“Barnett ….”“Barnett lagi di kantor dan bentar lagi pulang,” sambar Frank lalu tersenyum.Semua mata tertuju padanya dengan ekspresi yang mengernyitkan dahi. Dia terlihat tampak mengetahui sesuatu yang terjadi pada Alexa dan Barnett.“Ya, dia sedang sibuk sama proyek yang sedang kita kerjakan. Dia ingin proyek itu berjalan lancar karena kamu sedang sakit dan tidak ingin membuatmu kepikiran. Jadi, dia merangkap dua tugas dan tanggung jawab pekerjaan,” imbuh Reynard.“Ah, begitu. Pantesan, dihubungi tidak diangkat, tapi setidaknya dia datang mengunjungi istrinya saat di rumah sakit,” sahut Mama mertua.“Tidak apa. Alexa pasti mengerti dan memahami kondisi suaminya yang pekerja keras,” jawab Ibu sembari menatap Alexa.Tatapan ibu yang dalam terhadapnya terlihat bahwa dia merasa khawatir dengan rumah tangganya. Perasaan seorang ibu sangat peka saat terjadi sesuatu pada anaknya.Satu per satu mengajak bicara Alexa untuk tetap menjalankan terapi ketika terbangun dari koma. Mereka harus mel
“Kenapa harus besok selagi aku sehat dan sudah pulih?”“Tidak apa. Aku khawatir sama kamu aja soalnya baru saja pulih.”“Khawatir sama aku? Yakin? Atau terjadi sesuatu sehingga aku tidak boleh masuk hari ini?”Alexa bertanya dengan penuh ketidak percayaan terhadap Barnett karena dia tidak ada di rumah sakit selama sakit. Ia memiliki firasat yang buruk terhadapnya.Tiga hari sebelumnya, ketika Alexa koma, Barnett bersenang-senang dengan Deana. Tidak ada rasa iba sekali pun terhadap istrinya. Pikirannya hanya ada Deana, padahal wanita yang dicintai telah memiliki kekasih dan akan menikah sekaligus memiliki rencana jahat kepadanya.Alexa belum memeriksa kamera pengintai di handphone karena takut melihat hal yang menyakitkan. Namun, ia harus tetap melihatnya untuk menyakinkan diri bahwa firasat buruk itu benar.“Kenapa kamu gak percaya sama aku? Atau karena aku sering menyakitimu dan tidak memedulikanmu?” tanya Barnett yang tampak tidak merasa bersalah dan tidak terjadi sesuatu padanya.“
Alexa menghabiskan makanan lalu menyimpan rekaman itu ke sebuah alat berbentuk kotak ukuran sedang berwarna biru dengan kapasitas satu tera giga byte. Ia menutup rekaman itu dan bergegas kembali ke ruangannya.Kelvin dan Deana berjalan bersama dari kejauhan dan terlihat sedang membicarakan sesuatu. Namun, ketika mereka melihat keberadaannya menjadi berubah dan seperti rekan kerja yang membicarakan pekerjaan.“Siang, Bu Alexa.”“Siang.”“Ibu sudah sehat? Bagaimana keadaan ibu?”“Kamu tahu saya sakit?”Kelvin dan Deana saling memandang dengan kedua pundak terangkat dan bola mata melebar. Alexa menghela napas panjang ketika memperhatikan sikapnya.“Jika tahu kalau saya sakit dan tidak sempat menjenguk, tidak masalah. Saya tidak marah dan tidak ingin dijenguk oleh kalian,” ucapnya ketus lalu pergi meninggalkan mereka.Lidah kejam Alexa keluar kembali ketika melihat sikap mereka yang sangat memuakkan. Sikap yang berusaha terlihat baik, tetapi memiliki niat buruk terhadap banyak orang. Bahk
Barnett melotot ketika Alexa mengatakan tentang dia bercinta dengan Deana di hutan. Tatapan itu dapat dilihat bahwa tidak bisa mengelak dan berusaha menutupinya. Namun, ia menghela napas panjang sambil menggeleng pelan dan menyeka air mata yang menetes secepat kilat.“Tidak perlu dijawab, kamu pasti berbohong lagi dan kamu maunya bukti. Aku segera membuktikannya,” putus Alexa lalu pergi meninggalkannya dan melangkah ke kamar sebelah.Alexa terduduk di tepi ranjang dengan mendongakkan kepala sembari menyapu wajahnya yang lelah saat mengurusi semuanya dalam keadaan proses pemulihan. Semua masalah hidupnya belum menemukan jalan keluar.Ia merebahkan tubuh di atas ranjang dan teringat dengan ekspresi Kelvin yang terkejut ketika diberitahu hal yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan teknologi yang dibangun oleh ayahnya.‘Apakah Kelvin tidak tahu tentang ibunya bersikap begitu? Atau cerita yang disampaikan oleh mertua dan adik iparnya adalah bohong? Tapi, kesaksian itu keluar dari mulut d
“Papa mertua tahu dan aku minta kepadanya untuk gak memberitahu mama mertua karena dia punya sakit jantung.”Kedua pundak Maya terangkat saat mendengar kejadian yang disampaikan oleh Alexa. Dia menggeleng sambil menghela napas panjang ketika memerhatikan ekpresi temannya yang berusaha tegar saat kekerasan rumah tangga terjadi.“Waktu kalian menikah, apakah dia kasar kepadamu?”“Dia hanya bersikap dingin dan gak pernah memukul. Dia memukul pertama kali ketika adu mulut di kamar saat aku menanyakan perihal perselingkuhannya dengan rekan. Namun, dia menolak dan berkilah.” Alexa membeberkan kekerasan rumah tangganya.Maya menarik dan membuang napas perlahan dengan mata memerah saat mencatat wawancara dengan Alexa. Semua yang tampak di depan pasti terlihat bagus dan indah, tetapi tidak akan pernah tahu di belakang dan dalamnya.Maya meletakkan pena dan buku di atas nakas lalu mendekat dan memeluknya erat. Punggung Alexa diusap perlahan dan lembut karena dia tidak percaya dengan pengalaman
“Sampai jumpa lagi, Alexa, Barnett. Terima kasih untuk jamuannya.”Alexa tersenyum lebar di depan rumah saat mengantar Maya pulang sampai tidak terlihat mobilnya. Ia pun masuk kembali bersama Barnett dan menutup pintu rumah dengan rapat.Alexa membersihkan semua piring, gelas dan wadah yang kotor dan kosong di dapur. Sepuluh menit berlalu, saat ia menyelesaikan pekerjaan rumah dan sedang mengambil air hangat di gelas untuk dibawa ke kamar, suara hendak muntah keluar dengan keras hingga membuat Barnett menoleh ke arahnya.“Buruan pergi ke toilet sana!”Alexa meletakkan gelas di meja lalu mempercepat langkahnya menuju toilet lantai satu. Ia mengeluarkan semua isi perut dengan keras sampai membuat Barnett berdecak karena mengganggu fokusnya.Lagi dan lagi, Alexa tidak bisa menahan suara itu dari Barnett sampai dia harus berteriak dan tidak ingin lantai rumah kotor karena cairan yang ada di dalam perutnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan mulut yang basah dan melangkah seperti biasa agar
Deana memasuki rumah itu dengan alis tertaut dan napas naik turun dengan cepat. Pintu rumah tertutup rapat, tetapi keributan di dalam masih bisa terdengar olehnya dan siapa pun yang berada di dekat rumah itu.“Ayah selalu meminta uang terus, gak pernah kerja! Aku bukan mesin uang yang selalu menyediakan uang, Yah. Aku anakmu yang menginginkan kehidupan yang layak dan kebutuhan terpenuhi, tetapi semua itu hanya angan dan khayalanku! Ibu juga merepotkanku yang selalu merengek untuk dibantu ke kamar mandi karena tidak bisa mengeluarkan air kecil dan besar!”“Kurang ajar! Ayah dari dulu gak pernah menginginkan anak perempuan, tapi anak laki-laki agar dia bisa bergerak lebih leluasa dari pada kamu. Kamu gak akan melakukan apa pun tanpa diminta oleh Ayah. Kamu dan ibumu sama saja gak berguna! Kamu gak menikah-menikah dengan pria itu!”“Aku segera menikah dengan pria kaya tanpa diketahui oleh kalian berdua! Gak sudi memperkenalkan kalian kepada keluarga pria kaya! Aku sudah muak dengan kalia
“Bukan urusanmu.”Alexa meninggalkan Barnett lalu memasuki kamar sebelah. Ia meletakkan semua berkas dan membersihkan diri untuk menyegarkan pikiran. Lima belas menit berlalu, ia keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang untuk memakai perawatan kulit di wajah.Ia hendak merebahkan badan di kasur, perut berbunyi keras. Sontak, Alexa memegang perut dan merasakan lapar yang luar biasa dan tidak pernah dirasakan olehnya.Alexa harus mengisi perut untuk kesehatan bayinya sehingga berjalan di dapur. Ia membuka kulkas dan tidak ada sayuran apa pun di dalamnya, hanya ada lima butir telur.Alexa memasak telur dadar dengan menambahkan bumbu pedas. Setelah itu, ia duduk di kursi meja makan tanpa mengajak Barnett yang masih merebahkan badan di sofa dan terdengar sedang menelepon seseorang.Sepuluh menit menghabiskan makanan dan mencuci semua peralatan makan dan masak. Ia hendak menaiki anak tangga, langkah terhenti karena pertanyaan Barnett yang memenuhi ruangan.“Kamu gak masak buat aku?