Dalam pertempuran sengit antara Martis dan Arman, penduduk desa menjadi saksi bisu bagaimana kekuatan biji setan telah membuat Arman menjadi teroris yang membahayakan seluruh desa. Martis adalah seorang manusia luar biasa dengan kemampuan yang luar biasa. Namun, menghadapi kemampuan tempur Arman merupakan tantangan terbesar yang dia hadapi.Martis bergerak dengan tangkas dan lincah seperti seorang penari, menari di sekitar serangan Arman, dan mencoba untuk menemukan celah di antara pergerakan musuh. Namun, Arman terus memukul dengan kekuatan yang semakin besar dan lebih cepat dari waktu ke waktu. Waktu semakin berlalu, dan Martis semakin kehabisan waktu untuk menghancurkan parasit pada tubuh Arman."Sudah cukup, Martis! Kamu tidak bisa mengalahkan aku. Sisa-sisa kekuatan biji setan hanya membuatmu lebih lemah." Arman tertawa dengan penuh kepercayaan diri.Martis hampir putus asa saat melihat wajah Arman yang sudah tidak dikenali lagi akibat pengaruh benda jahat tersebut. Namun, dia ma
"Ada apa Martis?" Mia menghampiri Martis."Arman telah tiada, Mia. Dia sudah mati." Suasana di sana seketika menjadi hening setelah mendengar Martis mengatakan kematian Arman.Sebenarnya, Arman sendiri sudah tau bahwa dirinya pasti akan mati jika parasit yang ada di keningnya dicabut dengan paksa."Martis, Bu-bukankah..., bukankah Arman tadi sudah membaik? Tapi kenapa sekarang ia malah mati?" tanya Mia."Kalau itu..., aku juga masih sedikit ragu dengan kenyataan ini. Apakah ada kaitannya kematian Arman ini dengan parasit? Benar! Aku yakin ini ada kaitannya.""Mari kita cari tahu lebih dalam tentang parasit tersebut," kata Martis sambil memusatkan pikirannya untuk mencari jawaban.Mia dan Martis segera meninggalkan pesta kecil itu dan bergegas mengumpulkan berbagai informasi tentang jenis parasit yang menyerang Arman setelah mengurus jenazah Arman. Mereka juga mempelajari sifat-sifat parasit, cara menghilangkannya, dan memutuskan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk men
"Artefak tersebut tentu saja akan kita bawa, Ibu. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui di esok hari. Mungkin saja artefak-artefak itu bisa membantu kita," jawab Lancelot dengan optimis."Baiklah, jika itu yang terbaik, mari kita siapkan segalanya. Semoga kita berhasil menemukan apa yang kita cari," ujar Mia, menyetujui rencana tersebut.Sementara itu, Martis tampak sedikit khawatir. "Kita harus berhati-hati. 'The Silent Hand' bukanlah lawan yang mudah. Mereka memiliki banyak sumber daya dan mereka pasti tidak akan segan-segan menggunakan semua cara untuk menghentikan kita. Aku tahu sekarang tujuan utama mereka adalah memanfaatkan kekuatan artefak demi kepentingan dan keuntungan mereka semata."Mereka semua mengangguk, mengetahui risiko yang mungkin mereka hadapi. Namun, mereka juga tahu bahwa mereka harus melakukannya. Mereka harus menemukan Sandi dan mengetahui kebenaran tentang 'The Silent Hand'."Baiklah, mari kita mulai persiapan kita. Semoga kita berhasil," ujar Martis, menga
Mereka bergerak cepat dan diam-diam, menyusuri koridor-koridor gelap markas 'The Silent Hand'. Mereka berusaha menghindari penjaga yang mungkin masih berada di dalam."Kita harus menemukan Sandi secepat mungkin," bisik Martis, memimpin mereka melalui labirin koridor. "Kita tidak tahu berapa lama sistem Lancelot bisa mengalihkan perhatian mereka."Mereka bergerak semakin dalam, melewati pintu-pintu tertutup dan ruangan-ruangan gelap. Mereka berhenti sesekali, mendengarkan apakah ada suara atau gerakan yang mencurigakan.Tiba-tiba, mereka mendengar suara jeritan yang jauh. "Itu Sandi!" seru Mia, wajahnya pucat. "Dia berada di sini, di dalam markas ini!"Tanpa membuang waktu, mereka berlari menuju sumber suara. Mereka menemukan sebuah pintu besar yang terkunci. "Sandi berada di balik pintu ini," kata Martis, mencoba membuka pintu tersebut."Tunggu, biar aku yang mencoba," kata Lancelot, mengeluarkan alat dari tas penyimpanan sistemnya. Dia mulai bekerja pada kunci, berharap bisa membukan
Saat mereka berusaha keluar dari markas 'The Silent Hand', tiba-tiba mereka melihat sekelompok anggota 'The Silent Hand' yang lain sedang mendekat. Mereka terjebak di antara musuh yang sedang berdatangan."Kita harus mencari jalan keluar!" seru Mia, mencoba mencari jalur yang aman.Martis, dengan kecepatan dan kekuatannya, membuka jalan untuk mereka dengan menghadapi anggota 'The Silent Hand' yang mendekat. Pukulan dan tendangan yang ia lepaskan membuat musuh terpental.Lancelot, dengan kecerdikannya, menggunakan perangkat-perangkat canggihnya untuk mengalihkan perhatian musuh dan menciptakan kesempatan bagi mereka untuk melarikan diri.Mereka berlari sekuat tenaga, melewati koridor-koridor yang gelap dan ruangan-ruangan yang terbengkalai. Setiap langkah mereka diikuti oleh teriakan dan serangan dari anggota 'The Silent Hand' yang mencoba menghentikan mereka.Namun, dengan kekuatan dan keberanian yang mereka tunjukkan, Martis, Mia, Sandi, dan Lancelot hampir berhasil keluar dari markas
"Tunggu!" seru sosok itu menghentikan laju mereka berempat."Siapa lagi ini?" tanya Mia."Tidak penting siapa sosok itu. Yang jelas, kita harus segera mengalahkannya. Dia adalah musuh kita," kata Martis dengan tegas."Sekarang aku mengerti mengapa kalian berlari. Kalian adalah pengguna biji setan seperti aku," Sosok setengah hewan itu tersenyum sinis."Benar sekali. Aku adalah musuh kalian, dan aku tidak akan membiarkan kalian menghalangi kami," jawab Martis.Mereka berempat bersiap-siap untuk bertarung, mengeluarkan kekuatan mereka dan bersiap menghadapi musuh yang menghadang mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah pertarungan yang penting untuk menyelamatkan diri pasukan 'The Silent Hand'.Dalam pertarungan yang sengit, mereka menggunakan kemampuan mereka dengan bijak, saling melindungi dan bekerja sama sebagai tim. Meskipun sosok setengah hewan itu kuat, Martis, Mia, dan Lancelot tidak menyerah. Mereka bertarung dengan tekad yang kuat dan tidak mengenal kata menyerah."Sosok orang ini
Mereka semua kembali menghadapi kelompok musuh baru dengan tekad yang kuat meskipun situasinya semakin sulit. Mereka tidak akan menyerah begitu saja."Kami tidak akan membiarkanmu menghalangi misi kami!" kata Mia dengan suara tegas."Kamu mungkin meremehkan kita, tapi kami tidak akan menyerah begitu saja. Kami pasti bisa keluar dari sini," tambah Martis dengan sikap yang penuh percaya diri.Lancelot menatap pria setengah hewan itu dengan tatapan tajam. "Kami siap melawanmu. Kekuatanmu tidak akan menghentikan kami. Kami ini sangat kuat."Mereka berempat lalu kembali bersiap untuk bertarung melawan kelompok musuh baru yang menghadang mereka. Mereka menggunakan kekuatan dan kemampuan mereka dengan bijak, saling melindungi dan bekerja sama sebagai tim.Pertarungan berlangsung sengit, dengan serangan dan pertahanan yang saling bergantian. Meskipun musuh mereka kuat, Martis, Mia, Lancelot, dan Sandi tidak menyerah. Mereka bertarung dengan tekad yang kuat dan tidak mengenal kata menyerah.Se
Mereka semua diam sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa mereka harus menemukan jalan keluar dari markas musuh sebelum mereka terjebak lebih dalam. Mereka tahu kapasitas dan batasan kekuatan tubuh mereka untuk bertarung. Jika mereka terus bertarung, bisa saja mereka akan kelelahan dan akhirnya kalah oleh musuh yang jumlahnya memang seperti tidak ada habisnya."Aku punya ide," kata Martis tiba-tiba. "Kita bisa mencoba menggunakan peta yang kita temukan sebelumnya. Mungkin ada petunjuk atau tanda-tanda yang bisa membantu kita menemukan jalan keluar."Semua orang setuju dengan ide Martis. Mereka mengeluarkan peta yang mereka temukan sebelumnya dan mulai mempelajarinya dengan cermat. Mereka mencari tanda-tanda atau petunjuk yang bisa membantu mereka menemukan jalan keluar.Setelah beberapa saat, Mia menemukan sesuatu. "Lihat! Di sini ada tanda panah yang mungkin ini menunjukkan jalan keluar. Sepertinya kita harus mengikuti jalur ini."Mereka semua mengikuti petunjuk da
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon