baik pasti akan terbuka dengan sendirinya untuk mata dan hati, seperti situasi saat ini yang di mana tidak pernah kuduga bahwa anak sulung dari keluarga konglomerat diusir dan tidak diakui anak lagi oleh ayahnya. Semua aset dibalikkan kembali atas dua nama seorang wanita yang selama ini dianggap sepele dan remeh olehnya.”Barnett tersenyum miring sambil bertepuk tangan dan menatap nanar ke arahnya. “Wah, hebat kamu, ya. Kamu pasti meracuni pikiran Mama dan Papa selama ini sampai Papa berani memb
“Oke. Aku akan membuktikannya. Tunggu saja tanggal mainnya,” jawab Alexa santai sambil menatap tajam lalu melirik Deana yang tampak memperhatikan kami.“Oke.”Barnett berbalik badan menuju mobil yang terparkir di halaman depan rumah lalu kembali lagi kepadanya. Sontak, ia menaikkan kedua bahu dan mengendalikan perasaan terhadapnya.“Apa lagi?”“Kamu sudah menghancurkan keluargaku dan hidupku,” kata Barnett sambil melayangkan jari telunjuk kepadanya.Alexa tersenyum miring. “Yang menghancurkan keluarga dan hidupmu adalah kamu sendiri bukan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik untuk mempertahankan hubungan rumah tangga, tapi kamu mengacaukannya sampai Mama meninggal. Berubahlah sebelum menyesal lagi di kemudian hari,” balas Alexa lalu menutup pintu rumah.Napas naik turun cepat ketika tatapan mereka bertemu dan jarak pandang yang hanya berjarak dua sentimeter. Mata yang membuatnya salah tingkah dan jantung berdebar itu hadir kembali setelah tidak pernah melakukan hal itu.Ia pergi ke k
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus