Ares duduk dibawah pohon dengan santai menghadap hutan mati. Dia mengawasi Tanya yang sedang berkonsentrasi mempertahankan energi kehidupan di tubuhnya. Meskipun begitu, Tanya tetap kehilangan banyak energi dan tubuhnya kian melemah. Ares meminta Tanya untuk beristirahat secara bertahap. Dia memberikan energinya lagi dan lagi pada gadis tersebut. Secara berkala mereka melakukan kegiatan yang sama. Berulang-ulang juga Tanya menjadi lemas dan sakit kepala saat Ares memberinya energi. "Ini sangat menyiksa," runtuk Tanya membaringkan tubuh di rerumputan menatap langit yang hanya berisi awan gelap. "Ini baru kelingking. Kita akan melakukannya secara bertahap. Mulai satu jari sampai seluruh tubuh Nona bisa bertahan di kasawasan hutan mati."Tanya mengerutkan alis dan berucap, "Kau memberiku banyak energi di latihan ini. Apa energimu tidak akan habis?""Aku seorang dewa dan aku memiliki energi tanpa batas.""Pasti sangat menyenangkan menjadi dirimu," imbuh Tanya mengalihkan pandangan pada
Seperti yang Tanya jelaskan. Kawasan yang bisa manusia tinggali di bumi hanya mencakup separuh bagiannya saja. Sebagiannya lagi adalah kawasan tidak terjamah karena menjadi habitat monster berbahaya. Ares penasaran apa yang dapat dilakukan manusia untuk menahan laju pertumbuhan mereka. "Bagaimana kalian mengatasi jumlah manusia yang kian banyak? Jumlah orang yang hidup seharusnya mendorong manusia untuk menambah luas kawasan hidup juga.""Ada kelompok ahli beladiri yang bertugas menginvasi kawasan-kawasan tertentu. Karena tidak terlalu efektif, kami juga membangun gedung-gedung dan apartemen bertingkat sebagai tempat tinggal yang tidak memakan banyak tempat. Ada juga kebijakan yang membatasi jumlah anak untuk menekan laju pertumbuhan penduduk."Karena itu masalah sosial yang menjalar dan Tanya berasal dari salah satu klan yang memberikan banyak pengaruh terhadap peradaban manusia. Dia diberikan pengetahuan yang cukup tentang dunia luar meskipun tidak disekolahkan di sekolah formal. D
"Hei, apa kau tidur?" Ares membuka mata, pupilnya langsung menangkap sosok cantik bersurai hitam yang memenuhi pandangan."Tidak, kenapa?" "Harusnya kau memperhatikan latihanku!" tukas Tanya. Ares menatapnya ringan lalu menggoda, "Apa Nona ingin perhatian dariku?" Tanya mendesis tidak suka, "Berhentilah menggodaku, aku serius dengan ini!""Apa ada sesuatu yang penting?"Gadis itu meletakkan pedang di depannya lalu duduk bersila. Dia menarik pedang dari sarungnya dan detik berikut pedang itu menyengatnya dengan aliran listrik hitam. Tanya harus melepaskan pedang tersebut mau tidak mau. "Apa maksudnya? Sebelumnya tidak terjadi seperti ini," tanya Tanya, dia meringis sakit karena imbas sengatan tersebut. Ares memeriksa pedang tersebut dengan seksama. Dia sendiri tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Apa pedang tersebut mencoba menolak Tanya karena bukan pemiliknya? Ares dengan cepat menggelengkan kepala. Pada umumnya, sebuah pedang ahli beladiri memang hanya menjalankan
Ketika berada di bangku kelas 5 sekolah dasar. Kiren mulai mengagumi anak lelaki bernama Aaron Ryan. Tetapi pada saat itu Aaron malah mengungkapkan perasaannya pada Tanya lewat wawancara pemenang turnamen beladiri yang dia menangkan. Jadi, Kiren hanya bisa memenjarakan cinta, di dadanya. Dia menyukai Aaron sampai-sampai memilih sekolah yang sama dengan remaja tersebut. Selama ini cintanya hanya berlaku seperti bumi yang menjauhi matahari agar tidak terjadi kehancuran. Sampai Kiren mendapat kabar bahwa semua keluarga Tanya sudah musnah. Mungkin saat ini adalah keputusan yang tepat mendekati Aaron. Tapi sayang Aaron langsung menolak bahkan sebelum membaca surat cinta yang ia berikan. "Ayahku bilang keluarga Robert Quinn telah dipastikan mati pada malam tersebut. Hanya satu yang mungkin berhasil selamat, tapi siapa dia masih belum diberitahukan pada sembilan klan terkemuka lain. Klan Quinn masih merahasiakan identitasnya karena dia akan menjadi saksi kunci." Kiren membocorkan informasi
Matahari tidak lagi berada di pekarangan waktu menerangi bumi. Gelap sudah mengusirnya agar berkunjung lain kali saja. Masih seperti malam sebelum-sebelumnya, Ares menatap gadis di depannya dengan pertanyaan yang sama. Apakah seorang putri bisa memiliki kepribadian sepertinya? Gadis tersebut makan lebih banyak daripada manusia normal. Tanya yang dipandangi merasa risih. Dia menghentikan gigitan terhadap ikan yang ia pegang. "Kenapa?!""Nona makan lebih rakus daripada seekor monster.""Ini karena karena aku memuntahkan makananku tadi. Dan kau harus ingat itu karena ulahmu. Jadi, aku harus mendapatkan lebih banyak ikan."Setidaknya Ares mendapati alasan yang berbeda malam ini. Meskipun gadis itu tidak memuntahkan makananya. Dia akan tetap mengambil lebih banyak ikan daripada dirinya.Entah kenapa, Tanya semakin semena-mena terhadap Ares. Tapi Ares juga tidak memiliki langkah yang beragam dalam penanggulangannya. Gadis itu pasti akan menangis dengan suara yang keras jika dia berlaku k
Dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang akan diisolasi atau dipuja ketika memiliki perbedaan yang senjang dengan kebanyakan orang. Diskriminasi terhadap orang yang berbeda, akan semakin kuat jika perbedaan itu berpengaruh negatif terhadap ruang lingkup mayoritas. Termasuk pada anak yang Ares ceritakan. Tanya sendiri sudah merasakan diskriminasi kuat itu. Dia dikucilkan dari dunia beladiri karena tidak memiliki bakat untuk bertarung. Dan ketika kecantikannya lebih dari perempuan lain menjadi perbedaan yang disukai mayoritas orang. Dia cukup terhibur, dan ya, Tanya meyakinkan diri bahwa itu jalur pelarian yang bagus. Dia tidak ingin berbohong pada perasaannya lagi. Tanya sangat berharap bisa menjadi ahli beladiri yang diakui banyak orang. Bukan sebagai manusia yang hanya mengandalkan kecantikan untuk dikagumi. Tapi juga sebagai ahli beladiri yang disegani. "Apa aku akan berakhir menyedihkan seperti anak yang kau ceritakan?" Tanya memasang wajah khawatir. "Orang yang
Untuk pertama kalinya Tanya naik ke atas rumah pohon yang dibuat oleh Ares. Tanya sengaja meminta Ares mengantar ia lebih dulu ke atas karena sepertinya membuat tangga akan memakan waktu yang lama. Sambil memperhatikan Ares yang ada di bawah, Tanya bersenandung kecil memainkan kaki jenjangnya yang menjuntai. "Dia tampak sangat terobsesi membuat rumah pohon. Kalau dia mempunyai niat mesum dibalik ini semua. Aku akan menggigit lehernya lagi sampai putus," tekad Tanya jika saja sesuatu terjadi. Ares menghela napas, dia memang tidak lelah. Tapi merangkai serat pohon menjadi tali adalah pekerjaan yang membosankan. Ares merebahkan badanyanya dan tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik di atas. Dia menjadikan satu tangannya sebuah teropong. "Aku harus berhasil melihat sesuatu sebelum dia menyadarinya!" seru Ares penuh tekad. Namun, tidak lama setelah itu gadis tersebut menarik kakinya lagi."Sepertinya dewa keberuntungan hanya memberi harapan palsu," gumam Ares kemudian. Dari rumah po
Ares menggunakan pedangnya yang dipinjam dari Tanya untuk menangkis anak panah yang berdatangan. Juga, monster ikan itu dapat memainkan energi roh untuk menciptakan serangan elemen air. Ares kewalahan menghadapi serangan bertumpuk yang datang ke arahnya. Jelas bahwa yang sedang ia lawan saat ini adalah monster tingkat tinggi. Monster itu menangguhkan serangan sejenak. Dia mendongak ke puncak air terjun seolah ada sesuatu, padahal tidak ada seorangpun yang terlihat dengan kasat mata di ujung pandangannya. Ares yang tahu apa yang menjadi perhatian monster tersebut menyela, "Apa kau kecewa temanmu hanya melihat dari sana?" Pandangan monster itu kembali kepada Ares dengan ekspresi terkejut. "Kau menyadarinya? Umumnya manusia tidak akan memiliki kesempatan untuk tahu. Tenyata kau cukup berkemampuan, ya?" "Akhirnya kau tidak mendiamkanku lagi. Tapi penilaian sepihakmu itu terlalu rendah.""Aku belum mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Aku tidak berpikir kau adalah lawan yang tidak bis