Bugh!Brak!Bugh!Brak!Dengan posisi sebelah tangan memegang ponsel, Martis dengan santainya menangkis beberapa kali pukulan dari Bos Kelitih distrik lima itu."Kurang ajar...!" teriak Bos Kelitih distrik lima marah. Ia sangat kesal karena merasa diremehkan oleh Martis."Bibi, bisakah kita lanjutkan nanti saja? Aku sedang sibuk. Aku merasa tidak sopan ketika sedang berhadapan dengan seseorang sambil bermain ponsel," ucap Martis.Bugh!Bugh!Bugh!Martis melihat ke arah Bos Kelitih distrik lima kemudian melancarkan tiga kali pukulan berturut-turut. Dan ketiga pukulan itu berhasil ia daratkan tepat di wajah Bos Kelitih distrik lima.Bam!Gedebugh!Tubuh Bos Kelitih distrik lima akhirnya terpental. Ia juga merasakan sakit di wajahnya. Padahal, pukulan Martis tadi tidak sekuat ini. Yah..., karena sejak awal Martis belumlah menggunakan Booster."Bibi, aku sedang sibuk, oke?" ucap Martis. Ia masih belum juga menutup panggilan telepon dari Odele.Ternyata sangat kebetulan sekali. Odele hari
Martis membelalakkan matanya ketika melihat ke layar ponsel miliknya. Ternyata, lokasi yang Odele kirimkan itu tepat di lokasi di mana Martis berada saat ini."Hahahaha..., hahahaha...!" Martis pun tertawa.Teman-teman Martis heran ketika melihat Martis yang tiba-tiba tertawa terbahak ketika melihat layar ponselnya.Dafantri yang penasaran, kemudian ia mendekati Martis dan bertanya apa yang membuat Martis tertawa sangat senang seperti itu."Martis, ada apa? Kenapa kau terlihat sangat senang begitu?" tanya Dafantri yang memang penasaran."Hahahaha...! Dafantri, akhirnya Herupa akan mendapatkan bayaran pertama kita! Lihatlah ini," jawab Martis. Martis memeluk bahu Dafantri dan memperlihatkan isi pesan dari Odele yang ada di ponselnya."Eh? Apa maksudmu, Martis?" tanya Dafantri.Kemudian Martis menjelaskannya pada Dafantri dan anggota Herupa yang lainnya."Hahahaha...!"Mereka semua akhirnya ikut tertawa setelah mendengar penjelasan dari Martis.Dafantri bahkan sampai meneteskan air mata
Martis tidak sadar kalau sejak tadi ada dua orang gadis yang mencarinya. Dua gadis itu tentu saja Selena dan Layla. Martis mengirimi mereka pesan semalam dan memberitahu kalau hari ini akan ada pesta makan di markas Herupa.Sedangkan Martis, masih dengan santainya mengobrol bersama Hani. Sesekali Hani dan Martis terlihat tertawa kecil."Itu dia! Akhirnya ketemu juga. Tapi..., siapa Gadis itu?" ucap Layla."Hah?! Kenapa bertambah satu lagi sainganku?!" ucap Selena. Selena keceplosan."Selena! Jadi, kau memang benar-benar mengincar Martis juga?!" tanya Layla."Te-tentu saja..., memangnya kenapa?!" ucap Selena."Huft..., aku sudah menebak kalau akan ada banyak wanita yang menyukainya," ucap Layla.Kemudian Layla dan Selena berjalan menghampiri Martis."Martis...," ucap Layla. Layla langsung duduk di samping Martis."Layla? Selena...?" ucap Martis."Siapa dia? Apakah dia pacar barumu?" tanya Selena. Selena menatap lekat-lekat ke arah Hani.Bur...!Kali ini Hani yang menyemburkan minuman
Martis akhirnya terselamatkan dari pertanyaan Mia karena ponselnya berdering."Eh? Mi-mia..., ponselku berbunyi," ucap Martis."Apa kau menganggapku tuli?! Tidak perlu kau katakan juga aku sudah tahu!" ucap Mia."A-aku lihat dulu siapa yang meneleponku," ucap Martis."Halo, Bibi?" ucap Martis.Ternyata yang menelepon adalah Odele. Sontak Mia yang tadi menggerutu langsung diam seketika. Nampaknya Mia sudah benar-benar dididik ala militer oleh Odele. Dan lihat saja sikapnya kepada Martis sekarang. Sangat jauh berbeda dari sikapnya yang dulu."Martis, maafkan Bibi tidak bisa datang ke acara pesta makan Herupa. Tapi Bibi sudah mengutus Mia untuk mewakilkan Bibi. Bibi sedang sibuk mengurus Bos Kelitih yang kemarin kalian kalahkan," ucap Odele."Bibi, aku mengerti kok. Tapi Bibi, kenapa Bibi tidak menyuruh Mia membawa Odanto? Padahal aku merindukannya," ucap Martis."Eh? Kau tidak bertemu dengannya? Aku sudah mengijinkannya pergi bersama Mia kok," ucap Odele."Eh? Benarkah? Kalau begitu nan
"Tapi apa, Martis?" tanya Mia."Em..., tidak. Tidak ada apa-apa kok. Kalau begitu baiklah, besok kita akan menempelkan spanduk di depan pintu gerbang. Aku mohon kerja samanya dari kalian," ucap Martis.Martis akhirnya menyetujui ide dari teman-temannya ini.Martis tadi berpikir, jika Layla dan Selena benar-benar ingin ikut andil bersama Herupa, maka Martis akan sering bersama mereka di markas Herupa.***Keesokan harinya Martis meminta tolong pada Dafantri agar menempelkan spanduk di depan gerbang. Di spanduk itu tertuliskan bahwa siapa saja yang ingin berdonasi, bisa menitipkannya pada Herupa.Ternyata warga di sekitar sangat antusias ketika berjalan dan membaca spanduk di depan gerbang halaman markas Herupa.Baru saja sepuluh menit spanduk itu di pasang, sudah ada sepasang suami istri yang datang dan memberikan sebuah amplop. Sepasang suami istri itu meminta tolong untuk memberikannya pada anak yatim piatu atau fakir miskin. Amplop itu terlihat cukup tebal. Pasti uang yang ada di da
Jendral Sabo mengatakan kalau ia akan menggunakan kekuasaannya di pasukan Keamanan Pemerintah untuk menekan pasukan yang dipimpin oleh Jendral Valdo.Jendral Sabo mengatakan rencana apa yang telah mereka susun.Debi, Veron, Josh dan juga Kenan adalah Bos Kelitih di tiap distrik yang tersisa. Mereka mendengarkan dengan baik rencana yang dikatakan oleh Jendral Sabo.Dan Bos Besar juga mengatakan kalau mereka harus bergerak secepatnya. Karena Jendral Sabo saat ini juga sudah melakukan pergerakan.***Di tempat Jendral Valdo berada, ia tengah berdiskusi dengan Letnan Odele dan beberapa Letnan lainnya. Jendral Valdo mengumpulkan anak buah yang memang benar-benar setia dan berpihak padanya."Jadi Jendral, apa yang harus kita lakukan? Nampaknya pasukan yang dipimpin Jendral Sabo memang benar-benar berkolusi dengan Bos Besar Kelitih," ucap Odele."Aku juga sedang berpikir. Kalian bantu aku memikirkan bagaimana caranya menghadapi Jendral Sabo itu. Kalau kita melawan pasukan yang dipimpin Jendr
Hari ini, Bos besar Kelitih memerintahkan Debi dan yang lainnya untuk menyerang Martis. Mereka sudah mendapatkan informasi yang akurat tentang keberadaan Martis.Dan ketika siang harinya, markas Herupa benar-benar dikepung oleh ratusan Kelitih. Ratusan Kelitih itu dipimpin oleh Debi dan tiga orang lainnya.Sedangkan Tentara bayaran dan anggota Herupa, jika dijumlahkan hanya ada sembilan puluh orang. Perbedaan jumlah antara mereka cukup banyak. Tapi Tentara bayaran dan Herupa tidak gentar sedikitpun."Di mana Martis?! Cepat suruh dia keluar! Jika ia menyerahkan dirinya sekarang, kami tidak akan menyerang kalian!" teriak Debi."Martis tidak ada di sini!" jawab Letnan Roki."Wah, rupanya kalian memiliki Tentara bayaran ya? Hahahaha...! Tapi sayang, hanya dengan jumlah segelintir orang ini, tidak akan mampu menghadapi kami," ucap Veron."Jadi, di Mana Martis?!" tanya Kenan."Martis? Bukankah Martis adalah Ayahmu?" ucap Dafantri."Hahahaha...!" Terdengar suara gelak tawa para Herupa dan T
Martis tadinya berniat untuk menghadapi keempat orang Bos Kelitih itu sendirian. Namun Letnan Roki mengatakan ingin membantunya."Martis, aku tahu kau itu kuat. Tapi, aku juga ingin bertarung. Kalau aku hanya diam saja, sama saja aku makan gaji buta. Pamanmu sudah membayar kami. Jadi kami harus melakukan sesuatu untuk menolongmu. Kalau begitu, kita bagi dua saja. Aku melawan dua orang, dan kau juga lawan dua orang lainnya. Bagaimana?" ucap Letnan Roki."Boleh juga. Kalau begitu baiklah, aku maju!" jawab Martis.Bam!Bugh!Bugh!Bugh!Martis maju untuk menyerang Debi dan Veron."Jangan sombong!" teriak Debi.Boom!Debi balas menyerang Martis menggunakan kekuatan elemen api miliknya.Nyes...!"Aktifkan perisai penetral elemen!" gumam Martis.Tring!"Perisai elemen diaktifkan."Martis mengaktifkan perisai penetral elemen. Mata Debi terbelalak ketika pertama kali melihat kemampuan Martis yang dapat melenyapkan serangan kekuatan elemen miliknya dengan mudah."Sudah aku duga! Jadi, kemampua