Ternyata ada alasan dengan sikap Arman yang berubah seperti monster yang mengamuk tak karuan. Martis, yang terus berusaha melindungi dirinya dari serangan brutal Arman, mencoba mencari tahu alasan di balik perubahan sikap Arman yang drastis. Meskipun dalam situasi yang sulit, Martis tetap berusaha memahami Arman dengan penuh empati."Arman, ada apa denganmu? Kenapa kamu berubah seperti ini? Aku ingin tahu apa yang menyebabkan perubahan sikapmu yang drastis ini," Martis bertanya dengan suara lembut sambil tetap waspada terhadap serangan Arman.Arman, masih dalam keadaan marah dan bermusuhan, menghentikan serangannya sejenak. Tatapannya penuh dengan kebencian dan penderitaan. "Kamu tidak akan mengerti, Martis. Kehidupanku telah dihancurkan oleh 'The Silent Hand'. Mereka mengambil segalanya dariku, termasuk keluargaku."Martis merasa simpati terhadap penderitaan yang dialami Arman. Dia mencoba menggali lebih dalam untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Arman, aku bisa merasakan ras
Martis merasa frustrasi saat serangannya tidak berdampak pada Arman yang kuat. Dia menyadari bahwa kekuatannya saat ini tidak cukup untuk melawan Arman yang sedang terpengaruh oleh benda parasit di keningnya.Dalam keadaan kelelahan dan kebingungan, Martis mencoba memikirkan strategi baru. Dia menyadari bahwa dia tidak bisa terus menghindar dan harus mencari cara untuk melumpuhkan Arman sejenak agar bisa mencabut benda parasit tersebut.Martis mencoba memusatkan pikirannya dan melihat sekeliling untuk mencari peluang. Dia menyadari bahwa dia harus menggunakan kecerdikan dan strategi yang lebih pintar daripada mengandalkan kekuatannya sendiri.'Dengan kekuatan langsung tidak akan berhasil. Aku perlu mencari cara lain untuk melumpuhkan Arman,' gumam Martis dalam hati.Dia mencoba mengalihkan perhatian Arman dengan gerakan-gerakan yang tidak terduga, mencoba membingungkan dan memperlambat serangan Arman. Martis mencoba memanfaatkan setiap celah kecil yang ada untuk menyerang dengan cepat
Dalam pertempuran sengit antara Martis dan Arman, penduduk desa menjadi saksi bisu bagaimana kekuatan biji setan telah membuat Arman menjadi teroris yang membahayakan seluruh desa. Martis adalah seorang manusia luar biasa dengan kemampuan yang luar biasa. Namun, menghadapi kemampuan tempur Arman merupakan tantangan terbesar yang dia hadapi.Martis bergerak dengan tangkas dan lincah seperti seorang penari, menari di sekitar serangan Arman, dan mencoba untuk menemukan celah di antara pergerakan musuh. Namun, Arman terus memukul dengan kekuatan yang semakin besar dan lebih cepat dari waktu ke waktu. Waktu semakin berlalu, dan Martis semakin kehabisan waktu untuk menghancurkan parasit pada tubuh Arman."Sudah cukup, Martis! Kamu tidak bisa mengalahkan aku. Sisa-sisa kekuatan biji setan hanya membuatmu lebih lemah." Arman tertawa dengan penuh kepercayaan diri.Martis hampir putus asa saat melihat wajah Arman yang sudah tidak dikenali lagi akibat pengaruh benda jahat tersebut. Namun, dia ma
"Ada apa Martis?" Mia menghampiri Martis."Arman telah tiada, Mia. Dia sudah mati." Suasana di sana seketika menjadi hening setelah mendengar Martis mengatakan kematian Arman.Sebenarnya, Arman sendiri sudah tau bahwa dirinya pasti akan mati jika parasit yang ada di keningnya dicabut dengan paksa."Martis, Bu-bukankah..., bukankah Arman tadi sudah membaik? Tapi kenapa sekarang ia malah mati?" tanya Mia."Kalau itu..., aku juga masih sedikit ragu dengan kenyataan ini. Apakah ada kaitannya kematian Arman ini dengan parasit? Benar! Aku yakin ini ada kaitannya.""Mari kita cari tahu lebih dalam tentang parasit tersebut," kata Martis sambil memusatkan pikirannya untuk mencari jawaban.Mia dan Martis segera meninggalkan pesta kecil itu dan bergegas mengumpulkan berbagai informasi tentang jenis parasit yang menyerang Arman setelah mengurus jenazah Arman. Mereka juga mempelajari sifat-sifat parasit, cara menghilangkannya, dan memutuskan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk men
"Artefak tersebut tentu saja akan kita bawa, Ibu. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui di esok hari. Mungkin saja artefak-artefak itu bisa membantu kita," jawab Lancelot dengan optimis."Baiklah, jika itu yang terbaik, mari kita siapkan segalanya. Semoga kita berhasil menemukan apa yang kita cari," ujar Mia, menyetujui rencana tersebut.Sementara itu, Martis tampak sedikit khawatir. "Kita harus berhati-hati. 'The Silent Hand' bukanlah lawan yang mudah. Mereka memiliki banyak sumber daya dan mereka pasti tidak akan segan-segan menggunakan semua cara untuk menghentikan kita. Aku tahu sekarang tujuan utama mereka adalah memanfaatkan kekuatan artefak demi kepentingan dan keuntungan mereka semata."Mereka semua mengangguk, mengetahui risiko yang mungkin mereka hadapi. Namun, mereka juga tahu bahwa mereka harus melakukannya. Mereka harus menemukan Sandi dan mengetahui kebenaran tentang 'The Silent Hand'."Baiklah, mari kita mulai persiapan kita. Semoga kita berhasil," ujar Martis, menga
Mereka bergerak cepat dan diam-diam, menyusuri koridor-koridor gelap markas 'The Silent Hand'. Mereka berusaha menghindari penjaga yang mungkin masih berada di dalam."Kita harus menemukan Sandi secepat mungkin," bisik Martis, memimpin mereka melalui labirin koridor. "Kita tidak tahu berapa lama sistem Lancelot bisa mengalihkan perhatian mereka."Mereka bergerak semakin dalam, melewati pintu-pintu tertutup dan ruangan-ruangan gelap. Mereka berhenti sesekali, mendengarkan apakah ada suara atau gerakan yang mencurigakan.Tiba-tiba, mereka mendengar suara jeritan yang jauh. "Itu Sandi!" seru Mia, wajahnya pucat. "Dia berada di sini, di dalam markas ini!"Tanpa membuang waktu, mereka berlari menuju sumber suara. Mereka menemukan sebuah pintu besar yang terkunci. "Sandi berada di balik pintu ini," kata Martis, mencoba membuka pintu tersebut."Tunggu, biar aku yang mencoba," kata Lancelot, mengeluarkan alat dari tas penyimpanan sistemnya. Dia mulai bekerja pada kunci, berharap bisa membukan
Saat mereka berusaha keluar dari markas 'The Silent Hand', tiba-tiba mereka melihat sekelompok anggota 'The Silent Hand' yang lain sedang mendekat. Mereka terjebak di antara musuh yang sedang berdatangan."Kita harus mencari jalan keluar!" seru Mia, mencoba mencari jalur yang aman.Martis, dengan kecepatan dan kekuatannya, membuka jalan untuk mereka dengan menghadapi anggota 'The Silent Hand' yang mendekat. Pukulan dan tendangan yang ia lepaskan membuat musuh terpental.Lancelot, dengan kecerdikannya, menggunakan perangkat-perangkat canggihnya untuk mengalihkan perhatian musuh dan menciptakan kesempatan bagi mereka untuk melarikan diri.Mereka berlari sekuat tenaga, melewati koridor-koridor yang gelap dan ruangan-ruangan yang terbengkalai. Setiap langkah mereka diikuti oleh teriakan dan serangan dari anggota 'The Silent Hand' yang mencoba menghentikan mereka.Namun, dengan kekuatan dan keberanian yang mereka tunjukkan, Martis, Mia, Sandi, dan Lancelot hampir berhasil keluar dari markas
"Tunggu!" seru sosok itu menghentikan laju mereka berempat."Siapa lagi ini?" tanya Mia."Tidak penting siapa sosok itu. Yang jelas, kita harus segera mengalahkannya. Dia adalah musuh kita," kata Martis dengan tegas."Sekarang aku mengerti mengapa kalian berlari. Kalian adalah pengguna biji setan seperti aku," Sosok setengah hewan itu tersenyum sinis."Benar sekali. Aku adalah musuh kalian, dan aku tidak akan membiarkan kalian menghalangi kami," jawab Martis.Mereka berempat bersiap-siap untuk bertarung, mengeluarkan kekuatan mereka dan bersiap menghadapi musuh yang menghadang mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah pertarungan yang penting untuk menyelamatkan diri pasukan 'The Silent Hand'.Dalam pertarungan yang sengit, mereka menggunakan kemampuan mereka dengan bijak, saling melindungi dan bekerja sama sebagai tim. Meskipun sosok setengah hewan itu kuat, Martis, Mia, dan Lancelot tidak menyerah. Mereka bertarung dengan tekad yang kuat dan tidak mengenal kata menyerah."Sosok orang ini