"Ayah..., tekanan ini sangat kuat," kata Lancelot dengan suara yang gemetar.Martis mengangguk setuju. Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan orang misterius tersebut. Ia segera melepaskan kekuatannya untuk menahan tekanan kekuatan musuh dan bersiap untuk menghadapi serangan dari pria itu.Tiba-tiba, pria tersebut melepaskan jurus sihir yang mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan. Martis dan Lancelot merasa terkena erangan itu dan langsung terjatuh ke tanah karena kekuatannya.Pria tersebut menunjukkan senyum sinis, "Aku kira kalian akan bertindak bijak dengan membuat keputusan yang tepat, namun sepertinya kalian berdua memilih untuk menjadi musuhku. Dan kalian pasti akan menyesalinya."Martis dan Lancelot berjuang untuk bangkit kembali, namun pria itu menyerang mereka dengan serangan magis yang sangat kuat. Mereka berdua tahu bahwa mereka akan kehilangan nyawa jika mereka terus berada dalam posisi ini."Kalian tidak berdaya melawan kekuatanku," kata pria tersebut
"Oh, Mia!" seru Martis, menatapnya dengan senyum lembut. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Lihat, Lancelot sudah pulih dan bugar, bukan?" Martis menunjuk ke arah Lancelot yang tampak sehat dan bugar. "Dia sudah belajar teknik pemulihan otomatis yang aku ajarkan. Jadi, dia bisa menjaga dirinya sendiri sekarang."Mia tampak lega mendengar penjelasan Martis. "Aku senang mendengar itu, Martis. Tapi, bagaimana denganmu? Kamu juga perlu beristirahat dan memulihkan diri."Martis mengangguk, menyetujui saran Mia. "Kamu benar, Mia. Aku akan beristirahat sebentar. Tapi sebelum itu, kita perlu memastikan bahwa semua orang dalam keadaan aman."Mia, Lancelot, Sandi dan Martis bergerak, memastikan bahwa mereka dalam keadaan aman. Setelah itu, Martis memutuskan untuk beristirahat dan memulihkan diri di dalam ruang dimensi sistem milik Lancelot."Jadi, bagaimana hari ini, Lancelot?" Mia bertanya, ingin tahu tentang pengalaman Lancelot setelah belajar teknik pemulihan otomatis. "Apakah kamu merasa
"Xander!" seru Sandi, berdiri tegak dan melihat ke arah suara tersebut."Kau!" Lancelot menatap Xander dengan tatapan tajam, siap untuk melindungi keluarganya."Apa yang kau inginkan dari kita, Xander?" tanya Mia dengan suara gemetar namun penuh keberanian."Oh, tidak banyak. Hanya ingin sedikit bermain-main dengan kalian. Tapi sepertinya kalian tidak begitu menyukainya, ya?" jawab Xander dengan nada mengejek."Bermain? Kau pikir ini semacam permainan?" seru Lancelot, marah dengan sikap Xander."Tenang, Lancelot. Jangan terpancing emosinya," bisik Sandi, mencoba meredam kemarahan Lancelot."Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan, Xander. Kami tidak akan membiarkanmu!" ujar Mia dengan tegas."Kita akan melihat," balas Xander dengan senyum sinis, seolah menantang mereka untuk melawan.Sandi, yang telah lama berpengalaman dalam dunia sihir, tahu bahwa mereka harus berpikir jernih dalam situasi seperti ini. Dia mengambil napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya."Langkah pertam
Mia, yang juga merasa kesedihan yang mendalam atas kematian Sandi, memandang Lancelot dengan khawatir. "Lance, jangan! Kita harus berjuang dengan hati-hati. Kita tidak boleh membuat Sandi mengorbankan dirinya dengan percuma."Lancelot mengangkat pedangnya dan menyerang Xander dengan penuh kemarahan. Xander dengan mudah menghindari serangan Lancelot dan mengirimkan serangan balik ke arahnya. Lancelot bersikap bertahan dan berhasil memblokir serangan itu dengan pedangnya. Namun, Xander dengan mudah melemparkan Lancelot beberapa meter ke belakang dengan serangan baliknya."Kau terlalu lemah, Lancelot! Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan aku!" Xander tertawa dengan sinis setelah berhasil mendorong Lancelot.Mia merasa takut dan bingung. Dia tahu bahwa mereka berdua tidak cukup kuat untuk menghadapi kekuatan Xander. Namun, dia tidak bisa duduk dan menonton sahabatnya mati begitu saja. Dengan cepat, dia mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengejarnya, berusaha menemukan jalan untuk mengala
"Ibu, bagaimana ini? Xander ternyata masih hidup," ujar Lancelot, ia kesal karena gagal mencegah Xander melarikan diri barusan."Pikirkan itu nanti, Nak. Sekarang, kita urus dulu Sandi. Dan kau juga harus memeriksa keadaan Ayahmu di dalam dimensi sistem." Mia berusaha tegar atas gugurnya Sandi.Dan begitu pula dengan Martis. Ia sangat marah ketika tahu bahwa temanya tewas dibunuh oleh Xander. Martis awalnya sangat menyesal dan menyerahkan dirinya sendiri. Namun ada Mia dan anaknya yang selalu menekankan bahwa ini bukanlah salahnya."Tidak, aku tidak akan membiarkan Xander hidup dengan tenang. Aku akan membunuhnya!" seru Martis seraya mengepalkan kedua tangannya.***Beberapa hari kemudian, setelah mereka bertiga akhirnya pulih, Martis memiliki sebuah rencana untuk mencari keberadaan Xander. Nampaknya kali ini keadaan menjadi terbalik. Tadinya Maris yang diburu oleh The Silent Hand, tapi sekarang justru Martis lah yang bertekad dan bersumpah akan membasmi habis semua anggota organisasi
Mereka berusaha memasuki markas tersebut, tetapi pasukan penjaga langsung menghadang mereka. Martis dan timnya terpaksa mulai berperang dengan para pasukan The Silent Hand. Mereka berusaha dengan segala cara untuk masuk ke dalam markas dan menemukan Xander.Tiba-tiba, seorang anggota musuh muncul dari balik semak-semak dan menembakkan panah ke arah Martis. Tanpa berpikir panjang, rekan baru Martis yang bernama Alex melompat dan menahan panah tersebut."Martis, awas...!" teriak Alex, dia terjatuh ke tanah dengan sakit perutnya tertusuk panah, tetapi dia masih berusaha untuk melanjutkan pertempuran, tidak ingin membiarkan teman-temannya melawan The Silent Hand sendirian."Alex! Sial! Kenapa kau melakukan ini?" Martis segera mengeluarkan ramuan kemudian menegukkannya pada Alex.Ramuan itu sangat ampuh, luka Alex perlahan mulai terlihat menutup. "Syukurlah lukamu tidak mengenai organ dalam," ujar Martis lega."Jangan khawatirkan aku, Martis. Yang terpenting adalah tujuan kita. Kita harus
Namun, tidak ada jawaban dari Xander. Martis dan Alex merasa ada yang salah dan mulai melakukan pencarian di seluruh markas tersebut. Setelah beberapa saat, mereka menemukan Xander sedang bersembunyi di sebuah ruangan rahasia."Jadi akhirnya kami menemukanmu juga," ucap Martis dengan tatapan tajam pada Xander. "Ini adalah akhir bagi karirmu di dalam organisasi The Silent Hand. Apa kamu siap untuk menerima hukumannya?"Xander hanya diam dan mengeluarkan gulungan kegelapan. Martis dan Alex mengetahui betul kekuatan yang dimiliki oleh gulungan itu. Mereka berdua berusaha menghadapi Xander, tetapi kali ini Xander terlalu kuat untuk dikalahkan. Dia dengan mudah mengalahkan Martis dan Alex, dan setelah itu Xander menghilang dalam kegelapan.Martis dan Alex terjatuh ke tanah, lelah dan kecewa. Mereka telah berjuang dengan gigih untuk menemukan Xander, tetapi sepertinya mereka masih harus menemukan kekuatan yang lebih besar untuk mengalahkan Xander dan mengakhiri semua kejahatan yang dilakuka
"Aku bisa merasakan kekuatan besar yang datang dari ledakan itu. Aku rasa, Xander berhasil menemukan cara untuk meningkatkan kekuatan dari gulungan kegelapannya," kata Martis.Sementara itu, Xander bangkit dari ledakan energi dan terdiam beberapa saat. Matanya merah menyala dan nafasnya berat."Dasar kalian kurang ajar!" serunya keras sambil menatap Alex dan Martis dengan mata penuh amarah. "Kalian berdua berhasil menghancurkan armada kami, tapi tidak akan lama lagi kalian akan celaka dan mati!"Xander mengumpulkan energi yang tersisa dari gulungan kegelapan miliknya, dan dia melihat kedua tangannya berubah menjadi warna hitam dengan semburat aura merah kecokelatan."Sudah kuduga," gumamnya dengan mata merahnya yang terus memandang kedua telapak tangannya yang tidak bisa diatur."Kamu sangat bodoh, Xander," kata Alex dengan sinis. "Menggunakan kekuatan gelap yang sudah semestinya diciptakan untuk membantu kebaikan malah membuatmu kehilangan kendali dan merusak dirimu sendiri."Sementa