Ketika melihat bahwa mereka diserang oleh sekelompok orang tak dikenal, Martis dan putranya langsung bersiap untuk melawan. Mereka menyadari bahwa sekelompok orang ini bukanlah musuh biasa dan mereka memancarkan aura yang sangat kuat dan berbeda dari sebelumnya.Seperti biasa, Lancelot dan Martis melakukan kombinasi pertahanan dan menyerang balik, berusaha untuk melumpuhkan lawan-lawan mereka satu per satu. Namun, kelompok itu terus bergerak maju dan memberikan serangan yang kuat tanpa kenal lelah dan rasa sakit. Kedua pria itu melawan dengan segala kekuatan dan kecerdasan mereka, tetapi semakin lama semakin sulit untuk mengalahkan mereka."Kita harus mencari cara untuk menangani mereka, Ayah. Ide apa yang ada dalam pikiranmu? Baru saja, aku tidak menyangka bahwa mereka ini dapat menahan pukulan dari teknik Golemku, Ayah," ungkap Lancelot dengan wajah penuh ketegangan.Martis berpikir sejenak dan akhirnya membuka saku jasnya dan mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk lonjong. "Ini g
Namun, ketika mereka telah berlari sangat jauh untuk mencoba melarikan diri, mereka kembali berhasil ditemukan dan dihadang oleh orang yang tadi.Pria itu tertawa dalam gem, "Percuma saja kalian mau berlari sejauh dan secepat apapun, tetap saja aku akan dengan cepat menemukan mian berdua."Martis dan Lancelot saling bertatapan, tersadar bahwa mereka tidak bisa lagi berlari dari orang ini. Mereka berdua menghampiri orang misterius tersebut. "Mengapa kalian mencari kami sebegitu kerasnya?" tanya Martis.Orang tersebut tersenyum sinis, "Aku kan sudah katakan tadi, bahwa aku adalah anggota dari organisasi rahasia. Kami membuntuti kalian berdua sejak awal karena kami tahu bahwa kalian sedang mencari Gulungan Suci yang hilang. Tapi, kami tidak ingin kalian menemukannya terlebih dahulu. Dan lagi, aku mendapat informasi bahwa kalian telah berhasil mendapatkan satu artefak suci milik Bos kami.""Jadi, kalian yang telah menghancurkan desa-desa tanpa rasa bersalah hanya untuk mendapatkan Gulunga
"Ayah..., tekanan ini sangat kuat," kata Lancelot dengan suara yang gemetar.Martis mengangguk setuju. Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan orang misterius tersebut. Ia segera melepaskan kekuatannya untuk menahan tekanan kekuatan musuh dan bersiap untuk menghadapi serangan dari pria itu.Tiba-tiba, pria tersebut melepaskan jurus sihir yang mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan. Martis dan Lancelot merasa terkena erangan itu dan langsung terjatuh ke tanah karena kekuatannya.Pria tersebut menunjukkan senyum sinis, "Aku kira kalian akan bertindak bijak dengan membuat keputusan yang tepat, namun sepertinya kalian berdua memilih untuk menjadi musuhku. Dan kalian pasti akan menyesalinya."Martis dan Lancelot berjuang untuk bangkit kembali, namun pria itu menyerang mereka dengan serangan magis yang sangat kuat. Mereka berdua tahu bahwa mereka akan kehilangan nyawa jika mereka terus berada dalam posisi ini."Kalian tidak berdaya melawan kekuatanku," kata pria tersebut
"Oh, Mia!" seru Martis, menatapnya dengan senyum lembut. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Lihat, Lancelot sudah pulih dan bugar, bukan?" Martis menunjuk ke arah Lancelot yang tampak sehat dan bugar. "Dia sudah belajar teknik pemulihan otomatis yang aku ajarkan. Jadi, dia bisa menjaga dirinya sendiri sekarang."Mia tampak lega mendengar penjelasan Martis. "Aku senang mendengar itu, Martis. Tapi, bagaimana denganmu? Kamu juga perlu beristirahat dan memulihkan diri."Martis mengangguk, menyetujui saran Mia. "Kamu benar, Mia. Aku akan beristirahat sebentar. Tapi sebelum itu, kita perlu memastikan bahwa semua orang dalam keadaan aman."Mia, Lancelot, Sandi dan Martis bergerak, memastikan bahwa mereka dalam keadaan aman. Setelah itu, Martis memutuskan untuk beristirahat dan memulihkan diri di dalam ruang dimensi sistem milik Lancelot."Jadi, bagaimana hari ini, Lancelot?" Mia bertanya, ingin tahu tentang pengalaman Lancelot setelah belajar teknik pemulihan otomatis. "Apakah kamu merasa
"Xander!" seru Sandi, berdiri tegak dan melihat ke arah suara tersebut."Kau!" Lancelot menatap Xander dengan tatapan tajam, siap untuk melindungi keluarganya."Apa yang kau inginkan dari kita, Xander?" tanya Mia dengan suara gemetar namun penuh keberanian."Oh, tidak banyak. Hanya ingin sedikit bermain-main dengan kalian. Tapi sepertinya kalian tidak begitu menyukainya, ya?" jawab Xander dengan nada mengejek."Bermain? Kau pikir ini semacam permainan?" seru Lancelot, marah dengan sikap Xander."Tenang, Lancelot. Jangan terpancing emosinya," bisik Sandi, mencoba meredam kemarahan Lancelot."Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan, Xander. Kami tidak akan membiarkanmu!" ujar Mia dengan tegas."Kita akan melihat," balas Xander dengan senyum sinis, seolah menantang mereka untuk melawan.Sandi, yang telah lama berpengalaman dalam dunia sihir, tahu bahwa mereka harus berpikir jernih dalam situasi seperti ini. Dia mengambil napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya."Langkah pertam
Mia, yang juga merasa kesedihan yang mendalam atas kematian Sandi, memandang Lancelot dengan khawatir. "Lance, jangan! Kita harus berjuang dengan hati-hati. Kita tidak boleh membuat Sandi mengorbankan dirinya dengan percuma."Lancelot mengangkat pedangnya dan menyerang Xander dengan penuh kemarahan. Xander dengan mudah menghindari serangan Lancelot dan mengirimkan serangan balik ke arahnya. Lancelot bersikap bertahan dan berhasil memblokir serangan itu dengan pedangnya. Namun, Xander dengan mudah melemparkan Lancelot beberapa meter ke belakang dengan serangan baliknya."Kau terlalu lemah, Lancelot! Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan aku!" Xander tertawa dengan sinis setelah berhasil mendorong Lancelot.Mia merasa takut dan bingung. Dia tahu bahwa mereka berdua tidak cukup kuat untuk menghadapi kekuatan Xander. Namun, dia tidak bisa duduk dan menonton sahabatnya mati begitu saja. Dengan cepat, dia mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengejarnya, berusaha menemukan jalan untuk mengala
"Ibu, bagaimana ini? Xander ternyata masih hidup," ujar Lancelot, ia kesal karena gagal mencegah Xander melarikan diri barusan."Pikirkan itu nanti, Nak. Sekarang, kita urus dulu Sandi. Dan kau juga harus memeriksa keadaan Ayahmu di dalam dimensi sistem." Mia berusaha tegar atas gugurnya Sandi.Dan begitu pula dengan Martis. Ia sangat marah ketika tahu bahwa temanya tewas dibunuh oleh Xander. Martis awalnya sangat menyesal dan menyerahkan dirinya sendiri. Namun ada Mia dan anaknya yang selalu menekankan bahwa ini bukanlah salahnya."Tidak, aku tidak akan membiarkan Xander hidup dengan tenang. Aku akan membunuhnya!" seru Martis seraya mengepalkan kedua tangannya.***Beberapa hari kemudian, setelah mereka bertiga akhirnya pulih, Martis memiliki sebuah rencana untuk mencari keberadaan Xander. Nampaknya kali ini keadaan menjadi terbalik. Tadinya Maris yang diburu oleh The Silent Hand, tapi sekarang justru Martis lah yang bertekad dan bersumpah akan membasmi habis semua anggota organisasi
Mereka berusaha memasuki markas tersebut, tetapi pasukan penjaga langsung menghadang mereka. Martis dan timnya terpaksa mulai berperang dengan para pasukan The Silent Hand. Mereka berusaha dengan segala cara untuk masuk ke dalam markas dan menemukan Xander.Tiba-tiba, seorang anggota musuh muncul dari balik semak-semak dan menembakkan panah ke arah Martis. Tanpa berpikir panjang, rekan baru Martis yang bernama Alex melompat dan menahan panah tersebut."Martis, awas...!" teriak Alex, dia terjatuh ke tanah dengan sakit perutnya tertusuk panah, tetapi dia masih berusaha untuk melanjutkan pertempuran, tidak ingin membiarkan teman-temannya melawan The Silent Hand sendirian."Alex! Sial! Kenapa kau melakukan ini?" Martis segera mengeluarkan ramuan kemudian menegukkannya pada Alex.Ramuan itu sangat ampuh, luka Alex perlahan mulai terlihat menutup. "Syukurlah lukamu tidak mengenai organ dalam," ujar Martis lega."Jangan khawatirkan aku, Martis. Yang terpenting adalah tujuan kita. Kita harus
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon