Awalnya Martis berpikir akan membujuk Roger. Tapi pikiran itu hilang dalam sekejap. Martis sadar, Roger yang saat ini tidak akan perduli dengan apapun kecuali mencapai tujuannya. "Baiklah, aku datang lagi, Roger!" teriak Martis. Kali ini, Martis membayangkan bahwa ada hujan meteor. Dan hujan meteor itu Martis arahkan pada Roger. Sedangkan Roger, ia sudah siap untuk menahan serangan Martis. Roger menggerakkan tangannya, lalu berteriak, "Pusaran Angin hitam...!" Kemudian bermunculan pusaran angin yang ukurannya sangat besar dan jumlahnya sangat banyak. Pusaran angin itu melibas semua meteor yang jatuh dari langit. Melihat hal itu, Martis tidak hanya diam. "Bekukan semuanya...!" teriak Martis. Krak, krak, krak...! Terlihat seluruh daratan seketika membeku jadi es. Roger yang tadi fokus pada meteor kini beralih. Ia melihat kakinya yang membeku, kemudian ia berteriak, "Luapan Lava...!" Dari tubuh Roger tiba-tiba keluar lava gunung berapi sehingga mencairkan es yang ada di sekitarny
Martis tanpa ragu menunjukkan bahwa dia juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Dengan tekad yang kuat, Martis mengungkapkan kemampuan rahasianya yang belum pernah terungkap sebelumnya. "Lihatlah, Roger, aku memiliki kekuatan untuk memutar waktu!" ucap Martis dengan penuh keyakinan. Dengan kekuatan baru yang dimilikinya untuk memutar waktu, Martis memulai serangan baliknya terhadap Roger dengan keberanian dan tekad yang tak tergoyahkan. Saat Martis mengaktifkan kemampuan memutar waktu, lingkaran cahaya yang mempesona mengelilingi mereka, menciptakan efek visual yang menakjubkan. Saat waktu mulai berputar mundur, Roger yang semula percaya diri terkejut melihat perubahan yang terjadi. Gerakan tubuhnya berhenti, sementara Martis dengan gesit memanfaatkan momen ini untuk melancarkan serangan balik yang cepat dan mematikan. Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, Martis mampu melancarkan pukulan-pukulan yang mematikan. Setiap serangan yang dilancarkan oleh Martis memiliki kekuat
Martis tak menyangka jika serangan pukulan beruntun dari Roger tadi dapat menjebolkan pertahannya. Kemudian Martis kembali bangkit, ia mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. 'Aku tidak boleh sembarang menerima serangannya. Itu cukup menyakitkan. Aku akan coba menyerang balik,' gumam Martis. Siuw...! Martis melesat ke arah Roger. "Pukulan Roket Balistik...!" teriak Martis. Tangan kanan Martis nampak berubah menjadi hitam dan diselimuti warna kemerahan. Kepalan tangan Maris itu juga mengeluarkan asap. Martis menarik tangan itu ke belakang, dan tangan itu melar seperti karet. Lalu Martis mendorongnya ke arah Roger. Tinju Martis itu sangat berat dan juga cepat. Boom...! Saat Roger mencoba menahannya, terjadilah ledakan hebat. Roger akhirnya berhasil menahan serangan Martis itu. Namun ternyata, Martis tidak berhenti dengan serangan itu saja. Martis melanjutkan serangan lainnya. "Pukulan Jet Bertubi-tubi...! Hiyat...!" Kali ini, Martis menggunakan kedua tangannya untuk m
Martis melihat bahwa tubuh Roger perlahan menjadi serpihan debu lalu melayang ke atas langit. Namun Martis melihat ada yang tersisa dari tubuh Roger. "Apa itu? Apakah ini berkaitan dengan fenomena barusan?" tanya Martis seraya meraih benda yang menurutnya aneh. Treng...! Tapi ternyata, benda yang Martis pegang itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan. "Apa ini...?" tanya Martis. Setelah penglihatan kembali normal, Martis melihat ada pusaran gerbang dimensi di depannya. Ia bingung, apakah ini gerbang menuju masa depan, atau masa lalu? "Itu adalah gerbang dimensi masa depan." Terdengar suara seseorang yang tak asing bagi Martis. Martis berbalik badan, ia melihat ada Jack Martis di hadapannya. "Kakek, apa yang akan terjadi jika aku masuk ke dalam gerbang dimensi ini?" tanya Martis dengan wajah serius. "Kau akan terlempar ke masa depan. Tapi tidak tahu bagaimana caranya kembali. Mungkin kau harus mencari gerbang dimensi juga di dunia masa depan itu nanti, barulah kau dapat k
Bam...! Tubuh Martis jatuh di suatu tempat. Martis memegangi kepalanya seraya menggelengkannya beberapa kali untuk menstabilkan kesadarannya. "Di mana ini...?" tanya Martis ketika melihat dan memperhatikan keadaan sekelilingnya. Yang Martis lihat, hanyalah hamparan Padang rumput yang luas, dan ada banyak sekali terlihat pepohonan yang ukurannya sangat besar menghiasi daratan sekitarnya. "Kenapa Kakek kejam sekali? Teganya dia mendorongku ke gerbang dimensi itu, huft...!" Martis mendengus kesal saat teringat bahwa kakeknya lah yang membuat dirinya masuk ke dalam gerbang dimensi tanpa sengaja. Namun, Martis tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Dia tidak mau membuang banyak waktu untuk melampiaskan kekesalannya atas kejahilan kakeknya. Justru tiba-tiba ia merasa penasaran saat melihat seekor burung yang ukurannya sangat besar melintas di udara. Bukan hanya itu, banyak hal lain yang membuat Martis semakin penasaran, seperti jamur yang ada di sampingnya, ukuranya sebesar bak m
Martis memperhatikan arah di depannya. Ia merasakan tanah yang bergetar, yang seakan-akan terasa seperti sedang terjadi gempa bumi. Dan tak lama kemudian, munculah seekor binatang buas. Binatang itu bentuknya mirip seperti beruang, memiliki cakar yang besar dan tajam, serta memiliki gigi taring yang sangat runcing. Tubuhnya sangatlah besar, tiga kali lipat lebih besar dibanding beruang yang ada di Bumi. Ketika binatang buas itu menatap Martis, ia nampak sangat marah. Sepertinya ia tidak senang karena ada yang berani memasuki wilayah kekuasaannya tanpa seizinnya. "Roar...! Hurg, hurg...! Haurgh...!" Binatang buas itu bersuara, dan bertingkah seakan mengatakan bahwa Martis tidak seharusnya berada di sini. "A-apa ini...?" Martis terkejut saat binatang yang besar itu melompat ke arahnya yang kemudian mengayunkan cakarnya untuk menangkap Martis. Untungnya Martis memiliki reflek yang sangat peka. Dia menghindar lalu mencoba untuk mencari tempat bersembunyi. Namun ketika ia bersembu
Dengan harapan yang besar, Martis membuka matanya untuk melihat kemampuan baru yang telah ia pilih secara acak. Dalam hatinya, ia berharap bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Saat ia melihat kemampuan baru yang telah ia dapatkan, cahaya yang memancar dari kemampuan itu memenuhi tubuhnya. Martis merasakan energi yang membara dan kekuatan yang mengalir melalui dirinya, memberinya keberanian dan keyakinan baru untuk melanjutkan pertempuran melawan binatang buas besar itu. "Wah ini saatnya aku menggunakan kekuatan baruku! Dan ini adalah kekuatan cahaya, kekuatan elemen cahaya adalah kekuatan yang sangat langka. Tenyata aku sangat beruntung!" Martis merasa senang atas pilihannya. "Kalau begitu baiklah, aku akan melawan beruang itu untuk menguji seberapa kuatnya kekuatanku ini!" Seketika waktu kembali berputar. Kemudian Martis yang ingin menguji kemampuan barunya, ia mengepalkan tangannya yang nampak bersinar, lalu dia maju dan melancarkan serangannya kepada binatang itu. Ketika tangan
Martis menjadi pusat perhatian warga desa karena dirinya yang di kurung dan ia berada di tengah tanah yang cukup lapang. Yang membuat Martis merasa sangat asing adalah pakaian. "Kenapa aku merasa seperti badut? Pakaian yang mereka kenakan berbeda dengan pakaianku. Kira-kira, apa yang akan mereka lakukan padaku selanjutnya, ya? Apakah aku akan dijadikan persembahan? Tidak, tidak...! Semoga saja tidak." Martis berbicara sendiri. Tak lama kemudian, Martis melihat ada dua orang tetua yang diiringi oleh rombongan di belakangnya. Tetua itu memperhatikan Martis dari setiap sudut. Bahkan ia sempat menyuruh Martis membuka bajunya sampai telanjang bulat. "Ini sesuai ramalan...!" seru salah satu pria tua yang melihat simbol di lengan Martis. "Tetua..., apakah dia orangnya? Orang yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan desa kita?" tanya seorang pria. Tetua itu menjawab, "Aku yakin, itu benar. Cepat kalian keluarkan dia dari kurungan itu! Kalian telah memperlakukannya dengan buruk!" Meli
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman