"Sial! Jangan lari kalian!" teriak Tanya yang sudah hampir menghabiskan seluruh napasnya untuk mengejar. Tidak ada satupun kelinci yang berhasil dia tangkap. "Mereka sangat lincah dan juga cepat," keluhnya. "Nona kira mereka bawahan Nona yang siap sedia menyerahkan diri? Bukannya mendapat, mereka akan malah melarikan diri jika diteriaki," sela Ares mendekat pada Tanya yang berbaring menstabilkan napas. Gadis itu menoleh pada Ares yang sudah memegang seekor kelinci, dia kemudian membalas, "Kau tidak curang, kan? Perjanjian batal jika kamu menggunakan kekuatan Dewa-mu!" Sebelum berangkat dia dan Ares memang sudah membuat peraturan permainan. Siapa yang menangkap kelinci paling banyak akan mendapatkan pembagian makanan lebih banyak pula. Agar berjalan dengan adil Tanya mengajukan syarat agar lelaki tersebut tidak boleh menggunakan kemampuan dewanya. Tanya tidak menduga menangkap kelinci akan sangat sulit. Mereka tidak hanya cepat, tapi juga sangat lincah. Padahal di kebun binatang ya
Karena tidak lagi memburu monster di hutan. Waktu yang tersisa setelah berlatih mempertahankan energi roh dipakai oleh Ares untuk melatih Tanya dalam segi teknik gerakkan beladiri. Ares meminta gadis itu untuk diam mempertahan kuda-kuda. Tanya sama sekali tidak menyukai latihan fisik seperti ini. Setiap malam dia merasakan sakit di berbagai bagian tubuhnya. "Latihan yang rutin dilakukan akan membuat gerakan Nona semakin intens.""Berapa lama aku harus seperti ini? Apa hanya ini gerakkan bela diri yang kau tahu? Aku sudah bosan melakukannya setiap hari.""Kuda-kuda yang Nona pakai masih memiliki banyak celah." Ares menyenggol kaki Tanya hingga perempuan tersebut jatuh dan mengumpat, "Sialan! Kau ingin mati, hah?!" Tanya bangun lalu melayangkan pukulan emosi pada Ares. Tentu saja, pukulan payah tersebut dengan mudah ditangkap lelaki itu. Tanya memberontak saat tubuhnya yang kurang sebahu Ares sedikit terangkat. Dia susah payah berjinjit untuk mempertahankan kakinya tetap menginjak ta
Kuitansi waktu berlatih bersama Ares akan Tanya terima satu bulan lagi. Latihan mempertahankan energi roh agar tidak tercuri di hutan mati malapetaka selama dua bulan terakhir berkembang ke tahap yang diharapkan. Tanya sudah berhasil sepenuhnya memasuki hutan mati tanpa kehilangan energi roh. Dengan begitu dia sudah mampu secara bebas menghirup energi dari kehidupan sekitar. Seiring dengan itu, gerakkannya dalam bertarung juga sudah berkembang pesat. Bahkan, dia telah menguasai teknik pedang yang diajarkan Ares.Selanjutnya, Tanya harus menyempurnakan latihan memasukkan energi roh ke tubuh fisik. Lebih tepatnya dia sudah masuk dalam ranah latihan beladiri seperti para ahli beladiri pada umumnya. Hal ini tidak sesederhana yang sebelumnya ia pikirkan. Menurut penjelasan Ares, ada tiga hal utama yang harus lebih didahulukan dalam berlatih.Pertama, seberapa banyak energi yang bisa dimasukkan ke penglihatan. Hal ini penting mengingat mata adalah indra utama seseorang dalam memproyeksikan
Tanya tidak bisa menahan diri untuk tidak menampil wajah bingung. Kata-kata Ares terhenti tiba-tiba sambil menatap dirinya intens. Seolah Ares baru menyadari sesuatu yang besar. "Kenapa?" "Tidak ada apa-apa." Ares memperhatikan tangannya kembali. Tidak ada lagi bekas gigitan atau darah, tangannya sembuh tanpa bekas. Dia bahkan belum sempat menyadari apa yang telah terjadi. "Apa karena luka di tanganmu sudah sembuh?" tanya Tanya. "Nona ingat saat menggigitku barusan?" Ares balik bertanya. "Ya, aku sadar dengan apa yang aku lakukan. Tapi bukan berarti aku mesum! Aku hanya tidak bisa mengendalikannya."Sama seperti penjelasan Ares tadi. Tanya tidak bisa menahan keserakahan untuk terus menyesap energinya. Dia sadar dengan hal tersebut namun tidak bisa menahan keinginan untuk mendapatkan lebih banyak energi. "Nona memiliki kekuatan penyembuhan. Sepertinya tidak hanya terbatas pada tubuh Nona saja. Tapi orang lain juga. Sangat menakjubkan, aku bahkan tidak sempat menyadarinya.""Aku?
Tidak terasa selama tiga bulan Tanya membangun kebersamaan dengan Ares di hutan malapetaka sejak pertama kali mereka bertemu. Dan seminggu dari sekarang klan Quinn akan mengadakan pemilihan pemimpin klan yang baru. Sesuai kesepakatan, Tanya akan pulang hari ini. Dia bertanya-tanya apakah Ares memiliki perasaan untuk terus bersamanya atau tidak. Jujur saja, dia berharap laki-laki itu mau ikut dengannya keluar hutan. Tanya ikut bersiap setelah melihat Ares yang sudah memperagakan kuda-kuda bertarung. Perasaan Tanya sama sekali tidak bisa dijelaskan. Aneh rasanya hari ini telah tiba. Hari di mana mereka harus berpisah. "Kedepannya kita tidak akan bertarung lagi," imbuh Tanya. "Ya, aku tahu. Aku akan mengantarkan Nona keluar hutan setelah kita bertarung. Anggap ini ujian terakhir Nona."Tidak ada ekspresi sedih atau yang lainnya saat Ares menjawab. Dan tentu saja itu membuat Tanya kesal. Dia berharap setidaknya ada sedikit saja rasa sedih yang dirasakan laki-laki itu. Sedikit saja. 'A
Ares dan Tanya akhirnya berlari kecil menuju luar hutan. Tanya memandangi tangannya yang dipegang oleh laki-laki tersebut sambil menyembunyikan senyum. Ares menuntunnya berlari ke depan, punggungnya nampak tegap dan kokoh, jantung Tanya semakin berdegup tidak karuan. 'Sial, apa aku menyukai pria mesum ini?' Tanya setengah ragu dalam hati berkata. Dia semakin mengembangkan senyum di setiap langkah. Bukan hanya dari sisi tarikan Tanya untuk mengambil energinya. Tapi Ares membantu gadis tersebut dengan cara mendorong energinya mengalir masuk lebih deras. Tanya mendapat banyak energi dengan cepat. Energi Ares memang yang terbaik. Sensasi menyerap energinya sangat candu bagi Tanya. Dia sudah menyerap energi kehidupan dari berbagai kehidupan di hutan. Namun, tidak ada yang semanis dan semenyegarkan milik lelaki tersebut. Cukup lama berlari Ares menghentikan langkahnya di tengah jalan. Tanya ikut berhenti sambil menampilkan ekspresi bingung. "Kenapa?" "Lima kilometer lagi kita akan ber
Tanya membuka kelopak matanya yang diterpa angin secara perlahan-lahan. Kepala serta sekujur tubuhnya terasa remuk dan dia tidak lagi memiliki banyak energi. Padahal, sebelumnya dia sudah banyak mengumpulkan energi yang didapat dari Ares maupun makhluk hidup lain di hutan. Yang bisa Tanya ingat saat Ares pergi, ia mendapat kekecewaan yang mendalam. Terpaksa melangkah ke luar hutan tanpa ditemani Ares namun sesaat setelah itu—Dia tidak ingat! "Nona sudah bangun? Serap energiku sebanyak yang Nona bisa! Aku akan mengantar Nona ke luar hutan," jelas Ares membuat Tanya tersadar sedang berada di mana. "Kenapa aku ada di punggungmu? Bukankah kau tidak peduli padaku? Apa kau setuju menjagaku di luar hutan? Apa kau berubah pikiran?" Rentetan pertanyaan antusias gadis itu merambat samar ke pendengaran Ares. Lelaki itu menjadi terdiam, sebab tahu banyak harapan terkandung dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tetapi dia masih tetap ragu apakah harus ikut bersamanya ke luar hutan atau tidak.
Addison–kepala pelayanan klan Quinn–langsung melaporkan kepada tuannya tentang kabar baik yang baru saja dia terima. Aiden melonjak senang dengan kabar tersebut hingga berniat untuk pergi malam itu juga untuk bertemu cucunya tanpa memperhatikan kesehatannya. Pada akhirnya Hiden meyakinkan ayahnya tersebut untuk menunggu Tanya pulang esok hari. "Apa cucuku baik-baik saja?" tanya Aiden, suaranya terdengar parau dan berat. "Nona muda sedikit terluka, tapi tidak dalam luka yang parah." Addison menjelaskan. "Atur kepulangannya ke kediaman utama. Dia saksi kunci tentang kejadian yang menimpa klan kita. Minta Alastair dan yang lainnya untuk mengawalnya dengan ketat!" perintah Hiden pada Addison. "Baik tuan!" Addison keluar pintu ruangan. Kini Hiden hanya berdua saja dengan ayahnya yang sakit. Faktor umur dan kabar pembantaian itu membebani pikiran dan tubuhnya yang tua. Semakin hari ke hari dalam tiga bulan terakhir kesehatan menjadi menurun drastis. "Ayah tolong sedikit bersabar. Tany