Suasana malam di Café kali ini sangat ramai. Itu dikarenakan kedatangan segerombolan pria dan juga wanita muda yang sedang berpesta merayakan kelulusannya. Terkadang aku merasa iri jika melihat orang-orang yang tengah menikmati masa mudanya dengan belajar ataupun berkumpul bersama teman.
Penyakit yang ada di dalam diriku membuat sangat menyiksa. Tidak ada waktu untuk tidak melintas bayangan mantan kekasihku yang sudah tiada, sangat tragis.
“Hey, Sayang! Bisakah kita jalan nanti malam?” Mischelle membuka pintu dengan bibir merahnya yang tebal. Aku pikir Mac berhasil mengalihkan wanita ini dariku.
“Hum, maaf Mischelle, aku punya urusan lain,” kataku tanpa memperhatikannya dan terus memandang pada sajian minuman.
Dia semakin mendekat. “Apa kamu punya wanita lain?” Sekarang dia meraih daguku agar menatap matanya yang lentik.
“Tidak, hanya saja, belakang ini aku sering lelah.”
Bagaimana caranya untuk menjauh dari wanita ini selain aku berhenti dari tempat yang memberiku penghidupan?
“Ayolah, aku tahu, kamu hanya perlu beberapa gelas anggur, dan itu akan membuatmu lebih baik.”
Aku menggeleng yakin dan menghindar darinya karena harus mengantar pesanan pada salah satu pelanggan wanita muda.
Langkahku cukup hati-hati karena ramainya tempat itu. Sampai akhirnya sampai di meja nomor 13. Sepertinya itu angka yang buruk, karena setelah aku berhasil menempatkan minuman, bocah lelaki bodoh menhantamku dan membuat semuanya kacau berantakan.
Suasana menjadi riuh, begitupun pelanggan wanita yang merasa dirugikan karena pakaiannya basah karena tumpahan minuman.
“Yahhh!!! Kau tidak akan sanggup membeli pakaian mahalku ini, Pecundang!” Teriaknya seperti remeja yang baru menstruasi. Itu membuatku semakin khawatir, terlebih lagi Mishcelle yang cepat datang untuk menjadi pahlawan kesianganku.
“Ada apa ini?!” Mischelle berkata layaknya seorang pemilik Café yang bertanggungjawab. Suaranya terdengar meyakinkan jika dia bisa dipercaya banyak orang.
“Apakah kamu Bosnya?” tanya wanita muda itu dan Mischelle mengangguk.
“Mohon maaf atas kelalaian karyawan kami. Kami akan memberikan kompensasi untukmu, bagaimana?” tawar Mischelle.
Wanita itu sempat tidak setuju, tapi setelah Mischelle mengeluarkan beberapa dollar dari dompetnya, pelanggan itu menyeringai dan langsung mengambil kertas-kertas berharga itu.
Aku tahu ini akan jadi masalah lagi untukku.
###
Dua piring tersaji dengan dua gelas anggur yang siap untuk diminum. Mischelle, wanita yang sempat kutolak tadi berada di hadapanku sekarang. Dia menang, akan selalu menang jika aku menghadapi masalah seperti tadi.
Aku tidak akan mungkin untk membayar ganti rugi kecelakan tadi, karena aku membutuhkan uang. Itulah saatnya Mischelle beraksi, mencuri kesempatan di dalam kemalanganku. Dia akan langsung menghapus utang atas ganti rugiku.
“Aku menang, bukan?” Dia mengangkat gelas anggur dan memainkannya di depan wajahnya. Menyeringai seperti penjudi yang habis menang taruhan.
Aku tidak menatapnya, hanya mengambil garupu dan pisau untuk memotong steak ini. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Mischelle membebaskanku dari pekerjaan begitu cepat. Dia hanya ingin bersamaku, ditemani olehku.
“Temanmu sangat payah, dia sangat norak dan tentunya bukan tipeku. Katakan padanya untuk tidak mendekatiku lagi,” ucapnya dengan nada sedikit marah.
Aku tahu Mac akan gagal. Dia terlalu terlihat seperti lelaki bodoh yang mengejar wanita.
“Sebenarnya kamu belum melihat sisi yang lain darinya, dia jauh lebih baik dariku.” Aku mencoba bersuara, tidak ingin merasa tertindas darinya.
“Jauh lebih baik darimu?” Dia mengulangi perkataanku dengan memajukan wajahnya.
“Dalam hal apa? Aku yakin, kamu jauh lebih baik dalam hal apapun darinya.” Mischelle menyeringai lagi dan mulai meminum anggurnya.
Entah kenapa, di kondisi seperti ini bukan Ruby yang menghantuiku lagi. Tetapi wanita yang kini tinggal di apartemenku, Anna. Apa yang dilakukannya ketika tidak ada aku di rumah?
“Hey… kamu melamun lagi. Mari kita minum!” Tangannya mengangkat gelas untuk mengajakku bersulang.
Aku memilih air mineral yang berada di tas kerjaku. Dia terkejut ketika aku mengajaknya bersulang dengan minuman berbeda.
“Kamu bercanda?” Dia terkekeh, tapi aku menggeleng dan tersenyum padanya.
“Aku harus pergi besok, jadi aku tidak ingin terlambat karena ini,” kataku dengan tatapan tajam pada matanya.
Setelah kami menghabiskan makanan, Mischelle mengajakku untuk ke rumahnya. Tentu saja aku menolak, karena tahu apa yang akan dia lakukan. Aku tidak ingin berurusan dengannya terlalu jauh, karena itu akan sangat membahayakan.
Berada di dekat wanita itu saja cukup membuatku berhati-hati. Tidak mungkin aku masuk ke dalam jebakannya. Dia mungkin benar-benar menyukaiku, tapi sayang sekali aku tidak memiliki perasaan apapun padanya walaupun dia wanita yang cantik dan juga kaya.
“Kalau begitu, aku akan mengatarkanmu saja,” katanya lagi dengan bersikukuh. Setelah mengalami beberapa kali penolakan dariku, akhirnya aku setuju dengan yang ini. Selain tubuhku mulai lelah untuk berjalan kaki, perjalanan yang tidak jauh tidak akan menjadi masalah.
Keheningan merayapi perjalanan kami. Setelah melewati 3 simpangan, mobil merahnya menepi di depan apartemenku. Aku bisa melihat jendelanya sudah mulai gelap, karena itu berarti Anna sudah tidur dan tidak menungguku. Ini sudah pukul 1 malam, tidak mungkin dia menungguku selama itu.
Aku keluar mobil diikuti dengan Mischelle yang juga keluar dan menungguku di depan. Dia tersenyum seperti orang bodoh, aku tahu minumannya sedikit bereaksi. Walaupun wanita itu sudah terbiasa, tapi tetap saja akan berpengaruh sedikit.
“Terima kasih atas tumpangannya,” ucapku sebelum melangkah pergi. Tapi dengan cepat dia menarikku dan membuat menghadapnya kembali.
“Selamat malam!” Dia mengatakannya seraya mencium pipi sebelah kananku.
Gosh! Aku kehilangan kendali karenanya. Dengan cepat aku berjalan masuk meninggalkannya. Tapi ketika aku berhasil sampai depan pintu, aku mendengar langkah kaki menjauh. Aku berharap itu bukan Anna.
Tanganku memutar kenop dan yang terlihat hanyalah kegelapan. Suara pintu kamar tertutup cukup kencang dan aku yakin itu adalah Anna, ternyata dia belum tidur. Apakah dia melihatku dengan Mischelle?
Sepatuku berjalan perlahan tapi itu tetap membuat suara. Dengan emosi yang tinggi aku membuka pintu kamar dan mendapatinya tengah berselimut ketakutan.
“Kamu belum tidur?” tanyaku dengan nada berat.
Dia menggeleng. “Aku menyiapkan makan malam untukmu,” katanya dengan posisi yang masih sama.
“Aku sudah bilang untuk tidak dibuatkan makan malam. Aku benci makan malam, kamu tahu!” Aku membentaknya.
“Apa yang kamu lihat tadi?!” Tanyaku mengintrogasi. Aku yakin dia mencuri privasiku.
Dia menggeleng kembali dengan sedikit ketakutan. “Katakan!” Aku mendekatinya dan dia mulai semakin panik.
“Aku melihatmu dengan wanita itu,” katanya dengan sedikit berteriak.
Aku terkekeh. “Jadi, kamu mengganggu privasiku? Aku sudah bilang, jangan pernah mengganguku, kamu tidak boleh mengintip ataupun menggangguku!” Aku mulai tidak terkendali karena traumatik yang kualami.
“Aku minta maaf,” ucapnya dengan nada yang masih ketakutan.
Aku memukul meja yang berada di dekatnya dan itu membuatnya semakin menangis.
“Dengar! Dengan kamu membayar uang sewa apartemenku, bukan berarti kamu memiliki kuasa di sini ataupun menggaguku. Aku tidak suka orang yang ingin tahu urusan orang lain, mengerti?!” Aku memperingatinya.
Anna mengangguk dan aku mulai menjauh darinya, ada sesuatu dari dalam diriku yang mengatakan untuk menghindarinya. Aku takut melukainya seperti aku melukai Ruby dulu. Itu tidak akan pernah terlupakan.
Dengan berat hati dan kondisi menyesal, aku berjalan masuk ke toilet dan menumpahkan amarahku di dalam sana. Berteriak dan menangis adalah solusinya, mungkin sekarang Anna akan berpikir jika aku adalah pria yang jahat dan itu akan meulnturkan pandangannya padaku sebagai pria yang baik.
“Maafkan aku, Ruby….” Suaraku semakin kecil karena isak tangis yang keluar. Ruby tidak akan pernah meninggalkan ingatanku dan juga tempat di hatiku.
Jangan lupa tinggalkan komentar disetiap BAB :)
Sekarang wanita di sebelahku semakin membuatku panik. Wajahnya menggambarkan seolah dia tidak ingin bertemu denganku lagi. Tapi kami adalah seorang sepasang kekasih yang akan segera bertunangan mingu depan. Mengapa dia berubah?“Honey, tenangkan dirimu! Ceritakan yang sebenarnya,” kataku dengan tenang.Menyatakan sesuatu kebenaran disaat berkendara adalah ide yang buruk menurutku. Tapi dia memaksa untuk menyatakannya sekarang.“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita.” Suaranya parau dengan raut wajah yang ketakutan.Aku mengepalkan jemariku pada setir sampai buku-buku jariku terlihat.“A-apa?! Kenapa? Apakah aku membuat kesalahan?!” tanyaku dengan panik.Tentu saja aku panik, dia ingin mengakhiri hubungan kami disaat perjalanan cinta kami baru saja dimulai minggu depan. Aku berantakan, emosiku mulai tidak terkendali. Tapi aku masih berusaha untuk mengemudi mobil putih ini dengan baik.“Aku t
4 Tahun kemudian di Los Angeles Bunyi alarm mengagetkanku pada sore hari. Tidak seperti kebanyakan orang-orang yang mengatur alarm di pagi hari, karena aku bekerja mulai dari sore hingga tengah malam. Pemilik Restoran tempatku bekerja adalah seorang pria yang sudah berusia hampir 50 tahunan, sehingga tanggung jawabnya diserahkan kepada keponakannya bernama Mischelle. Aku nyaman bekerja di tempat itu karena bisa mengurangi tekanan masa laluku yang buruk. Bertemu dengan orang banyak tanpa harus berbicara terlalu panjang. Memperhatikan setiap gerak orang-orang yang memiliki kesibukannya masing-masing. Suara keran menyala membuat air mengguyur ke seluruh badanku. Itu terasa menyegarkan bukan hanya tubuhku, tetapi juga pikiranku. Jaket terakhir kukenakan sebagai penutup baju seragam kerja. Berjalan keluar dari apartemen buruk dan kecil yang selalu bisa menjadi tempat terakhirku saat ini ketika ada masalah. Melihat orang-orang berjalan berg
Kedua pria itu saling memandang lalu tertawa terbahak-bahak. Aku tidak mengerti seberapa keras alkohol yang mereka minum. Tapi itu membuat keduanya menjadi bodoh dan wanita aneh itu juga bodoh, mengapa tidak lari. Mengelabuhi pria mabuk adalah hal yang mudah bagiku.“Oooow… jadi wanita ini kekasihmu? Dia sangat aneh, tapi juga sangat manis,” kata pria itu dan temannya mengangguk setuju.“Ya, dia kekasihku. Aku mohon maaf karena dia telah mengganggu kalian. Jadi, aku mohon pamit bersamanya,” ucapku seraya menggenggam tangan wanita itu yang berkeringat dingin. Meninggalkan keduanya dengan berjalan perlahan menjauh.Kami berjalan perlahan dan semakin menambah kecepatan hingga sampai di persimpangan ketiga. Wanita itu menarik tangannya dari genggamanku.“Lepaskan!” katanya dengan ketakutan.Aku bisa melihat wajahnya yang seperti bayi, dengan mata kucingnya yang menggemaskan. Tapi dia sudah dewasa bukan? Mengap
Anna, wanita ini, wanita yang baru kutemui beberapa jam yang lalu sudah mampu membuat hatiku runtuh dan mulai merasa empati padanya. Dia seperti memiliki kekuatan sihir yang mampu membuatku merasa terpesona dengannya.Perkataan Anna bermakna dalam bagiku. Andai saja dia tahu jika aku pernah membuat orang yang kusayangi tiada, pasti dia tidak akan berkata begitu.Tidak ingin terbawa suasana sedih darinya, aku bangkit dari sofa menuju kamar mandi. Aku menatap cermin dengan dalam, melihat wajahku yang merasa iba karenanya.Setelah berlama di kamar mandi, aku baru ingat jika ini masih pagi hari, dan seharusnya aku melanjutkan tidurku sampai siang. Jadi, aku beranjak kembali ke sofa dan melihat Anna yang masih mematung di sana.“Aku bekerja pukul 4 sore dan sekarang, aku ingin melanjutkan tidurku. Kamu boleh melakukan apapun di tempat ini asal jangan membuat masalah,” kataku memperingatinya.“Maaf, karena telah membuatmu masuk ke dalam
Suasana malam di Café kali ini sangat ramai. Itu dikarenakan kedatangan segerombolan pria dan juga wanita muda yang sedang berpesta merayakan kelulusannya. Terkadang aku merasa iri jika melihat orang-orang yang tengah menikmati masa mudanya dengan belajar ataupun berkumpul bersama teman. Penyakit yang ada di dalam diriku membuat sangat menyiksa. Tidak ada waktu untuk tidak melintas bayangan mantan kekasihku yang sudah tiada, sangat tragis. “Hey, Sayang! Bisakah kita jalan nanti malam?” Mischelle membuka pintu dengan bibir merahnya yang tebal. Aku pikir Mac berhasil mengalihkan wanita ini dariku. “Hum, maaf Mischelle, aku punya urusan lain,” kataku tanpa memperhatikannya dan terus memandang pada sajian minuman. Dia semakin mendekat. “Apa kamu punya wanita lain?” Sekarang dia meraih daguku agar menatap matanya yang lentik. “Tidak, hanya saja, belakang ini aku sering lelah.” Bagaimana caranya untuk menjauh dari wanita ini selain aku berhe
Anna, wanita ini, wanita yang baru kutemui beberapa jam yang lalu sudah mampu membuat hatiku runtuh dan mulai merasa empati padanya. Dia seperti memiliki kekuatan sihir yang mampu membuatku merasa terpesona dengannya.Perkataan Anna bermakna dalam bagiku. Andai saja dia tahu jika aku pernah membuat orang yang kusayangi tiada, pasti dia tidak akan berkata begitu.Tidak ingin terbawa suasana sedih darinya, aku bangkit dari sofa menuju kamar mandi. Aku menatap cermin dengan dalam, melihat wajahku yang merasa iba karenanya.Setelah berlama di kamar mandi, aku baru ingat jika ini masih pagi hari, dan seharusnya aku melanjutkan tidurku sampai siang. Jadi, aku beranjak kembali ke sofa dan melihat Anna yang masih mematung di sana.“Aku bekerja pukul 4 sore dan sekarang, aku ingin melanjutkan tidurku. Kamu boleh melakukan apapun di tempat ini asal jangan membuat masalah,” kataku memperingatinya.“Maaf, karena telah membuatmu masuk ke dalam
Kedua pria itu saling memandang lalu tertawa terbahak-bahak. Aku tidak mengerti seberapa keras alkohol yang mereka minum. Tapi itu membuat keduanya menjadi bodoh dan wanita aneh itu juga bodoh, mengapa tidak lari. Mengelabuhi pria mabuk adalah hal yang mudah bagiku.“Oooow… jadi wanita ini kekasihmu? Dia sangat aneh, tapi juga sangat manis,” kata pria itu dan temannya mengangguk setuju.“Ya, dia kekasihku. Aku mohon maaf karena dia telah mengganggu kalian. Jadi, aku mohon pamit bersamanya,” ucapku seraya menggenggam tangan wanita itu yang berkeringat dingin. Meninggalkan keduanya dengan berjalan perlahan menjauh.Kami berjalan perlahan dan semakin menambah kecepatan hingga sampai di persimpangan ketiga. Wanita itu menarik tangannya dari genggamanku.“Lepaskan!” katanya dengan ketakutan.Aku bisa melihat wajahnya yang seperti bayi, dengan mata kucingnya yang menggemaskan. Tapi dia sudah dewasa bukan? Mengap
4 Tahun kemudian di Los Angeles Bunyi alarm mengagetkanku pada sore hari. Tidak seperti kebanyakan orang-orang yang mengatur alarm di pagi hari, karena aku bekerja mulai dari sore hingga tengah malam. Pemilik Restoran tempatku bekerja adalah seorang pria yang sudah berusia hampir 50 tahunan, sehingga tanggung jawabnya diserahkan kepada keponakannya bernama Mischelle. Aku nyaman bekerja di tempat itu karena bisa mengurangi tekanan masa laluku yang buruk. Bertemu dengan orang banyak tanpa harus berbicara terlalu panjang. Memperhatikan setiap gerak orang-orang yang memiliki kesibukannya masing-masing. Suara keran menyala membuat air mengguyur ke seluruh badanku. Itu terasa menyegarkan bukan hanya tubuhku, tetapi juga pikiranku. Jaket terakhir kukenakan sebagai penutup baju seragam kerja. Berjalan keluar dari apartemen buruk dan kecil yang selalu bisa menjadi tempat terakhirku saat ini ketika ada masalah. Melihat orang-orang berjalan berg
Sekarang wanita di sebelahku semakin membuatku panik. Wajahnya menggambarkan seolah dia tidak ingin bertemu denganku lagi. Tapi kami adalah seorang sepasang kekasih yang akan segera bertunangan mingu depan. Mengapa dia berubah?“Honey, tenangkan dirimu! Ceritakan yang sebenarnya,” kataku dengan tenang.Menyatakan sesuatu kebenaran disaat berkendara adalah ide yang buruk menurutku. Tapi dia memaksa untuk menyatakannya sekarang.“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita.” Suaranya parau dengan raut wajah yang ketakutan.Aku mengepalkan jemariku pada setir sampai buku-buku jariku terlihat.“A-apa?! Kenapa? Apakah aku membuat kesalahan?!” tanyaku dengan panik.Tentu saja aku panik, dia ingin mengakhiri hubungan kami disaat perjalanan cinta kami baru saja dimulai minggu depan. Aku berantakan, emosiku mulai tidak terkendali. Tapi aku masih berusaha untuk mengemudi mobil putih ini dengan baik.“Aku t