Martis melihat jam tangan spesial yang ada di tangan kirinya. Martis terkejut!Ternyata jam tangan itu juga bisa menunjukkan perasaan Martis terhadap orang lain dan begitu juga sebaliknya."Perasaan cintaku pada Mia delapan puluh persen? Eh...? Mia juga memiliki persentase yang sama. Apakah..., kami...?" gumam Martis.***Hari ini Martis kembali diperintahkan oleh Odele untuk pergi ke tempat yang lain lagi. Perjalanan Martis kali ini akan memakan waktu beberapa jam. Karena jarak distrik enam dengan distrik delapan terbilang cukup jauh.Awalnya Martis bersikeras ingin pergi sendirian. Tapi, lagi-lagi Mia meminta Odele agar ikut pergi bersama Martis. Sempat ada perdebatan diantara mereka beberapa saat.Odele menanggapinya dengan senyuman. Odele mengerti apa yang ada di dalam otak Mia dan juga Martis.Mia yang khawatir dengan Martis, jadi dia ingin ikut pergi dan membantu Martis jika ia terluka. Tapi, Martis yang juga khawatir akan Mia. Sebenarnya Martis tidak mau melibatkan Mia dalam pe
Ketika panggilan telpon tersambung, Martis terkejut karena mendengar suara Layla yang sedang menangis."Martis.., hiks, hiks, hiks, to-tolong aku..., tolong Ayahku," ucap Layla."Eh? Layla, ada apa? Kenapa kau menangis? Tenangkan dirimu dan ceritakan perlahan," ucap Martis.Lewat panggilan telpon itu, Layla menjelaskan keadaan yang telah terjadi. Martis akhirnya mengerti. Martis juga merasa bersalah. Ini juga berkaitan dengan dirinya yang memberi pelajaran pada Agus kala itu.Martis tidak menyangka kalau Kris akan membatalkan perjodohan Layla dengan Agus. Alasan Kris karena Agus tidak becus menjaga Layla.Agus yang tidak terima akhirnya melakukan hal bodoh. Hal terbodoh yang Agus lakukan adalah menjalin kerja sama dengan salah satu Bos Kelitih. Tepatnya adalah Bos Kelitih distrik enam.Mia yang ada di samping Martis pun mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Layla dan Martis. Karena Martis sengaja membesarkan volume ponselnya agar Mia bisa mendengar percakapan mereka berdua. Sebenarny
Yang tak disangka oleh Martis adalah tindakan Mia."Hey...! Kalian..., para Kelitih! Keluarlah!" teriak Mia.Martis langsung menarik lengan Mia."Mi-mia..., apa yang kau lakukan?" bisik Martis."Bukankah kita ingin menghajar Kelitih? Langsung saja panggil mereka keluar. Jadi kita tidak perlu repot-repot mencarinya bukan?" jawab Mia dengan entengnya."Ka-kamu..., haish...! Mia, Mia...," ucap Martis sambil menghela nafasnya.Tak lama kemudian."Siapa kalian?!" tanya salah satu Kelitih.Ternyata teriakan Mia yang barusan sangatlah efektif. Banyak Kelitih yang sudah datang dan berkerumun di sana."Tidak perlu tanya siapa kami. Ayo, maju!" teriak Mia.Plak!Martis menepuk jidatnya sendiri."Alamak...! Mia, huft," ucap Martis.Awalnya Martis hanya ingin menyelinap dan mencari di mana Bos Kelitih distrik enam. Martis juga awalnya berniat hanya ingin langsung melawan Bosnya. Tapi rencananya kacau gara-gara tindakan Mia.Padahal, dulu sikap Mia tidaklah seperti ini. Mia itu anak yang kalem dan
Kemudian Martis menyerbu masuk ke dalam kerumunan para Kelitih.Brak, brak, brak!Bugh!Bugh!Bugh!Martis memukul semua Kelitih yang ada di hadapannya.Dor, dor, dor!Ternyata Mia juga tidak mau kalah. Mia menembakkan senjata apinya kepada para Kelitih yang mencoba menyerang Martis dari jarak jauh menggunakan kekuatan elemen mereka.Mia juga berhasil menembak bahu, lengan, maupun lutut para Kelitih itu."Bagus Mia!" teriak Martis."Oke!" jawab Mia mengacungkan jempolnya.Karena mendengar adanya keributan, akhirnya Bos Kelitih distrik enam bertanya pada anak buahnya."Ada apa itu? Kenapa tadi aku mendengar seperti ada letusan tembakan senjata api?" tanya Bos distrik enam."Lapor Bos! Sepertinya ada pengacau di daerah kita," jawab anak buahnya."Cih! Cepat bereskan. Bunuh para pengacau itu!" ucap Bos distrik enam.Bugh!Tetapi ada salah satu anak buahnya lagi yang datang. Tubuhnya sudah berlumur darah dan penuh luka. Ia langsung tersungkur di depan Bos distrik enam."La-lapor Bos! Ka-k
Bos Kelitih yang menguasai distrik enam akhirnya berhasil Martis temukan. Tapi sayangnya, masih ada puluhan orang Kelitih lagi yang berada di sana."Apakah kau Bos nya?" teriak Martis bertanya."Kurang ajar! Kalau iya memangnya kenapa?!" jawab Bos distrik enam dengan sinis."Mia, kau minggir saja dulu ke sana. Dan kau harus berhati-hati. Kau boleh menembak kepala mereka jika nyawamu benar-benar terancam. Apa kau mengerti?" bisik Martis pada Mia."Me-mengerti Martis. Ta-tapi...," jawab Mia."Sudahlah. Kau jangan takut. Inilah resikonya kau bersikeras mengikuti aku untuk pergi. Apa kau kapok?" tanya Martis."Tidak!" jawab Mia tegas. Padahal tadi ia terlihat ragu-ragu. Namun ekspresinya bisa berubah dalam sekejap saja. Wanita memang luar biasa!Boom, boom, boom!Ternyata Kelitih-kelitih itu kembali menyerang Martis. Martis dengan sigap menghindarinya dan kemudian Martis juga membalas serangan-serangan itu.Jelegar!Martis menggunakan kekuatan elemen petirnya dan menyambar tiga orang Keli
Martis kembali dihadapkan dengan belasan Kelitih. Tapi tingkatan belasan orang Kelitih ini memang berbeda dari Kelitih yang lainnya. Bisa dibilang mereka adalah orang kepercayaan Bos Kelitih distrik enam.Bugh!Bugh!Bugh!Martis kembali dibuat sibuk oleh belasan orang itu. Martis belum sempat membalas karena tidak diberi kesempatan untuk menyerang balik."Mereka cukup kuat. Aku tidak boleh lengah," gumam Martis.Blar!Jedar!Bur...!Brush...!Siuw, brak!Ruangan tempat mereka bertarung langsung nampak kacau. Properti yang ada di ruangan itu satu persatu hancur akibat terkena serangan mereka yang sedang bertarung.Dor...!Mia yang berada cukup jauh di belakang Martis juga membantu Martis menembak salah Kelitih itu."Argh...! Sial!" teriak salah satu Kelitih.Rupanya Mia berhasil menembak lutut salah satu Kelitih.Kemudian Martis melihat kalau ada dua orang Kelitih yang ingin menyerang Mia."Lawan kalian adalah aku! Hiyat...!" teriak Martis.Martis maju dan menghadang dua orang Kelitih
Mia akhirnya lega ketika melihat Martis yang masih berdiri tegak. Serangan yang ia terima ternyata tidak mempan."A-apa itu? Kenapa dia baik-baik saja?" ucap salah satu Kelitih."Ba-bagaimana mungkin...?" tanya temannya yang satu lagi.Trap!Martis kemudian melompat.Bugh!Bugh!Bugh!Martis memukul perut kelima Kelitih itu. Jangan ditanyakan lagi seberapa kuatnya pukulan itu. Karena Martis menggunakan kekuatan tubuh Golemnya.Brak, brak, brak!Tubuh para Kelitih itu terpental ke atas udara.Siuw..., bam!Cras, crash, crash...!Martis menyambarkan kekuatan elemen petirnya pada tubuh kelima Kelitih itu. Alhasil, mereka semua langsung pingsan karena tidak kuat menahan Sambaran petir milik Martis.Gedebugh, gedebugh, gedebugh...!Tubuh kelima orang Kelitih kepercayaan Bos distrik enam itu akhirnya jatuh ke lantai dan tidak lagi bergerak.Plak!Martis menepuk keningnya sendiri."Astaga...! Aku berlebihan! Huft, maafkan aku," ucap Martis. Martis kemudian membungkuk ke arah tubuh kelima Kel
Bam!Martis meninju wajah Bos Kelitih distrik enam. Tapi ternyata Bos Kelitih itu justru berniat mengadu tinjunya dengan tinju Martis.Krak!Alhasil, pergelangan tangan Bos Kelitih distrik enam benar-benar patah! Hantaman tinju Martis sangatlah luar biasa!Bugh!Bugh!Bugh!Martis tidak mau kehilangan kesempatan. Inilah saatnya bagi Martis untuk menyerang.Bam, bam, bam!Brak, brak, brak!Bugh!Bugh!Bugh!Krak!Martis memukuli Bos Kelitih distrik enam tanpa belas kasih. Dan Martis kembali menggila. Terdengar ada suara dari beberapa tulang Bos Kelitih distrik enam yang patah. Yang pertama patah adalah tulang bagian hidungnya. Kemudian disusul lagi dengan gigi-giginya. Martis memukul wajahnya bahkan sampai rahangnya bergeser!"Martis! Martis...!" Mia berteriak. Namun nampaknya tidak didengar oleh Martis."Gawat! Martis menggila seperti kemarin lagi!" gumam Mia. Mia mulai khawatir dengan Martis.Dan Mia pun memutuskan untuk mendekati Martis."Stop! Mia, aku baik-baik saja kok," ucap Mar
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te