Alexa menghabiskan makanan lalu menyimpan rekaman itu ke sebuah alat berbentuk kotak ukuran sedang berwarna biru dengan kapasitas satu tera giga byte. Ia menutup rekaman itu dan bergegas kembali ke ruangannya.Kelvin dan Deana berjalan bersama dari kejauhan dan terlihat sedang membicarakan sesuatu. Namun, ketika mereka melihat keberadaannya menjadi berubah dan seperti rekan kerja yang membicarakan pekerjaan.“Siang, Bu Alexa.”“Siang.”“Ibu sudah sehat? Bagaimana keadaan ibu?”“Kamu tahu saya sakit?”Kelvin dan Deana saling memandang dengan kedua pundak terangkat dan bola mata melebar. Alexa menghela napas panjang ketika memperhatikan sikapnya.“Jika tahu kalau saya sakit dan tidak sempat menjenguk, tidak masalah. Saya tidak marah dan tidak ingin dijenguk oleh kalian,” ucapnya ketus lalu pergi meninggalkan mereka.Lidah kejam Alexa keluar kembali ketika melihat sikap mereka yang sangat memuakkan. Sikap yang berusaha terlihat baik, tetapi memiliki niat buruk terhadap banyak orang. Bahk
Barnett melotot ketika Alexa mengatakan tentang dia bercinta dengan Deana di hutan. Tatapan itu dapat dilihat bahwa tidak bisa mengelak dan berusaha menutupinya. Namun, ia menghela napas panjang sambil menggeleng pelan dan menyeka air mata yang menetes secepat kilat.“Tidak perlu dijawab, kamu pasti berbohong lagi dan kamu maunya bukti. Aku segera membuktikannya,” putus Alexa lalu pergi meninggalkannya dan melangkah ke kamar sebelah.Alexa terduduk di tepi ranjang dengan mendongakkan kepala sembari menyapu wajahnya yang lelah saat mengurusi semuanya dalam keadaan proses pemulihan. Semua masalah hidupnya belum menemukan jalan keluar.Ia merebahkan tubuh di atas ranjang dan teringat dengan ekspresi Kelvin yang terkejut ketika diberitahu hal yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan teknologi yang dibangun oleh ayahnya.‘Apakah Kelvin tidak tahu tentang ibunya bersikap begitu? Atau cerita yang disampaikan oleh mertua dan adik iparnya adalah bohong? Tapi, kesaksian itu keluar dari mulut d
“Papa mertua tahu dan aku minta kepadanya untuk gak memberitahu mama mertua karena dia punya sakit jantung.”Kedua pundak Maya terangkat saat mendengar kejadian yang disampaikan oleh Alexa. Dia menggeleng sambil menghela napas panjang ketika memerhatikan ekpresi temannya yang berusaha tegar saat kekerasan rumah tangga terjadi.“Waktu kalian menikah, apakah dia kasar kepadamu?”“Dia hanya bersikap dingin dan gak pernah memukul. Dia memukul pertama kali ketika adu mulut di kamar saat aku menanyakan perihal perselingkuhannya dengan rekan. Namun, dia menolak dan berkilah.” Alexa membeberkan kekerasan rumah tangganya.Maya menarik dan membuang napas perlahan dengan mata memerah saat mencatat wawancara dengan Alexa. Semua yang tampak di depan pasti terlihat bagus dan indah, tetapi tidak akan pernah tahu di belakang dan dalamnya.Maya meletakkan pena dan buku di atas nakas lalu mendekat dan memeluknya erat. Punggung Alexa diusap perlahan dan lembut karena dia tidak percaya dengan pengalaman
“Sampai jumpa lagi, Alexa, Barnett. Terima kasih untuk jamuannya.”Alexa tersenyum lebar di depan rumah saat mengantar Maya pulang sampai tidak terlihat mobilnya. Ia pun masuk kembali bersama Barnett dan menutup pintu rumah dengan rapat.Alexa membersihkan semua piring, gelas dan wadah yang kotor dan kosong di dapur. Sepuluh menit berlalu, saat ia menyelesaikan pekerjaan rumah dan sedang mengambil air hangat di gelas untuk dibawa ke kamar, suara hendak muntah keluar dengan keras hingga membuat Barnett menoleh ke arahnya.“Buruan pergi ke toilet sana!”Alexa meletakkan gelas di meja lalu mempercepat langkahnya menuju toilet lantai satu. Ia mengeluarkan semua isi perut dengan keras sampai membuat Barnett berdecak karena mengganggu fokusnya.Lagi dan lagi, Alexa tidak bisa menahan suara itu dari Barnett sampai dia harus berteriak dan tidak ingin lantai rumah kotor karena cairan yang ada di dalam perutnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan mulut yang basah dan melangkah seperti biasa agar
Deana memasuki rumah itu dengan alis tertaut dan napas naik turun dengan cepat. Pintu rumah tertutup rapat, tetapi keributan di dalam masih bisa terdengar olehnya dan siapa pun yang berada di dekat rumah itu.“Ayah selalu meminta uang terus, gak pernah kerja! Aku bukan mesin uang yang selalu menyediakan uang, Yah. Aku anakmu yang menginginkan kehidupan yang layak dan kebutuhan terpenuhi, tetapi semua itu hanya angan dan khayalanku! Ibu juga merepotkanku yang selalu merengek untuk dibantu ke kamar mandi karena tidak bisa mengeluarkan air kecil dan besar!”“Kurang ajar! Ayah dari dulu gak pernah menginginkan anak perempuan, tapi anak laki-laki agar dia bisa bergerak lebih leluasa dari pada kamu. Kamu gak akan melakukan apa pun tanpa diminta oleh Ayah. Kamu dan ibumu sama saja gak berguna! Kamu gak menikah-menikah dengan pria itu!”“Aku segera menikah dengan pria kaya tanpa diketahui oleh kalian berdua! Gak sudi memperkenalkan kalian kepada keluarga pria kaya! Aku sudah muak dengan kalia
“Bukan urusanmu.”Alexa meninggalkan Barnett lalu memasuki kamar sebelah. Ia meletakkan semua berkas dan membersihkan diri untuk menyegarkan pikiran. Lima belas menit berlalu, ia keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang untuk memakai perawatan kulit di wajah.Ia hendak merebahkan badan di kasur, perut berbunyi keras. Sontak, Alexa memegang perut dan merasakan lapar yang luar biasa dan tidak pernah dirasakan olehnya.Alexa harus mengisi perut untuk kesehatan bayinya sehingga berjalan di dapur. Ia membuka kulkas dan tidak ada sayuran apa pun di dalamnya, hanya ada lima butir telur.Alexa memasak telur dadar dengan menambahkan bumbu pedas. Setelah itu, ia duduk di kursi meja makan tanpa mengajak Barnett yang masih merebahkan badan di sofa dan terdengar sedang menelepon seseorang.Sepuluh menit menghabiskan makanan dan mencuci semua peralatan makan dan masak. Ia hendak menaiki anak tangga, langkah terhenti karena pertanyaan Barnett yang memenuhi ruangan.“Kamu gak masak buat aku?
“Iya. Perusahaan sudah gak membutuhkanmu.”“Bukan perusahaan, tapi kamu.”“Silakan pergi dari tempat ini dan jangan pernah kembali.”Alexa tersenyum miring. “Oke.”Alexa berdiri lalu melangkah ke pintu ruangan dan menghentikan langkahnya ketika memegang gagang pintu dengan menoleh ke belakang untuk memastikan posisi kamera pengintai baik-baik saja dan tetap berada di tempatnya.Setelah dipastikan aman, Alexa keluar dari ruangan dan memasuki ruangan kerjanya lalu membersihkan semua barang miliknya dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak berukuran sedang.Alexa berkemas semua barang membuat sorot mata beralih kepadanya. Mereka saling pandang dan bersiku ketika melihat hal yang tiba-tiba dan istri dari CEO perusahaan teknologi. Karyawan Barnett ingin sekali bertanya kepadanya, tetapi tidak ada yang berani.“Saya pamit undur diri, ya. Semangat bekerjanya dan tetap menjadi karyawan teladan.”Rekan kerja di ruangannya bergegas menghampirinya dengan tatapan sedih ketika atasan pergi secara tiba
Mama mertua menggeleng pelan dengan netra berbinar dan menatap semua orang yang ada di sekitarnya. Dia terlihat tidak percaya dengan kelakuan anak sulung yang memiliki trauma terhadap seorang perempuan karena memiliki rasa cinta yang besar kepadanya.“Tidak mungkin, bagaimana dia melakukan itu. Sedangkan, dia pernah tersakiti oleh perempuan dan hampir melakukan hal yang mematikan?”Mama mertua tetap menolak dengan kenyataan yang disampaikan oleh Alexa dan Helena berdasarkan masa lalu Barnett. Tidak ada salah saat memiliki pemikiran seperti itu. Namun, semua itu bisa saja terjadi.Alexa menelan air saliva sembari meneteskan air mata saat melihat respons mama mertuanya. Ia berharap tidak terjadi sesuatu kepadanya karena ingat dengan penyakit serius yang dideritanya.Alexa pindah duduk di samping lalu memegang tangannya. “Dia memang memiliki masa lalu yang kelam, tapi tidak ada yang bisa dipungkiri bahwa Barnett bisa menyakiti perempuan dan memiliki hubungan dengan perempuan lain. Papa s