Dua hari kemudian, markas Herupa benar-benar ramai. Semua anggota Herupa sedang bersiap menunggu kedatangan musuh.Martis sudah tahu kalau hari ini musuh akan mulai bergerak. Itu semua berkat alat pelacak yang berhasil Martis tanamkan pada tubuh Letnan Hitman.Herupa mendapat bantuan dari Roki. Roki yang kemarin menemui Jendral Valdo ternyata di ijinkan untuk mengambil peralatan tempur milik mereka yang disembunyikan. Ternyata Roki menyembunyikan ratusan baju baja elastis. Baju baja elastis itu sangat berguna di dalam pertempuran.Semua anggota Herupa satu persatu dilengkapi beberapa alat pertempuran termasuk baju baja elastis. Baju baja elastis bisa meminimalisir dampak serangan baik dari senjata api maupun serangan kekuatan elemen. Martis juga sempat terkejut ketika pertama kali mengetahui ada barang semacam itu.Setelah tahu, Martis kemudian teringat dengan barang-barang yang ada di dalam tas penyimpanan sistem. Ternyata Martis juga melihat ada baju baja elastis. Ia mendapatkannya
"Ayo serang mereka...!" teriak Roki.Siuw..., duar!Duar, duar, duar!Boom!Brush...!Brak, brak, brak!Jedar!Suara ledakan kembali terdengar di mana-mana. Herupa menyerang balik pasukan Tentara Bayaran itu.Semua anggota Herupa menembakkan kekuatan elemen mereka ke arah musuhnya. Ada elemen air, api, angin, tanah dan juga petir."Bentuk barisan pertahanan!" teriak Letnan Hitman.Bruk, bruk, bruk!Pasukan yang membawa tameng maju dan menahan serangan dari Herupa."Jangan berhenti! Pasukan elemen api maju...!" teriak Roki.Blar, blar, blar!Roki menyuruh anggota Herupa yang memiliki kekuatan elemen api menyerang agar tameng-tameng yang digunakan Tentara Bayaran menjadi panas.Lima menit kemudian, sesuai perkiraan Roki. Semua pasukan Tentara Bayaran yang ada di depan membuang tameng yang mereka pegang karena mulai terasa panas."Sial! Ayo ambil kembali tameng-tameng itu!" teriak Letnan Hitman.Namun ketika mereka mendongak ke atas, ada banyak bebatuan yang datang ke arah mereka.Siuw..
"Sekarang...!" teriak Roki.Siuw...!Brush, brush, brush...!Ada angin yang sangat kencang. Angin-angin itu langsung menerjang dan menerbangkan tubuh pasukan Tentara Bayaran ke udara. Tubuh mereka terombang ambing tertiup angin."Serangan yang selanjutnya...!" teriak Roki lagi.Jelegar!Jelegar!Jelegar!Rupanya Roki menyuruh pengguna elemen petir melancarkan serangannya. Tentara Bayaran yang tubuhnya masih berada di atas udara langsung disambar oleh petir.Gedebugh!Gedebugh!Gedebugh!Herupa berhasil menumbangkan puluhan Tentara Bayaran. Serangan mereka sangat hebat. Berkat Roki, mereka dapat bekerja sama dengan sangat baik."Jangan takut! Ayo maju!" teriak Letnan Hitman. Letnan Hitman semakin marah ketika melihat banyak Tentara Bayaran yang berhasil ditumbangkan oleh Herupa.Melihat ekspresi Letnan Hitman yang muram, Roki kembali menyeringai. Sebenarnya Roki tahu kalau orang yang ada di balik topeng itu adalah Letnan Hitman. Roki bisa tahu karena sangat mengenali suara Letnan Hitma
Melihat Letnan Hitman yang melompat ke barisan paling depan, pasukan Tentara Bayaran akhirnya kembali percaya diri.Roki tidak akan membiarkan Letnan Hitman menghajar anggota Herupa. Sebelum Letnan Hitman maju dan mengamuk, Roki langsung maju dan langsung berada tepat di hadapan Letnan Hitman.Trap!"Hehe..., lawanmu adalah aku. Aku sudah lama menantikan pertemuan kita yang seperti ini. Kau harus membayar hutang nyawa para bawahanku yang telah kau bunuh!" ucap Roki.Kretek, kretek, kretek!Terdengar suara tulang leher Roki yang sedang meregangkan otot-ototnya. Kemudian Roki mengepalkan tinjunya."Ayo maju, Hitman!" teriak Roki.Hitman memang menggunakan topeng untuk menutupi identitasnya, namun itu tidak akan berguna pada Roki. Letnan Hitman mengernyitkan alisnya ketika Roki menyebut namanya."Ternyata bajingan ini sudah tahu dengan identitasku. Sialan! Aku harus membunuhnya. Kalau tidak, reputasiku akan hancur," gumam Letnan Hitman.Bam!Roki melesat dan menghantamkan tinjunya.Brak!
Dengan senangnya Letnan Hitman tertawa lepas ketika berhasil melukai Roki."Hahaha..., hahahaha...!" Dengan tubuh yang sudah lemas Letnan Hitman masih saja bisa tertawa.Roki melihat luka tusuk yang terbakar pada bagian pahanya itu. Roki memperhatikannya dan seperti ada yang aneh.Tubuh Roki yang baik-baik saja tiba-tiba sebelah lututnya ambruk dan menyentuh lantai.Bruk!"Sial! Pisau itu ternyata beracun!" Roki merasa kesal pada dirinya sendiri yang tadi sempat lengah."Kau pikir, aku akan mati di sini sendirian? Hahahaha...! Tidak masalah jika aku mati, yang penting kau juga akan ikut mati bersamaku! Hahahaha...!" Dengan kondisi tubuh yang sudah terluka parah itu, Letnan Roki masih saja terus tertawa. Padahal tubuhnya sudah terkapar di tengah halaman markas Herupa. Bergerak sedikit saja maka seluruh tubuhnya akan terasa sangat sakit. Karena banyak tulang-tulangnya yang patah akibat serangan Roki yang tidak ada ampun.Roki berusaha menahan racun yang ada di lukanya agar tidak menyebar
Martis berjalan menghampiri tiga ratusan orang Tentara Bayaran itu sendirian.Namun tiba-tiba terdengar ada suara deru angin yang bergemuruh. Sontak, semua perhatian langsung teralih ke asal suara itu.Terlihat ada puluhan helikopter yang berdatangan ke arah markas Herupa. Padahal, Martis baru saja ingin beraksi. Martis melihat ke arah helikopter yang paling depan dan ternyata ada Martanto yang bersiap turun dari tangga tali yang menjulur ke bawah."Eh? Kenapa Paman Martanto kemari? Bukankah Bibi Odele mengatakan kalau mereka tidak diperbolehkan membantu Herupa?" gumam Martis."Martis...!" Martanto langsung mendekati Martis."Iya Paman. Ada apa? Kenapa Paman datang? Apakah akan baik-baik saja?" tanya Martis."Aku datang karena mendapat informasi bahwa salah satu anggota Keamanan Pemerintah memimpin Tentara Bayaran untuk menyerang markas Herupa," jawab Martanto sambil melihat ke arah Letnan Hitman yang sudah di ikat oleh Roki.Kemudian Martanto mengedarkan pandangannya ke arah Tentara
Dengan berat hati, Martis akhirnya terpaksa mengajak Selena dan juga Layla pergi bersamanya ke kediaman Odele.Sepanjang perjalanan, Martis hanya diam. Dia hanya mendengarkan kedua gadis cantik yang terus-terusan bergosip.Namun Martis sempat mengernyitkan alisnya ketika mendengar kedua gadis ini bergosip tentang Mia. Bahkan mereka berdua secara terang-terangan mengatakan akan bersaing untuk mendapatkan hati Martis.Cit...!"Ada apa, Martis?!" Layla yang wajahnya hampir terbentur jendela mobil bertanya dengan wajah yang terlihat sedikit kesal terhadap Martis karena berhenti mendadak."tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit mengantuk tadi." Martis berbohong dan ia kembali melajukan mobil yang mereka kendarai.Sebenarnya Martis tadi terkejut ketika mendengar Selena dan Layla mengatakan kalau mereka berdua mencintai Martis.Jangan konyol! Pria mana yang tidak tertarik dengan kedua gadis ini? Cantik? Jelas saja mereka berdua cantik. Seksi? Jangan ditanya lagi. Sebenarnya Martis kerap
Martis mendengar ada suara seorang gadis dari belakangnya."Apa kita saling mengenal?" Martis menoleh ke arah sumber suara dan sempat mengangkat kedua alisnya."Kalau begitu, mari kita berkenalan. Namaku adalah Reka." Reka mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. Terlihat ada dua lesung pipi di wajah manis Reka."Namaku Martis." Martis ingat kalau Roki mengatakan bahwa putrinya bernama Reka. Martis langsung menyambut uluran tangan dari Reka."Martis, dia ada-" Belum juga Odele selesai berbicara, Martis memotongnya."Aku sudah tahu kok. Dia adalah Anak dari Paman Roki kan?" ucap Martis."Iya benar. Roki adalah Ayahku. Jadi kau sudah tahu ya? Baguslah," Imbuh Reka.Reka dengan santainya langsung duduk di samping Martis. Jarak mereka duduk bukan lagi dekat, melainkan menempel."Martis, bisakah kau mengajariku bela diri? Ayolah..., aku dengar kau itu orang yang hebat." Reka menggerak-gerakkan bahunya dan menyenggol bahu Martis."Bukankah Ayahmu juga orang yang hebat? Kenapa kau tidak
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te