Dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang akan diisolasi atau dipuja ketika memiliki perbedaan yang senjang dengan kebanyakan orang. Diskriminasi terhadap orang yang berbeda, akan semakin kuat jika perbedaan itu berpengaruh negatif terhadap ruang lingkup mayoritas. Termasuk pada anak yang Ares ceritakan. Tanya sendiri sudah merasakan diskriminasi kuat itu. Dia dikucilkan dari dunia beladiri karena tidak memiliki bakat untuk bertarung. Dan ketika kecantikannya lebih dari perempuan lain menjadi perbedaan yang disukai mayoritas orang. Dia cukup terhibur, dan ya, Tanya meyakinkan diri bahwa itu jalur pelarian yang bagus. Dia tidak ingin berbohong pada perasaannya lagi. Tanya sangat berharap bisa menjadi ahli beladiri yang diakui banyak orang. Bukan sebagai manusia yang hanya mengandalkan kecantikan untuk dikagumi. Tapi juga sebagai ahli beladiri yang disegani. "Apa aku akan berakhir menyedihkan seperti anak yang kau ceritakan?" Tanya memasang wajah khawatir. "Orang yang
Untuk pertama kalinya Tanya naik ke atas rumah pohon yang dibuat oleh Ares. Tanya sengaja meminta Ares mengantar ia lebih dulu ke atas karena sepertinya membuat tangga akan memakan waktu yang lama. Sambil memperhatikan Ares yang ada di bawah, Tanya bersenandung kecil memainkan kaki jenjangnya yang menjuntai. "Dia tampak sangat terobsesi membuat rumah pohon. Kalau dia mempunyai niat mesum dibalik ini semua. Aku akan menggigit lehernya lagi sampai putus," tekad Tanya jika saja sesuatu terjadi. Ares menghela napas, dia memang tidak lelah. Tapi merangkai serat pohon menjadi tali adalah pekerjaan yang membosankan. Ares merebahkan badanyanya dan tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik di atas. Dia menjadikan satu tangannya sebuah teropong. "Aku harus berhasil melihat sesuatu sebelum dia menyadarinya!" seru Ares penuh tekad. Namun, tidak lama setelah itu gadis tersebut menarik kakinya lagi."Sepertinya dewa keberuntungan hanya memberi harapan palsu," gumam Ares kemudian. Dari rumah po
Ares menggunakan pedangnya yang dipinjam dari Tanya untuk menangkis anak panah yang berdatangan. Juga, monster ikan itu dapat memainkan energi roh untuk menciptakan serangan elemen air. Ares kewalahan menghadapi serangan bertumpuk yang datang ke arahnya. Jelas bahwa yang sedang ia lawan saat ini adalah monster tingkat tinggi. Monster itu menangguhkan serangan sejenak. Dia mendongak ke puncak air terjun seolah ada sesuatu, padahal tidak ada seorangpun yang terlihat dengan kasat mata di ujung pandangannya. Ares yang tahu apa yang menjadi perhatian monster tersebut menyela, "Apa kau kecewa temanmu hanya melihat dari sana?" Pandangan monster itu kembali kepada Ares dengan ekspresi terkejut. "Kau menyadarinya? Umumnya manusia tidak akan memiliki kesempatan untuk tahu. Tenyata kau cukup berkemampuan, ya?" "Akhirnya kau tidak mendiamkanku lagi. Tapi penilaian sepihakmu itu terlalu rendah.""Aku belum mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Aku tidak berpikir kau adalah lawan yang tidak bis
Alltan sudah memusatkan kekuatan fisik dan rohnya pada dua serangan tadi. Serangan yang dia layangkan barusan menghabiskan tiga perempatan energi rohnya. Dia tidak lagi bisa menggunakan jurus naga air. Sekalipun bisa, itu tidak akan memiliki ukuran yang sama. Dia tidak memiliki serangan yang lebih kuat lagi untuk melawan Ares. Itu artinya kemenangan sudah diputuskan walau Alltan belum benar-benar tumbang. "Sepertinya aku akan berakhir di sini," gumam Alltan menoleh ke atas. "Henea! Jika kau tidak ingin dibunuh olehnya maka segera pergi melapor pada pemimpin. Ucapkan padanya kalau manusia itu lawan yang sangat kuat. Jangan datang padanya tanpa rencana yang matang!" teriak Alltan memperingatkan. Salah satu dari mereka harus ada yang hidup. Henea menelan salivanya, dua serangan memukau tersebut belum mampu membunuh Ares. Dan keberadaannya sedari awal memang sudah disadari. Kalau tidak pergi sekarang, tidak akan ada kesempatan selanjutnya untuk melarikan diri. Henea bergegas pergi deng
Tanya tetap berpura-pura tidur meski Ares telah mengancamnya dengan sebuah ciuman. Ketika kepala Ares mendekat, dia merasa jantungnya berdegup berkali-kali lebih cepat. Tanya menjadi ragu untuk tetap mempertahankan aktingnya. Takut kalau Ares benar-benar akan menciumnya. Dengan suara merdunya Ares berbisik lagi. "Aku tahu Nona sedang pura-pura tidur. Apa ini artinya Nona mengizinkanku mencicipi bib–" "Ja–jangan seenaknya menyimpulkan! Bagaimana kau tahu aku berpura-pura?!" Tanya tidak tahan untuk tidak mendorong lelaki itu, tanpa berani menumbuk mata Ares ia berbaring membelakangi, kemudian melanjutkan, "Aku hanya marah padamu! Jadi jangan menggodaku lagi!"Tanya terlalu gugup berhadapan dengan Ares saat ini. Pipinya mungkin juga sedang memerah, dia harus tetap menyembunyikan ekspresi bagaimana caranya. "Tentu saja aku tahu, semua ikan hanya menyisakan tulangnya saja. Terlalu banyak bukti yang Nona tinggalkan," jelas Ares. "Bisa saja kucing, cicak, atau
Henea meratapi tuannya yang gelisah. Setelah evakuasi besar-besaran yang mereka lakukan dalam semalam untuk meninggal hutan malapetaka. Dia masih tidak tahu kenapa tuannya begitu takut setelah dia melaporkan pertarungan Alltan dengan manusia yang dilihatnya. Dia berpikir tuannya jauh lebih kuat. "Tuan, aku tidak berpikir kita harus meninggalkan hutan malapetaka hanya karena manusia itu!" komentar Henea. . Membawa pasukan monster yang sangat banyak tuannya bergerak ke hutan lain. Di dunia yang masih separuhnya berbentuk kawasan berbahaya. Setidaknya ada 16 kawasan yang tidak mungkin dimasuki manusia. Mereka sedang menuju ke salah satu tempat paling dekat. "Kau tidak mengerti Henea. Dia bukanlah manusia. Orang yang dilawan Alltan adalah keberadaan yang bisa menghancurkan bumi kapanpun dia mau. Satu-satunya alasan kenapa dunia ini masih baik-baik saja sekarang. Itu karena bumi juga dihuni manusia.""Kalau dia sekuat itu. Lalu apa yang bisa kita lakukan?" tanya H
"Sial! Jangan lari kalian!" teriak Tanya yang sudah hampir menghabiskan seluruh napasnya untuk mengejar. Tidak ada satupun kelinci yang berhasil dia tangkap. "Mereka sangat lincah dan juga cepat," keluhnya. "Nona kira mereka bawahan Nona yang siap sedia menyerahkan diri? Bukannya mendapat, mereka akan malah melarikan diri jika diteriaki," sela Ares mendekat pada Tanya yang berbaring menstabilkan napas. Gadis itu menoleh pada Ares yang sudah memegang seekor kelinci, dia kemudian membalas, "Kau tidak curang, kan? Perjanjian batal jika kamu menggunakan kekuatan Dewa-mu!" Sebelum berangkat dia dan Ares memang sudah membuat peraturan permainan. Siapa yang menangkap kelinci paling banyak akan mendapatkan pembagian makanan lebih banyak pula. Agar berjalan dengan adil Tanya mengajukan syarat agar lelaki tersebut tidak boleh menggunakan kemampuan dewanya. Tanya tidak menduga menangkap kelinci akan sangat sulit. Mereka tidak hanya cepat, tapi juga sangat lincah. Padahal di kebun binatang ya
Karena tidak lagi memburu monster di hutan. Waktu yang tersisa setelah berlatih mempertahankan energi roh dipakai oleh Ares untuk melatih Tanya dalam segi teknik gerakkan beladiri. Ares meminta gadis itu untuk diam mempertahan kuda-kuda. Tanya sama sekali tidak menyukai latihan fisik seperti ini. Setiap malam dia merasakan sakit di berbagai bagian tubuhnya. "Latihan yang rutin dilakukan akan membuat gerakan Nona semakin intens.""Berapa lama aku harus seperti ini? Apa hanya ini gerakkan bela diri yang kau tahu? Aku sudah bosan melakukannya setiap hari.""Kuda-kuda yang Nona pakai masih memiliki banyak celah." Ares menyenggol kaki Tanya hingga perempuan tersebut jatuh dan mengumpat, "Sialan! Kau ingin mati, hah?!" Tanya bangun lalu melayangkan pukulan emosi pada Ares. Tentu saja, pukulan payah tersebut dengan mudah ditangkap lelaki itu. Tanya memberontak saat tubuhnya yang kurang sebahu Ares sedikit terangkat. Dia susah payah berjinjit untuk mempertahankan kakinya tetap menginjak ta