Home / Pernikahan / Pengganti Yang Lebih Baik / 55. Masalah pengantin baru

Share

55. Masalah pengantin baru

last update Last Updated: 2023-03-15 11:15:54

Tiada yang indah selain bisa terbangun dengan keadaan masih bernapas. Dan semakin indah saat terbangun dengan di sisi kita ada yang kita cintai. Tertidur damai dalam tidurnya yang nyenyak karena keberadaan kita di sisinya.

Begitu juga dengan yang Aji dapatkan, sebelum matahari tinggi dia terbangun lebih dulu. Menatap wajah Hana dan mengusapnya lembut. Merasa bersyukur sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah beristri sekarang. Di usianya yang baru menginjak dua puluh tahunan.

"Sayang, bangun yuk," ajak Aji.

Dikecupnya lembut pipi Hana yang sedikit berisi beberapa kali. Yang mana itu membuat Hana melenguh dan sadar akan keberadaan Aji di sana. Hampir saja Hana teriak tetapi sedetik kemudian ia urungkan niatnya karena ingat mereka sudah sah.

"Dokter cantikku, masih mengira kita belum menikah ya?" goda Aji dengan senyum di akhirannya.

"Maaf, aku belum terbiasa." Hana menggigit bibir bawahnya karena malu.

"Enggak apa-apa, sayang. Nanti juga terbiasa." Aji menyelipkan rambut Hana dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengganti Yang Lebih Baik    56. Merasa belum mengenal

    Hanya pertanyaan yang Hana simpan dalam batinnya. Seharian dia memikirkan tentang hal yang sama. Apakah Aji mungkin enggan menyentuhnya karena dia bukan yang pertama?Hana mengakhiri sesi konsultasi dengan pasien lebih cepat dari biasanya. Sekarang ini dia tengah duduk di kursi kantin dengan penuh lamunan. Menatap kosong mangkuk soto di hadapannya.Gelas berisi es qteh juga dianggurkan. Beberapa sapaan dari rekannya yang juga datang ke tempat itu tidak dihiraukan. Mereka jadi berpikir abstrak tentang Hana."Dokter cantik," sapa Aji. Ikut duduk di kursi yang tersisa di hadapan Hana.Hana yang dipanggil seperti itu hanya bisa tersenyum. Mencoba berpikiran positif dan melupakan keresahannya seharian ini. "Kenapa enggak dimakan?" tanya Aji melihat mangkuk Hana yang masih penuh."Enggak lapar, Ji," jawab Hana sekenanya."Enggak lapar gimana sih. Sini biar aku suapi," kata Aji tidak terima. Menarik mangkuk Hana dengan paksa."Buka mulutnya." Aji menyodorkan sesendok makanan itu ke arah Han

    Last Updated : 2023-03-16
  • Pengganti Yang Lebih Baik    57. Kebenaran yang dicari

    Setelah perkataan dokter Firman yang hanya membuatnya pusing itu. Sekarang Aji sedang merapikan ruang tempatnya berjaga di UGD. Hari sudah sangat larut dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aji yang fokus dengan pekerjaannya menjadi fokus seseorang."Ji, kamu enggak pulang?" tanya dokter Firman."Gimana ceritanya, Dok. Bukannya tadi pagi bilang suruh Aji di sini buat ikut jaga?" timpal Aji bingung."Iya, juga sih." Dokter Firman menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kayaknya aman, pergi ngopi yuk Ji."Aji melihat sekitar dan benar yang dikatakan oleh omnya tersebut. Akhirnya Aji menurut saja. Pergi setelah berpamitan pada rekannya yang lain. Mengikuti ke mana dokter Firman melangkah.Keduanya sekarang duduk di kursi panjang yang biasa digunakan pasien untuk menunggu. Dengan gelas berisi kopi panas di tangan masing-masing. Beruntung suasana sepi jadi tidak ada yang berkomentar."Ji," panggil dokter Firman. Sambil melirik ke arah Aji yang sedang meniup gelas kopinya."Boleh om tany

    Last Updated : 2023-03-17
  • Pengganti Yang Lebih Baik    58. Alhamdulillah Karena Rasa Cemburu

    Esok hari datang lebih cepat, setelah menunaikan kewajibannya pada sang pencipta. Kini Hana tengah berkutat di dapur. Senyum terukir di wajahnya yang damai hingga membuatnya terlihat begitu ceria dan bersinar.Benar, pengakuan Aji semalam lewat panggilan yang dokter Firman dan dokter Mawar atur berhasil membuat kepercayaan diri Hana meningkat. Dan sekarang Hana merasa tidak terbebani seperti sebelumnya."Han, aku pergi duluan, ya. Ada barang yang harus kuambil di rumah," pamit Mawar."Iya, hati hati ya, War," jawab Hana dengan nasihatnya.Dokter Mawar terlihat sangat buru-buru, dia hanya melambaikan tangannya ke arah Hana sambil berlalu pergi. Begitu pintu tertutup lagi, Hana keheningan yang ada. Suara penggorengan yang sedang bicara karena fungsinya digunakan."Makanan sudah siap. Sekarang aku harus mandi dan bersiap-siap untuk berangkat," gumam Hana. Dengan yakin melepaskan apron yang dikenakan dan berlari ke arah kamarnya.Hampir setengah jam berlalu dan Hana kembali dengan keadaan

    Last Updated : 2023-03-18
  • Pengganti Yang Lebih Baik    59. Yang ditunggu nikmatnya

    Benar kata Mawar, semua yang terjadi memang sebaiknya dikatakan. Dengan begitu akan lebih mudah menyelesaikannya. Seperti rasa cemburunya pagi tadi pagi Nasya.Awalnya Hana hanya ingin memendamnya saja. Tetapi ternyata begitu menyakitkan untuk ditelan sendiri dalam keadaan bulat-bulat. Dan siang tadi akhirnya Hana mengatakan semuanya.Mengungkapkan isi hatinya pada suaminya. Dan ternyata respon Aji tidak terduga. Suami bocahnya itu justru membuatnya salah tingkah. Dan sekarang semua kembali normal.Seperti yang dikatakan siang tadi saat makan, Hana sekarang tengah menunggu Aji di parkiran. Sebentar lagi malam datang dan dia sudah melepaskan jas dokternya. Hanya kain tipis yang membalut tubuhnya sekarang."Maaf ya membuatmu menunggu lama," ucap Aji dengan napas terengah-engah karena berlari."Kenapa harus lari, aku tidak apa-apa." Hana mengulurkan tangannya mengusap pelipis Aji yang berkeringat."Aku ingin cepat sampai dan menemuimu," jelas Aji. Ditampilkannya senyum manis yang sedikit

    Last Updated : 2023-03-19
  • Pengganti Yang Lebih Baik    60. Minta Tambah

    Pagi hari datang setelah malam yang panjang. Hana tengah mempersiapkan sarapannya setelah selesai mandi dan menunaikan kewajibannya.Senyum tercetak apik di sudut bibirnya dan enggan luntur. Hana terus saja menatap ke arah pintu kamar yang mana ada Aji di sana. Kebahagiaan Hana memang pantas diagungkan karena setiap perlakuan kecil Aji yang dia suka.Drtttt drtttt drttttHana yang masih mengiris bawang pun harus meletakkan pisaunya mendengar ponselnya bergetar. Panggilan masuk terlihat di sana. Nama Mawar terlihat pada layar yang menyala."Angkat saja, biar aku yang kerjakan," kata Aji.Hana tidak sadar Aji keluar dari kamar sejak kapan. Tetapi melihat niat baik Aji mau membantunya membuat Hana senang. Pisau berganti dengan ponsel, Hana meninggalkan Aji di dapur untuk menerima panggilan."Hallo, War. Ada apa?" tanya Hana to the points."Han, jawab jujur! Kamu habis unboxing ya sama Aji." Terdengar suara di seberang sana yang membuat Hana tertunduk malu."Cie, diem," goda Mawar lagi, "

    Last Updated : 2023-03-20
  • Pengganti Yang Lebih Baik    61. Ada apa dengan Hana

    Istirahat, sepertinya Hana tidak bisa menyebut hari liburnya kali ini sebagai istirahat. Karena nyatanya dia tidak istirahat sama sekali. Seharian ini dia terus berkeringat dan harus bekerja di atas ranjang.Tidak! Tidak! Aji tidak sekejam itu. Dia masih ingat dengan waktu. Siang ini keduanya terbangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar. Setelah permainan yang mereka ciptakan.Mandi adalah salah satu cara penyelesaian dari rasa lengket yang ada di tubuh. Keduanya sudah selesai dengan itu dan dengan rambut yang basah Hana menggosokkan handuk ke kepalanya."Sini, biar aku keringkan," kata Aji. Sambil menepuk space kosong di sebelahnya."Memangnya kamu bisa?" tanya Hana."Sudah percaya sama suamimu ini," balas Aji santai.Hana akhirnya duduk dan membiarkan Aji melakukan apa yang dia mau. Pengering rambut menyala dan Aji mulai mengarahkannya pada kepala Hana.Sungguh Hana tidak bisa menjelaskan apa yang dirasakannya. Perhatian Aji membuatnya semakin melayang hingga ke awan. Hana menutu

    Last Updated : 2023-03-21
  • Pengganti Yang Lebih Baik    62. Semakin Aneh

    Melihat raut wajah Hana yang menakutkan membuat dokter Firman dan Mawar hanya menurut. Selama makan keduanya hanya saling menatap satu sama lain. Berharap kebingungan mereka terjawab.Namun, sepertinya itu harus menjadi angan-angan untuk sementara. Setelah selesai makan pun Hana tidak menjelaskan apapun lagi. Dia justru pergi meninggalkan keduanya begitu saja.Sampai keduanya melihat Aji dan Nasya yang sedang mendorong troli dengan beberapa peralatan medis di sana. Membuat dokter Firman dan dokter Mawar seperti mengerti. Dihampirinya kedua anak tersebut dan menyapanya, "Ji, Nasya.""Dokter," balas keduanya dan berhenti."Kalian ditugaskan bersama?" tanya dokter Firman."Iya, Dok. Sistem sekarang dengan dokter Nada harus bekerjasama," jawab Aji."Ternyata begitu ya," timpal dokter Firman."Jadi selama beberapa bulan ke depan kalian harus sama sama begitu?" terka dokter Mawar. Yang diangguki keduanya membenarkan. "Temanku yang malang."Aji dan Nasya yang tidak tahu apa apa pun menoleh k

    Last Updated : 2023-03-22
  • Pengganti Yang Lebih Baik    63. Semakin frustasi

    Melarikan diri, lagi-lagi Hana pergi dari sisinya. Memang benar dia tidak terlihat marah. Hanya saja dengan terus menjauh membuat Aji merasa Hana sangat marah padanya.Desahan pasrah Aji hembusan berulang kali. Menyusuri koridor dengan pikiran yang berkecamuk pasti. Dia hanya bingung saja dengan bau yang dimaksud oleh Hana.Aji selalu memakai parfum tetapi kenapa Hana mengatakan dia bau. Tetapi yang membuat Aji bingung adalah bau perempuan. Memangnya ada bau laki-laki dan bau perempuan? Parfumnya pun khusus laki-laki, jadi perempuan mana yang dimaksudnya."Ji!"Mendengar namanya dipanggil Aji pun menoleh. Nasya, teman satu angkatannya menghampirinya."Kenapa?" tanya Aji sedikit ketus."Cuma mau nyapa aja. Enggak boleh emangnya?""Aku lagi banyak pikiran, sebaiknya jauh jauh dariku. Nanti kalau tiba-tiba emosiku meluap kamu bisa nangis," ujar Aji."Khawatir banget aku nangis ya," tanggap Nasya."Kamu enggak usah sok manis, ya. Aku ini udah nikah. Udah punya istri, kalau kamu pikir ucap

    Last Updated : 2023-03-23

Latest chapter

  • Pengganti Yang Lebih Baik    74. Balasan rasa sakit yang tidak seberapa

    Lagi, entah keberapa kalinya hidup Arya harus dibelenggu. Pupusnya biduk rumah tangganya dengan Hana telah menjadi satu kegagalannya. Dan sekarang masalah lain di rumah tangganya dengan Susan kembali dalam masalah.Arya tidak ingin perceraian kembali melanda rumah tangganya. Tetapi kata-kata Susan begitu keterlaluan di telinga. bagaimana bisa dirinya yang rela mengakhiri rumah tangganya sebelumnya sekarang harus menerima kenyataan sebagai alat baginya."Ayo," ajak Aminah pergi meninggalkan Susan, "biarkan wanita jalang ini di sini sendiri.""Ya, pergi sana! Aku tidak peduli!"Aminah semakin murka dan menarik tangan anaknya dengan lebih keras. Hingga Arya dengan tatapan kecewanya meninggalkan ruangan Susan. Kesadarannya sementara berada di awang-awang karena belum siap menerima kenyataan."Wanita sialan, berani sekali memperdayai putraku," gerutu Aminah sambil berjalan pergi.Arya menghentikan langkahnya yang membuat Aminah bingung dengannya. Melihat gelagat Arya, Aminah pun hendak men

  • Pengganti Yang Lebih Baik    73. Hanya alat saja

    Pertengkaran tidak terelakkan lagi. Arya bingung harus memilih siapa untuk dibelanya. Di satu sisi ia adalah seorang putra dan di sisi lain dia menjadi seorang suami."Berhenti!" bentak Arya."Kalian bisa diam tidak. Susan kamu masih dalam masa pemulihan jangan seperti ini. Dan Mama jangan seperti ini pada Susan, nanti pasti akan ada waktunya kita kembali normal lagi.""Dengan gaya hidupnya yang mewah apa yang bisa kita pertahankan, Arya?" tanya Aminah setengah menyinggung."Oh, jadi gitu?" tantang Susan, "Mama pikir aku mau menikah cuma buat hidup susah gitu?"Sebagai seorang mama mertua yang selalu memperlakukannya dengan sangat baik, harga diri Aminah sedang dipertaruhkan sekarang. Ia sadar dengan ucapan Susan yang bermaksud pada pernikahannya semata-mata karena harta.Jika Aminah memasang mode waspada, Susan justru terlihat begitu menantang. Entah apa yang diinginkannya sekarang. Mengapa dia begitu terus terang menunjukkan dirinya yang seperti itu. Bukannya itu justru akan membuat

  • Pengganti Yang Lebih Baik    72. Tidak ada salahnya membantu

    Di kantin rumah sakit, di saat jam makan siang memang selalu ramai. Tidak hanya para dokter dan staf tetapi pasien juga. Tetapi pusat perhatian kali ini adalah Hana.Dokter wanita yang tengah mengandung itu terlihat sedang asik menyantap makanannya. Tidak sendiri Hana bersama dengan dokter Mawar yang juga ikut serta. Keduanya tampak sangat asik bercerita pasal kehamilan."Han," panggil Aji yang tiba-tiba muncul entah dari mana."Heh!" bentak dokter Mawar, "kalau manggil jangan sembarangan, ya!""Ikut campur aja sih, terserahlah aku mau manggil apa," bantah Aji."Yang mesra gitu panggil istrinya. Sayang, my love, honey, sweety gitu. Ini main panggil Han Han aja," tutur dokter Mawar."Kalau itu juga tahu, dokter. Enggak usah protes melulu deh," bantah Aji lagi.Akhirnya Mawar sendiri yang menyerah. Sedangkan Aji sudah duduk lebih dulu di hadapan istrinya yang menertawakan pertengkaran suami dan sahabatnya. "Makannya belepotan banget sih." Aji mengulurkan tangannya mengusap bibir Hana d

  • Pengganti Yang Lebih Baik    71. Kenyataan Pahit

    Di rumah sakit itu siapa yang tidak mengenal Hana? Hampir semua kenal dengannya termasuk pasiennya yang selalu menjadi prioritasnya. Sebab itulah di dalam toilet sekarang ini ada yang tengah membicarakannya.Suaranya sedikit terdengar sampai Aminah yang lewat pun mendengar. Menghentikan langkahnya begitu nama Hana disebut. Memperhatikan dengan baik bagaimana seseorang membicarakan mantan menantunya itu di dalam sana."Iya, dokter Hana itu sekarang sedang hamil. Sudah dua bulan dan dia masih bekerja dengan baik.""Benar, aku jadi iri dengannya. Selain mual parfum sepertinya dokter Hana tidak terganggu dengan yang lain.""Lucu sekali kalau mengigit itu, suaminya sampai minta diganti partner karena tidak mau didekati karena bau parfum perempuan."Terdengar kekehan setelah itu. Sekaligus menjadi saat untuk Aminah pergi dari sana. Sambil berjalan menyusuri lorong, orang tua itu terus berpikir. Tentunya tentang apa yang didengarnya tadi."Bagaimana Hana bisa hamil?" tanya Aminah pada diriny

  • Pengganti Yang Lebih Baik    70. Hana Menjadi Menteri Keuangan

    Begitu notifikasi masuk ke ponsel Hana dan dia membacanya. Wanita yang baru mengandung itu sontak melebarkan kedua matanya. Melihat nominal yang dikirimkan Aji membuatnya syok."Ji, kenapa dikirim ke aku semua?" tanya Hana bingung."Kok tanyanya begitu?" Aji merengkuh tubuh istrinya dan melihat ponsel Hana yang diarahkan padanya."Ya, kamu kenapa dikirim semuanya ke aku?" ulang Hana penuh penekanan."Di sini yang jadi istri aku 'kan kamu, sayang. Kalau enggak ke kamu terus ke siapa?""Tapi, Ji ... kenapa harus semuanya? Emangnya kamu enggak pegang?" tanya Hana masih protes.Sekarang Aji yang bingung. Kenapa istrinya malah bertanya perihal nominal yang diberikan padanya. Dan masalahnya apa sampai membuatnya terus bertanya.Aji memegang kedua pundak Hana dan membuat mereka berhadapan. Dia menatap istrinya dalam dan teduh tentunya. Membuat Hana merasakan cinta yang Aji berikan seutuhnya padanya."Han, aku itu suami kamu. Jadi mulai sekarang yang akan memegang keuanganku ya kamu. Kamu eng

  • Pengganti Yang Lebih Baik    69. Perbedaan yang signifikan

    "lagi?" Arya seolah tidak percaya mendengar perkataan Aminah.Aminah sendiri sampai tidak bisa menahan keterkejutannya. Wajah Arya pun membuat Aminah seperti kebingungan."Iya, memangnya kenapa kamu sampai terkejut seperti itu?""Ma, bukannya kemarin sudah Arya berikan, ya?" tanya Arya."Yang kemarin sudah habis, Nak. Kamu tahu sendiri 'kan istrimu bahkan tidak mau makan makanan yang murah," jelas Aminah.Benar, Arya tahu satu hal itu. Dia juga tidak menyangka jika setelah menikah Susan telah banyak berubah. Gaya hidupnya yang terlihat sekarang begitu wah.Mulai dari makanan saja harus sekelas makanan di hotel. Gaya berpakaiannya juga tidak main-main, sebelum kandungannya sebesar sekarang ini dia sering menghamburkan uang untuk pergi belanja keperluan yang tidak perlu.Kalau Arya tidak melarangnya pasti Susan masih melakukannya sampai sekarang. Berhubung sekarang Arya memiliki tabungan yang sedikit menipis, ia melarang Susan untuk berfoya-foya."Kalau kamu tidak bisa mengirimkan uang,

  • Pengganti Yang Lebih Baik    68. Merasakan Perbedaannya

    Setelah mengetahui kebenaran bahwa dirinya hamil, Hana terlihat sangat berhati-hati sekali. Makanan yang dimakannya pun harus dipastikan kandungan gizi di dalamnya. Tidak seperti dulu yang asal makan penting kenyang.Sekarang Hana jadi lebih sering memasak makanannya sendiri dan hidup sehat. Dia dibantu Aji tentunya karena keduanya benar benar antusias menjaga bayi mereka yang belum lahir. Dan sejauh ini Hana tidak begitu tersiksa. Dia hanya akan merasa mual jika Aji dekat dengan Nasya dan parfumnya menempel.Selebihnya tidak begitu, Hana masih bisa mengontrol dirinya sendiri. Bahkan keadaannya tidak membuatnya kesulitan dalam menjalani pekerjaannya. Karena banyak yang perhatian padanya dan selalu mendukungnya juga.Jadwalnya pun sedikit dikurangi karena sebagai seorang yang tengah mengandung tentunya tidak boleh kelelahan. Ia bahkan hanya diperbolehkan menangani operasi kecil saja. Untuk operasi besar dilempar pada rekannya yang lain."Bosen banget rasanya," gumam Hana. Dengan helaan

  • Pengganti Yang Lebih Baik    67. Masih boleh

    "ehemm," dehem Dion yang ada di belakang.Aji dan Hana sontak melepaskan pelukan mereka. Dan keduanya baru menyadari adanya Dion di sana. Hana sedikit malu karena hal tersebut tetapi sepertinya tidak dengan Aji.Bocah, suami Hana itu mendekat dengan merentangkan kedua tangannya ke arah Dion. Memeluk kakaknya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hanya ada haru dan bahagia yang bercampur jadi satu."Kak, aku bakal jadi ayah, Kak," ucap Aji terlewat senang."Kakak bakal jadi paman," katanya antusias."Jangan lupa, Kak. Kamu pernah janji bakal jadiin anakku anak kesayangan kamu juga," imbuhnya lagi."Selamat, Ji. Semoga aja dia enggak kayak kamu yang bandelnya minta ampun. Aku bakalan jadi Om yang sayang banget sama dia. Kamu enggak usah khawatir meskipun aku benci dengan sikap kamu tapi aku pastikan tidak dengan anakmu. Dia bakal dapet ap

  • Pengganti Yang Lebih Baik    66. Doa yang Terkabul

    Bagaimana perasaanmu jika harus menunggu? Pasti rasanya gelisah, gugup, dan penuh harap. Ya, semua itu yang sedang dokter Mawar rasakan setelah Hana masuk ke dalam kamar mandi.Di dalam ruangan yang udara dingin tersedia pun seolah tidak berguna. Semua rasa penasarannya membuat seluruh tubuhnya merespon lain."Seharusnya Hana sudah keluar 'kan?" batin dokter Mawar bertanya."Aku susul aja kali ya?" Dokter Mawar sepertinya yakin untuk keluar dan menyusul Hana ke toilet.Baru saja melangkah beberapa langkah dan pintu sudah terbuka. Hana masuk ke dalam dan tanpa aba-aba berhambur memeluknya. Menenggelamkan wajahnya di pelukan dokter Mawar kemudian menangis sejadi jadinya.Dokter Mawar yang seolah tahu bagaimana rasa sedihnya pun mengelus surai Hana dengan penuh sayang. Memberinya penguatan agar temannya tidak begitu larut dalam sedih. Sepertinya dia ikut hancur melihat Hana yang seperti ini.Menyesal, harusnya itu juga yang dokter Mawar rasakan. Dia yang melihat Hana hancur merasa iba ka

DMCA.com Protection Status