"Hei, apa kau tidur?" Ares membuka mata, pupilnya langsung menangkap sosok cantik bersurai hitam yang memenuhi pandangan."Tidak, kenapa?" "Harusnya kau memperhatikan latihanku!" tukas Tanya. Ares menatapnya ringan lalu menggoda, "Apa Nona ingin perhatian dariku?" Tanya mendesis tidak suka, "Berhentilah menggodaku, aku serius dengan ini!""Apa ada sesuatu yang penting?"Gadis itu meletakkan pedang di depannya lalu duduk bersila. Dia menarik pedang dari sarungnya dan detik berikut pedang itu menyengatnya dengan aliran listrik hitam. Tanya harus melepaskan pedang tersebut mau tidak mau. "Apa maksudnya? Sebelumnya tidak terjadi seperti ini," tanya Tanya, dia meringis sakit karena imbas sengatan tersebut. Ares memeriksa pedang tersebut dengan seksama. Dia sendiri tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Apa pedang tersebut mencoba menolak Tanya karena bukan pemiliknya? Ares dengan cepat menggelengkan kepala. Pada umumnya, sebuah pedang ahli beladiri memang hanya menjalankan
Ketika berada di bangku kelas 5 sekolah dasar. Kiren mulai mengagumi anak lelaki bernama Aaron Ryan. Tetapi pada saat itu Aaron malah mengungkapkan perasaannya pada Tanya lewat wawancara pemenang turnamen beladiri yang dia menangkan. Jadi, Kiren hanya bisa memenjarakan cinta, di dadanya. Dia menyukai Aaron sampai-sampai memilih sekolah yang sama dengan remaja tersebut. Selama ini cintanya hanya berlaku seperti bumi yang menjauhi matahari agar tidak terjadi kehancuran. Sampai Kiren mendapat kabar bahwa semua keluarga Tanya sudah musnah. Mungkin saat ini adalah keputusan yang tepat mendekati Aaron. Tapi sayang Aaron langsung menolak bahkan sebelum membaca surat cinta yang ia berikan. "Ayahku bilang keluarga Robert Quinn telah dipastikan mati pada malam tersebut. Hanya satu yang mungkin berhasil selamat, tapi siapa dia masih belum diberitahukan pada sembilan klan terkemuka lain. Klan Quinn masih merahasiakan identitasnya karena dia akan menjadi saksi kunci." Kiren membocorkan informasi
Matahari tidak lagi berada di pekarangan waktu menerangi bumi. Gelap sudah mengusirnya agar berkunjung lain kali saja. Masih seperti malam sebelum-sebelumnya, Ares menatap gadis di depannya dengan pertanyaan yang sama. Apakah seorang putri bisa memiliki kepribadian sepertinya? Gadis tersebut makan lebih banyak daripada manusia normal. Tanya yang dipandangi merasa risih. Dia menghentikan gigitan terhadap ikan yang ia pegang. "Kenapa?!""Nona makan lebih rakus daripada seekor monster.""Ini karena karena aku memuntahkan makananku tadi. Dan kau harus ingat itu karena ulahmu. Jadi, aku harus mendapatkan lebih banyak ikan."Setidaknya Ares mendapati alasan yang berbeda malam ini. Meskipun gadis itu tidak memuntahkan makananya. Dia akan tetap mengambil lebih banyak ikan daripada dirinya.Entah kenapa, Tanya semakin semena-mena terhadap Ares. Tapi Ares juga tidak memiliki langkah yang beragam dalam penanggulangannya. Gadis itu pasti akan menangis dengan suara yang keras jika dia berlaku k
Dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang akan diisolasi atau dipuja ketika memiliki perbedaan yang senjang dengan kebanyakan orang. Diskriminasi terhadap orang yang berbeda, akan semakin kuat jika perbedaan itu berpengaruh negatif terhadap ruang lingkup mayoritas. Termasuk pada anak yang Ares ceritakan. Tanya sendiri sudah merasakan diskriminasi kuat itu. Dia dikucilkan dari dunia beladiri karena tidak memiliki bakat untuk bertarung. Dan ketika kecantikannya lebih dari perempuan lain menjadi perbedaan yang disukai mayoritas orang. Dia cukup terhibur, dan ya, Tanya meyakinkan diri bahwa itu jalur pelarian yang bagus. Dia tidak ingin berbohong pada perasaannya lagi. Tanya sangat berharap bisa menjadi ahli beladiri yang diakui banyak orang. Bukan sebagai manusia yang hanya mengandalkan kecantikan untuk dikagumi. Tapi juga sebagai ahli beladiri yang disegani. "Apa aku akan berakhir menyedihkan seperti anak yang kau ceritakan?" Tanya memasang wajah khawatir. "Orang yang
Untuk pertama kalinya Tanya naik ke atas rumah pohon yang dibuat oleh Ares. Tanya sengaja meminta Ares mengantar ia lebih dulu ke atas karena sepertinya membuat tangga akan memakan waktu yang lama. Sambil memperhatikan Ares yang ada di bawah, Tanya bersenandung kecil memainkan kaki jenjangnya yang menjuntai. "Dia tampak sangat terobsesi membuat rumah pohon. Kalau dia mempunyai niat mesum dibalik ini semua. Aku akan menggigit lehernya lagi sampai putus," tekad Tanya jika saja sesuatu terjadi. Ares menghela napas, dia memang tidak lelah. Tapi merangkai serat pohon menjadi tali adalah pekerjaan yang membosankan. Ares merebahkan badanyanya dan tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik di atas. Dia menjadikan satu tangannya sebuah teropong. "Aku harus berhasil melihat sesuatu sebelum dia menyadarinya!" seru Ares penuh tekad. Namun, tidak lama setelah itu gadis tersebut menarik kakinya lagi."Sepertinya dewa keberuntungan hanya memberi harapan palsu," gumam Ares kemudian. Dari rumah po
Ares menggunakan pedangnya yang dipinjam dari Tanya untuk menangkis anak panah yang berdatangan. Juga, monster ikan itu dapat memainkan energi roh untuk menciptakan serangan elemen air. Ares kewalahan menghadapi serangan bertumpuk yang datang ke arahnya. Jelas bahwa yang sedang ia lawan saat ini adalah monster tingkat tinggi. Monster itu menangguhkan serangan sejenak. Dia mendongak ke puncak air terjun seolah ada sesuatu, padahal tidak ada seorangpun yang terlihat dengan kasat mata di ujung pandangannya. Ares yang tahu apa yang menjadi perhatian monster tersebut menyela, "Apa kau kecewa temanmu hanya melihat dari sana?" Pandangan monster itu kembali kepada Ares dengan ekspresi terkejut. "Kau menyadarinya? Umumnya manusia tidak akan memiliki kesempatan untuk tahu. Tenyata kau cukup berkemampuan, ya?" "Akhirnya kau tidak mendiamkanku lagi. Tapi penilaian sepihakmu itu terlalu rendah.""Aku belum mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Aku tidak berpikir kau adalah lawan yang tidak bis
Alltan sudah memusatkan kekuatan fisik dan rohnya pada dua serangan tadi. Serangan yang dia layangkan barusan menghabiskan tiga perempatan energi rohnya. Dia tidak lagi bisa menggunakan jurus naga air. Sekalipun bisa, itu tidak akan memiliki ukuran yang sama. Dia tidak memiliki serangan yang lebih kuat lagi untuk melawan Ares. Itu artinya kemenangan sudah diputuskan walau Alltan belum benar-benar tumbang. "Sepertinya aku akan berakhir di sini," gumam Alltan menoleh ke atas. "Henea! Jika kau tidak ingin dibunuh olehnya maka segera pergi melapor pada pemimpin. Ucapkan padanya kalau manusia itu lawan yang sangat kuat. Jangan datang padanya tanpa rencana yang matang!" teriak Alltan memperingatkan. Salah satu dari mereka harus ada yang hidup. Henea menelan salivanya, dua serangan memukau tersebut belum mampu membunuh Ares. Dan keberadaannya sedari awal memang sudah disadari. Kalau tidak pergi sekarang, tidak akan ada kesempatan selanjutnya untuk melarikan diri. Henea bergegas pergi deng
Tanya tetap berpura-pura tidur meski Ares telah mengancamnya dengan sebuah ciuman. Ketika kepala Ares mendekat, dia merasa jantungnya berdegup berkali-kali lebih cepat. Tanya menjadi ragu untuk tetap mempertahankan aktingnya. Takut kalau Ares benar-benar akan menciumnya. Dengan suara merdunya Ares berbisik lagi. "Aku tahu Nona sedang pura-pura tidur. Apa ini artinya Nona mengizinkanku mencicipi bib–" "Ja–jangan seenaknya menyimpulkan! Bagaimana kau tahu aku berpura-pura?!" Tanya tidak tahan untuk tidak mendorong lelaki itu, tanpa berani menumbuk mata Ares ia berbaring membelakangi, kemudian melanjutkan, "Aku hanya marah padamu! Jadi jangan menggodaku lagi!"Tanya terlalu gugup berhadapan dengan Ares saat ini. Pipinya mungkin juga sedang memerah, dia harus tetap menyembunyikan ekspresi bagaimana caranya. "Tentu saja aku tahu, semua ikan hanya menyisakan tulangnya saja. Terlalu banyak bukti yang Nona tinggalkan," jelas Ares. "Bisa saja kucing, cicak, atau