Martis tersenyum misterius. "Aku akan menunjukkan kepadamu kekuatan yang sesungguhnya." Dia mengumpulkan energi di tangannya lalu tangan Martis bisa memanjang ke arah belakang. Lalu Martis menarik kembali tangannya yang melar dan melepaskan serangan yang kuat ke arah Arman yang ada di depannya."Rasakan ini...! Pukulan Bazoka...!" teriak Martis penuh semangat. Ia menamai jurus barunya dengan Pukulan Bazoka.Arman mencoba menghindar, tetapi serangan Martis begitu cepat dan akurat sehingga tidak bisa dielakkan. Tubuh Arman terpental ke belakang dan terjatuh ke tanah dengan keras.Martis mendekati Arman yang tergeletak. "Seperti yang kukatakan sebelumnya, kekuatan bukanlah segalanya. Tapi bagaimana kita menggunakan kekuatan itu yang benar-benar penting. Kamu telah menggunakan kekuatanmu untuk tujuan yang salah, dan sekarang kamu merasakan konsekuensinya.""Aku belum kalah!" Arman memelototkan kedua netranya. Ia masih ingin bertarung dan niat membunuhnya semakin besar."Hentikan niat jaha
Martis menatap Arman dengan penuh harapan. "Arman, aku tahu bahwa di dalam dirimu masih ada kebaikan yang tersisa. Aku percaya bahwa kamu bukanlah sosok yang jahat, tetapi terpengaruh oleh kekuatan jahat yang mengendalikanmu. 'The Silent Hand' telah membutakanmu dan membawa kamu ke jalan yang salah."Martis berusaha membangkitkan kenangan baik dalam pikiran Arman. "Ingatlah saat-saat ketika kamu masih menjadi orang yang baik, saat-saat ketika kamu membantu orang lain dan memiliki impian dan tujuan yang mulia. Kamu bisa kembali menjadi orang itu, Arman. Kamu masih punya kesempatan untuk mengubah nasibmu."Dia berbicara dengan nada lembut dan penuh empati. "Aku tahu bahwa dendam dan kebencianmu terhadap 'The Silent Hand' kuat, tetapi kamu harus menyadari bahwa menggunakan kekuatanmu untuk tujuan yang salah hanya akan memperburuk segalanya. Kamu bisa melawan mereka dengan cara yang berbeda, dengan cara yang lebih baik dan lebih damai."Martis mengulurkan tangannya ke Arman dengan penuh h
Ternyata ada alasan dengan sikap Arman yang berubah seperti monster yang mengamuk tak karuan. Martis, yang terus berusaha melindungi dirinya dari serangan brutal Arman, mencoba mencari tahu alasan di balik perubahan sikap Arman yang drastis. Meskipun dalam situasi yang sulit, Martis tetap berusaha memahami Arman dengan penuh empati."Arman, ada apa denganmu? Kenapa kamu berubah seperti ini? Aku ingin tahu apa yang menyebabkan perubahan sikapmu yang drastis ini," Martis bertanya dengan suara lembut sambil tetap waspada terhadap serangan Arman.Arman, masih dalam keadaan marah dan bermusuhan, menghentikan serangannya sejenak. Tatapannya penuh dengan kebencian dan penderitaan. "Kamu tidak akan mengerti, Martis. Kehidupanku telah dihancurkan oleh 'The Silent Hand'. Mereka mengambil segalanya dariku, termasuk keluargaku."Martis merasa simpati terhadap penderitaan yang dialami Arman. Dia mencoba menggali lebih dalam untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Arman, aku bisa merasakan ras
Martis merasa frustrasi saat serangannya tidak berdampak pada Arman yang kuat. Dia menyadari bahwa kekuatannya saat ini tidak cukup untuk melawan Arman yang sedang terpengaruh oleh benda parasit di keningnya.Dalam keadaan kelelahan dan kebingungan, Martis mencoba memikirkan strategi baru. Dia menyadari bahwa dia tidak bisa terus menghindar dan harus mencari cara untuk melumpuhkan Arman sejenak agar bisa mencabut benda parasit tersebut.Martis mencoba memusatkan pikirannya dan melihat sekeliling untuk mencari peluang. Dia menyadari bahwa dia harus menggunakan kecerdikan dan strategi yang lebih pintar daripada mengandalkan kekuatannya sendiri.'Dengan kekuatan langsung tidak akan berhasil. Aku perlu mencari cara lain untuk melumpuhkan Arman,' gumam Martis dalam hati.Dia mencoba mengalihkan perhatian Arman dengan gerakan-gerakan yang tidak terduga, mencoba membingungkan dan memperlambat serangan Arman. Martis mencoba memanfaatkan setiap celah kecil yang ada untuk menyerang dengan cepat
Dalam pertempuran sengit antara Martis dan Arman, penduduk desa menjadi saksi bisu bagaimana kekuatan biji setan telah membuat Arman menjadi teroris yang membahayakan seluruh desa. Martis adalah seorang manusia luar biasa dengan kemampuan yang luar biasa. Namun, menghadapi kemampuan tempur Arman merupakan tantangan terbesar yang dia hadapi.Martis bergerak dengan tangkas dan lincah seperti seorang penari, menari di sekitar serangan Arman, dan mencoba untuk menemukan celah di antara pergerakan musuh. Namun, Arman terus memukul dengan kekuatan yang semakin besar dan lebih cepat dari waktu ke waktu. Waktu semakin berlalu, dan Martis semakin kehabisan waktu untuk menghancurkan parasit pada tubuh Arman."Sudah cukup, Martis! Kamu tidak bisa mengalahkan aku. Sisa-sisa kekuatan biji setan hanya membuatmu lebih lemah." Arman tertawa dengan penuh kepercayaan diri.Martis hampir putus asa saat melihat wajah Arman yang sudah tidak dikenali lagi akibat pengaruh benda jahat tersebut. Namun, dia ma
"Ada apa Martis?" Mia menghampiri Martis."Arman telah tiada, Mia. Dia sudah mati." Suasana di sana seketika menjadi hening setelah mendengar Martis mengatakan kematian Arman.Sebenarnya, Arman sendiri sudah tau bahwa dirinya pasti akan mati jika parasit yang ada di keningnya dicabut dengan paksa."Martis, Bu-bukankah..., bukankah Arman tadi sudah membaik? Tapi kenapa sekarang ia malah mati?" tanya Mia."Kalau itu..., aku juga masih sedikit ragu dengan kenyataan ini. Apakah ada kaitannya kematian Arman ini dengan parasit? Benar! Aku yakin ini ada kaitannya.""Mari kita cari tahu lebih dalam tentang parasit tersebut," kata Martis sambil memusatkan pikirannya untuk mencari jawaban.Mia dan Martis segera meninggalkan pesta kecil itu dan bergegas mengumpulkan berbagai informasi tentang jenis parasit yang menyerang Arman setelah mengurus jenazah Arman. Mereka juga mempelajari sifat-sifat parasit, cara menghilangkannya, dan memutuskan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk men
"Artefak tersebut tentu saja akan kita bawa, Ibu. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui di esok hari. Mungkin saja artefak-artefak itu bisa membantu kita," jawab Lancelot dengan optimis."Baiklah, jika itu yang terbaik, mari kita siapkan segalanya. Semoga kita berhasil menemukan apa yang kita cari," ujar Mia, menyetujui rencana tersebut.Sementara itu, Martis tampak sedikit khawatir. "Kita harus berhati-hati. 'The Silent Hand' bukanlah lawan yang mudah. Mereka memiliki banyak sumber daya dan mereka pasti tidak akan segan-segan menggunakan semua cara untuk menghentikan kita. Aku tahu sekarang tujuan utama mereka adalah memanfaatkan kekuatan artefak demi kepentingan dan keuntungan mereka semata."Mereka semua mengangguk, mengetahui risiko yang mungkin mereka hadapi. Namun, mereka juga tahu bahwa mereka harus melakukannya. Mereka harus menemukan Sandi dan mengetahui kebenaran tentang 'The Silent Hand'."Baiklah, mari kita mulai persiapan kita. Semoga kita berhasil," ujar Martis, menga
Mereka bergerak cepat dan diam-diam, menyusuri koridor-koridor gelap markas 'The Silent Hand'. Mereka berusaha menghindari penjaga yang mungkin masih berada di dalam."Kita harus menemukan Sandi secepat mungkin," bisik Martis, memimpin mereka melalui labirin koridor. "Kita tidak tahu berapa lama sistem Lancelot bisa mengalihkan perhatian mereka."Mereka bergerak semakin dalam, melewati pintu-pintu tertutup dan ruangan-ruangan gelap. Mereka berhenti sesekali, mendengarkan apakah ada suara atau gerakan yang mencurigakan.Tiba-tiba, mereka mendengar suara jeritan yang jauh. "Itu Sandi!" seru Mia, wajahnya pucat. "Dia berada di sini, di dalam markas ini!"Tanpa membuang waktu, mereka berlari menuju sumber suara. Mereka menemukan sebuah pintu besar yang terkunci. "Sandi berada di balik pintu ini," kata Martis, mencoba membuka pintu tersebut."Tunggu, biar aku yang mencoba," kata Lancelot, mengeluarkan alat dari tas penyimpanan sistemnya. Dia mulai bekerja pada kunci, berharap bisa membukan