Orang yang muncul dari balik portal itu adalah seorang prajurit legendaris bangsa Miara. Dia dikenal karena keberaniannya dan kekuatan yang luar biasa. Prajurit ini adalah teman lama dari orang Miara yang Martis hadapi tadi dan mereka memang selalu berjuang bersama dalam banyak pertempuran.Prajurit legendaris itu bernama Grogolan. Dan dengan zirah perangnya yang berkilauan serta pedang besar di tangannya, ia melangkah keluar dari portal. Wajahnya yang tegas dan tatapan matanya yang tajam membuat Martis merasa terintimidasi."Hey kau," kata Grogolan dengan suara yang dalam dan berwibawa, "Kau tidak akan bisa melukai temanku lagi!"Dengan itu, Grogolan melangkah maju guna bersiap untuk menghadapi Martis dan berupaya melindungi temannya yang mengirim sinyal darurat.Akan tetapi, setelah Grogolan, ada dua orang lainnya juga yang muncul dari portal. Mereka adalah Leri dan Rayon, dua sahabat yang selalu berjuang bersama Grogolan.Leri adalah seorang penyihir muda yang dikenal karena kekuat
Martis merasa lega saat teknik rahasia tersebut berhasil diaktifkan. Ternyata teknik itu adalah teknik yang mampu menciptakan golem."Yosh...! Teknik ini berhasil aku gunakan dengan baik. Aku akan menyempurnakannya," ucap Martis yang nampak bersemangat.Kemudian, Golem yang ada di dekatnya langsung berubah menjadi sosok yang lebih besar dengan lengan dan kaki yang lebih panjang. Tidak hanya itu, ada juga penambahan kekuatan dan kecepatan dari golem tersebut."Bagaimana bisa!? Itu adalah Golem!" ucap Leri dengan kedua mata terbelalak. Begitu juga dengan kedua musuh Martis yang lainnya juga, mereka merasa terkejut atas kehadiran sosok Golem yang tiba-tiba muncul entah dari mana."Benar, bagaimana bisa seorang manusia menghadirkan Golem dalam sekejap seperti ini!? Kurang ajar! Golem itu adalah makhluk suci! Tidak pantas bagi seorang manusia rendahan seperti kalian memanfaatkan kekuatannya!" Entah kenapa, Grogolan nampak sangat marah saat melihat Martis dapat mengendalikan Golem dengan beb
Dengan nafas yang terengah-engah, Martis berusaha menenangkan dirinya. Ia harus berpikir jernih di tengah situasi yang kacau ini. Ia menatap tajam ke arah Rayon, Leri, dan Grogolan, yang tampaknya semakin kuat dengan setiap detik yang berlalu.'Tidak ada pilihan lain,' gumam Martis pada dirinya sendiri. Ia kembali melangkah maju untuk menghadapi ketiga musuhnya."Kalian mungkin berpikir bahwa kalian adalah makhluk suci, tetapi kalian lupa satu hal," kata Martis, suaranya bergema di seluruh area. "Kita semua ini sama. Kita semua memiliki kekuatan dalam diri kita. Dan aku akan membuktikannya."Dengan itu, Martis melepaskan kekuatan yang sejak tadi ia coba redam. Cahaya terang kemudian memancar dari tubuhnya, menyilaukan mata semua orang di sana. Ketiga musuhnya terkejut sampai tak sadar kalau tubuh mereka bergetar dan mundur beberapa langkah.Martis melihat ini sebagai kesempatan. Ia melompat maju, menyerang dengan kekuatan penuh. Pertarungan sengit pun dimulai.Sementara itu, di tempat
"Wah, serangan diam-diam ya? Itu tidak adil!" Martis berteriak, berbalik cepat dan mengangkat perisai transparannya untuk menangkis serangan tersebut. Meski terkejut, Martis tetap tenang dan terkontrol. Dia tahu, dalam pertempuran, keseimbangan emosi sangat penting."Kau benar, kami memang menganggapmu rendah. Tapi, kau telah membuktikan bahwa kami salah. Kau lebih kuat dari yang kami pikirkan," ucap Grogolan, terdengar agak terkejut dan menghargai."Terima kasih atas pengakuanmu. Tapi, pertempuran ini belum selesai," balas Martis, tersenyum tipis. Dia tahu, ini baru permulaan. Dia harus tetap waspada dan siap untuk serangan berikutnya.Lalu Grogolan dan kedua temannya terlihat aneh. Mereka yang semula berjarak agak jauh tiba-tiba saling mendekat seperti akan melakukan sesuatu."Ayo, kita lakukan," ucap Grogolan yang kemudian dijawab anggukan kepala oleh Leri dan Rayon.'Apa yang akan mereka lakukan? Kenapa aku memiliki firasat buruk kali ini?' gumam Martis bertanya pada dirinya sendi
"Wah, ini semakin bahaya!" Martis berteriak, wajahnya bersinar dengan semangat dan antusiasme. Meski orang Miara itu menyerang balik, Martis tidak takut. Dia tahu, dia harus tetap berjuang, tidak peduli seberapa sulitnya.Orang Miara itu mungkin kuat, tapi Martis tahu dia juga kuat. Dia telah melatih dirinya sendiri, mempersiapkan diri untuk pertempuran seperti ini. Dia tahu, dia harus menggunakan semua kekuatan dan keterampilan yang dia miliki untuk mengalahkan orang Miara itu."Kau mungkin kuat, orang Miara, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja!" Martis berteriak, lalu melompat maju, siap untuk melanjutkan pertempuran.Di sela Martis dan orang Miara sedang bertarung, ternyata ada seseorang yang diam-diam memperhatikan jalannya pertarungan mereka berdua. Orang itu tak lain adalah kakek Martis. Kakek Martis tidak sendirian, ia bersama temannya. Awalnya teman kakek Martis ingin maju dan membantu Martis. Tapi ia mengurungkannya karena ditahan oleh kakek Martis karena ia ingin melihat
Jackson adalah seorang pejuang yang terkenal di kalangannya. Dia dikenal karena kecepatan dan kekuatannya yang luar biasa, tetapi yang paling menonjol adalah kemampuan khususnya. Jackson memiliki kemampuan untuk memanipulasi waktu. Dalam pertempuran, dia bisa melambatkan waktu di sekitarnya, memberinya keuntungan untuk menyerang atau bertahan dari serangan musuh.Namun, kemampuan ini memiliki batasannya. Jackson hanya bisa memanipulasi waktu selama beberapa detik dan membutuhkan waktu untuk memulihkan energinya. Oleh karena itu, dia harus menggunakan kemampuannya dengan bijaksana.Di masa lalu, pada suatu hari, Jackson pernah mengalami dan berada dalam situasi yang sangat sulit. Dia berhadapan dengan musuh yang sangat kuat dan tampaknya tidak ada jalan keluar. Tiba-tiba, dia merasakan dorongan energi yang kuat dan memutuskan untuk menggunakan kemampuan perjalanan waktunya. Padahal ini adalah sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.Kala itu, Jackson menutup kedua matanya dan
Kakek Martis menghentikan Jackson yang akan maju mendekati Martis saat sedang melawan orang Miara dengan tatapan tajam, "Jackson, Dakjal bukanlah musuh sembarangan yang bisa mudah ditaklukkan. Dahulu kala, kata kakekku sudah ada banyak orang hebat yang telah mencoba mengalahkannya dan mereka semua gagal. Kita harus berhati-hati dan merencanakan segala sesuatunya dengan matang. Dakjal ini makhluk legendaris yang dikatakan telah hidup ribuan tahun lalu.""Tapi aku tidak tahan melihat orang-orang menderita akibat ulah Dakjal. Kita harus melakukan sesuatu secepatnya." Jackson ingin membantah kakek Martis, namun nampaknya kakek Martis kali ini benar-benar tidak akan melepaskan Jackson.Kakek Martis kemudian mengambil sebuah buku lama dari tas kecil yang ia bawa dan membalik halaman. Ia mencari sesuatu yang mungkin bisa membantu mereka. "Jackson, tenanglah. Coba kau lihat ini. Aku menemukan referensi tentang 'Legenda Pedang Tujuh Bintang'. Pedang ini konon mampu mengalahkan kekuatan jahat D
Karena merasa penasaran, akhirnya Jackson dan Martis memutuskan untuk mengikuti kakek Martis untuk melakukan riset penelitian tentang 'Pedang Tujuh Bintang'. Dan untungnya, Martis memiliki banyak rekan yang memberikannya izin untuk mengakses perpustakaan besar di setiap negara Aliansi.Setelah seminggu melakukan riset, Jackson dan Martis akhirnya mendapatkan informasi tentang kelompok yang membawa pedang tersebut. Mereka tersembunyi di wilayah pegunungan yang terpencil dan sulit diakses, sehingga Jackson dan Martis harus pergi ke sana dengan hati-hati dan harus berpenampilan rapi untuk menunjukkan bahwa mereka berhak menggunakan kekuatan dari pedang legendaris yang tengah mereka cari keberadaannya ini. Yah, walaupun sebenernya Martis merasa aneh dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Tapi mau tidak mau, ia harus mengenakannya. Pakaian yang Martis anggap kuno ini sebenarnya juga sebagai simbol bahwa Martis bukanlah orang biasa.Kemudian saat ini, setelah melakukan perjalanan selama b
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon