Martis membuka kotak hadiah yang diberikan sistem dan ternyata ada banyak benda-benda kecil berwarna transparan di dalamnya. Benda itu terasa sedikit lengket ketika disentuh. "Ririn, benda apa ini?" tanya Limdong.Tring!"Benda kecil berguna untuk menyadap.""Wah? Penyadap? Hem..., ternyata ada buku panduan cara menggunakannya. Baiklah, aku akan mempelajarinya terlebih dahulu," gumam Martis.Martis membuka lembaran buku kecil itu kemudian mempelajari bagaimana caranya menggunakan alat penyadap ini.Ternyata cara menggunakannya cukup sederhana. Alat ini sangat unik. Bisa dikendalikan sesuka hati oleh pemiliknya. Martis tidak menyangka kalau ia akan memiliki alat penyadap super hebat ini."Apa aku coba pada Mia saja besok ya?" gumam Martis."Eh, tidak, tidak! Kalau ia sampai tahu bisa bahaya! Dia pasti sangat marah padaku! Hiy...!" gumam Martis lagi.***Esok harinya, Martis pergi ke tempat Odele. Ia juga memberitahu pada Odele tentang Herupa. Odele nampaknya sangat tertarik dengan Her
Martis dan Mia akhirnya pergi menuju markas Herupa. Di sepanjang jalan, Mia nampak berseri-seri.Dan setalah tiba di markas Herupa, wajah Mia yang berseri-seri itu berubah menjadi cemberut. Itu karena Mia melihat adanya Selena dan Layla berada di sana.Tring!"Pengintai kembali datang!""Akhirnya dia datang juga. Baiklah, aktifkan teknik Sensorik!"Tring!"Teknik Sensorik telah diaktifkan!"Martis merasakan aura seseorang yang berbeda ketika menggunakan teknik Sensorik itu. Hanya butuh waktu beberapa detik saja ia langsung menemukan di mana posisi pengintai itu."Ketemu kau! Baiklah, aku akan meletakkan penyadap ini padanya," gumam Martis.Martis menjentikkan jarinya dan menggerakkan alat lenyap dan berhasil menempelkannya di bagian tubuh pengintai itu. Martis sempat merasa ragu apakah pengintai itu akan menyadari penyadap itu atau tidak.Namun, tiga puluh menit kemudian pengintai itu akhirnya pergi dan tidak menyadari dengan apa yang Martis lakukan tadi. Martis pun akhirnya merasa le
Tok, tok, tok...!Martis mengetuk pintu rumah Bobi untuk menghantarkan kue yang telah dipesan tadi. Ternyata ibu Bobi lah yang memesan kue di toko kue Marten."Ah? Bibi, ini aku menghantarkan kue pesanan Bibi," ucap Martis."Terima kasih Martis. Ini uangnya, kembaliannya kau ambil saja," ucap ibu Bobi. Namanya adalah Bibah."Tidak Bibi, aku sudah menyiapkan uang kembaliannya kok," jawab Martis.Dari dalam, Bobi memperhatikan Martis. Entah kenapa, Bobi merasa gugup. Bobi takut kalau Martis memang mencurigainya. Bobi pun menguping pembicaraan Martis dan Bibah."Oh iya Bibi, ke mana Paman?" tanya Martis.Ketika mendengar pertanyaan itu, wajah Bibah menunduk. Martis merasa ada yang tidak beres dengan ekspresi yang ditunjukkan Bibah."Suamiku sedang di rawat di Rumah Sakit. Dia sebenarnya harus segera dioperasi. Tapi...," jawab Bibah."Maafkan aku Bibi, aku tidak tahu akan hal itu. Kalau begitu aku kembali ke toko kue dulu," ucap Martis.Kemudian Martis kembali ke toko kue ayahnya."Apaka
Akhirnya Martis kembali lagi ke toko kue Marten. Kali ini, hatinya merasa lega."Ini juga termasuk tugas kami, Herupa! Kami akan menolong siapapun tanpa pandang bulu," gumam Martis.***Sore harinya, Martis penasaran dengan apa yang akan Bobi lakukan. Martis pun kembali menghubungkan alat penyadap dengan sistem miliknya. Ternyata Martis melihat kalau Bobi sedang berada di markas Bos Kelitih yang kemarin. Martis melihat kalau ada banyak sekali anggota Kitih di tempat itu. Ternyata tempat itu memang benar-benar markas salah satu Bos Kelitih. Dan itu adalah Bos Kelitih distrik lima. Bos Kelitih distrik lima sangat dikenal dengan kelicikannya. Ia akan melakukan segala cara untuk melancarkan rencana dan meraih apa yang ia inginkan."Bobi! Apa maksudmu?! Kau mau berhenti bekerja untuk kami?!" tanya Bos Kelitih itu. Nampaknya ia marah karena Bobi mengatakan ingin berhenti menjadi mata-mata mereka."Dengarkan aku dulu Bos. Aku mau berhenti karena aku sudah mendapatkan uang untuk biaya operas
Martis awalnya ingin memberitahukan hal ini pada Odele, tapi setelah ia pikir ulang akhirnya tidak jadi. Karena jika Mia tahu, Martis yakin kalau Mia pasti akan ngotot ingin ikut dengannya. Martis tidak mau membahayakan Mia.Martis memutuskan untuk membawa Herupa bersamanya. Martis berpikir lagi kalau ia dikepung seperti biasanya maka akan ada Herupa yang akan membantunya.Akhirnya Martis sampai di markas Herupa. Martis menyuruh Dafantri untuk mengumpulkan semuanya. Dan setelah berkumpul, Martis hanya mengatakan kalau hari ini mereka akan pergi menumpas kejahatan.Wajah semua anggota Herupa justru terlihat senang. Mereka semua merasa senang karena akhirnya mereka bisa membantu Martis menumpas kejahatan."Apakah semuanya sudah siap? Dengarkan aku teman-teman, ini adalah pertarungan yang berbahaya. Jadi, sebisa mungkin kalian jangan sampai memaksakan diri. Kalau dirasa tidak mampu melawan lagi, kalian harus mundur dan pergi," ucap Martis."Tenang saja Martis, kami tidak akan kalah!" jaw
Dari dalam ruangannya, Bos Kelitih distrik lima ternyata mendengar adanya suara keributan dari luar."Apa yang terjadi di luar? Kenapa berisik sekali?" tanyanya."Akan aku lihat dulu, Bos," jawab anak buahnya.Brak!Namun saat anak buah itu ingin membuka pintu, pintu itu di dobrak oleh Martis dari luar.Bam...!Bugh!Martis langsung maju dan memukul salah satu anak buah itu sampai tubuhnya membentur tembok.Pukulan Martis benar-benar membuat orang itu langsung tak sadarkan diri."Jadi ini kekuatan teknik Golem tingkat menengah baruku? Hahahaha..., kuat sekali ternyata," gumam Martis. Martis memandangi tinjunya sendiri."Siapa kau?! Berani-beraninya ka-"Brak!Bugh!Bugh!Bugh!Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Martis ternyata maju dan mengincar wajah Bos Kelitih distrik lima. Namun nampaknya Bos Kelitih distrik lima ini memiliki reflek yang baik.Bam!Ia menahan pukulan Martis. Ia juga langsung melompat dan menghindar.Brak!Boom!Martis mengejarnya dan memukul lagi. Tapi lagi-lag
Boom!Ketika Martis maju ternyata Bos Kelitih itu juga maju. Mereka saling beradu tinju. Ada suara ledakan beberapa kali ketika tinju mereka saling beradu.Boom, boom, boom...!"Makan ini!" teriak Bos Kelitih distrik lima.Ia memusatkan seluruh energinya pada kepalan tinju. Kemudian menghantamkannya ke tubuh Martis.Bam!Bruk!Namun Martis menahan hanya dengan tangan kirinya saja.Brak!Bugh!Martis mengepalkan tangannya dan membalas. Martis mengarahkan tinjunya itu ke arah wajah Bos Kelitih distrik lima.Brak!Namun pukulan Martis kembali di tangkis.Bugh!Bos Kelitih distrik lima kembali menyerang Martis.Buk!Martis kali ini menggunakan lututnya untuk menyerang. Gerakan Martis yang sangat cepat tidak sempat terlihat oleh Bos Kelitih distrik lima.Bam!Gedebugh!Tubuh Bos Kelitih distrik lima terpental dan menabrak sebuah tembok bangunan yang ada di sekitar."Cih! Ini masih belum!" ucap Bos Kelitih distrik lima Ia kembali bangkit dan melesat ke arah Martis.Bugh!Bugh!Bugh!Nampak
Bugh!Brak!Bugh!Brak!Dengan posisi sebelah tangan memegang ponsel, Martis dengan santainya menangkis beberapa kali pukulan dari Bos Kelitih distrik lima itu."Kurang ajar...!" teriak Bos Kelitih distrik lima marah. Ia sangat kesal karena merasa diremehkan oleh Martis."Bibi, bisakah kita lanjutkan nanti saja? Aku sedang sibuk. Aku merasa tidak sopan ketika sedang berhadapan dengan seseorang sambil bermain ponsel," ucap Martis.Bugh!Bugh!Bugh!Martis melihat ke arah Bos Kelitih distrik lima kemudian melancarkan tiga kali pukulan berturut-turut. Dan ketiga pukulan itu berhasil ia daratkan tepat di wajah Bos Kelitih distrik lima.Bam!Gedebugh!Tubuh Bos Kelitih distrik lima akhirnya terpental. Ia juga merasakan sakit di wajahnya. Padahal, pukulan Martis tadi tidak sekuat ini. Yah..., karena sejak awal Martis belumlah menggunakan Booster."Bibi, aku sedang sibuk, oke?" ucap Martis. Ia masih belum juga menutup panggilan telepon dari Odele.Ternyata sangat kebetulan sekali. Odele hari
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te