“Jika memang benar mencintai istrimu, lepaskan masa lalumu apapun itu yang tengah terjadi padanya! Sampai kapanpun Papah tidak akan sudi menerimanya.” Jawab Abraham dengan sangat tegas yang membuat Eve melototkan matanya.
“Ada apa ini? Siapa wanita masa lalu yang tengah dimaksud? Maya?” tebak Eve.
“Jadi, kamu sudah mengetahuinya, Eve?” tanya Abraham memastikan.
“Tau, Pah…. Eve pernah menghampiri rumahnya untuk menanyakan ada hubungan apa dengan Arsenio, sampai akhirnya ibunya Maya yang menjelaskan semuanya.” Jawab Eve dengan suara bergetar.
“Kurang ajar! Istrimu sudah tau mengapa masih saja kamu pertahankan, Arsenio!” umpat Abraham geram. Dadanya mulai terasa sesak lagi.
“Eve hanya tau jika diantara aku dengan Maya hanya mantan kekasih bahkan beberapa waktu lalu mengantarkannya untuk mencari pekerjaan.” Jawab Arsenio membela diri.
“Mengantarkan pekerjaan ata
“Pah!! Mengapa tega mengatakan semua ini kepadanya? Aku kecewa sama Papah!” ucap Arsenio.“Justru Papah lebih kecewa daripada kamu! Sejujurnya malu sekali harus mengatakan aibmu namun jika terus dibiarkan, kasihan istrimu!!!” umpat Abraham.“Apa yang dikatakan Papah sangat benar! Jika menunggu kejujuranmu mungkin butuh waktu yang sangat lama atau bisa saja tidak akan terjadi! Aku tidak hanya kecewa tapi juga sakit bahkan marah sekali denganmu!!! Hal yang sedang kamu sembunyikan merupakan masalah besar!” pekik Eve setelah memulihkan kesadarannya kembali.“Aku minta maaf…. Aku janji akan menyelesaikan semuanya dengan baik tapi tolong beri aku waktu.” Pinta Arsenio memohon.“Menyelesaikan bagaimana? Dengan menikahinya?” cecar Eve.“Aku tidak akan menikahinya dan tidak akan terjadi pernikahan kedua!” bantah Arsenio.“Egois sekali!!!” sindir Eve.&ld
Tidak lama kemudian Arsenio datang, sehingga suasana di apartemen semakin tegang. Tatapan mata tajamnya langsung tertuju pada mantan kekasihnya. “Apa saja yang sudah kamu katakan?”“Semua yang terjadi diantara kita.” Jawab Maya berani.“Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan! Bahkan aku juga tidak mau mendengar pembelaanmu!!” pekik Eve sangat murka dengan suaminya.“Aku bisa menjelaskan mengapa sampai melangkah sejauh ini.” Ucap Arsenio.“Langkah selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah tanggung jawab terhadap anak ini dan kita segera berpisah!!!” ucap Eve dengan sangat tegas.“Gak!! Sampai kapanpun kita tidak akan berpisah, kecuali maut yang memisahkan!” tolak Arsenio.“Tidak ada kata maaf untuk perselingkuhan, apalagi diantara kalian ada janin yang berhak untuk hidup!” ucap Eve ingin melangkah pergi namun ditahan oleh suaminya.“Jangan pe
Sudah seminggu anak buahnya mencari namun tidak juga mendapat petunjuk dimana Eve berada, hal ini semakin membuat Arsenio merasa tidak tenang.Ketika tengah memejamkan mata sejenak, ada sebuah panggilan dari tantenya Eve. “Tumben sekali menelpon, ada apa?” gumamnya lalu menjawab panggilan untuk mencari tau apa maksudnya.“Halo, tante… apa kabar?” tanya Arsenio basa-basi.“Kabar baik, bagaimana keadaan kalian?” tanya balik tante Eve.“Ka-kami baik-baik saja, ada apa tante?” tanya Arsenio penasaran.“Aku mencari keponakanku, dimana dia?” tanya tantenya membuat Arsenio kebingungan.“A-ada di kamarnya sedang menyusui, Tante.” Jawab Arsenio berbohong.“Oh ya? berikan ponselmu kepadanya, ada hal yang ingin disampaikan.” Tantang tantenya Eve membuat Eve kelimpungan.“Maaf… ternyata Eve sudah tidur, rupanya kecapekan, Tante. Nanti ka
Ketika Arsenio hendak membujuk istrinya, ada sebuah panggilan telepon yang membuatnya mau gak mau menjawabnya.“Halo….?”“Iya, benar, saya Arsenio Phoenix.”“APA? Baiklah saya akan segera ke sana, terima kasih informasinya.” ucap Arsenio sembari menatap istrinya.“Maaf, aku harus pergi dulu.” Pamit Arsenio setelah memutus panggilan.“Siapa yang menelpon?” tanya Eve penasaran.“Rumah sakit, katanya Maya mau melahirkan,” jawab Arsenio terlihat panik.Eve awalnya ikut panik ketika suaminya setengah berteriak sebelum akhirnya perasaannya menjadi kesal dan cemburu tatkala mengetahui yang membuat suaminya seperti itu adalah Maya.Padahal tadi suaminya berusaha mengembalikan kepercayaannya, mengapa malah sekarang menjadi seperti ini ketika mendengar mantan kekasihnya mau melahirkan anaknya?“O-oh…” jawab Eve hanya singkat seperti i
“Terima kasih sudah menemani proses melahirkan bayi cantik ini,” ucap Maya tersenyum.“Sudah menjadi tugasku,” jawab Arsenio agak canggung karena melihat senyuman dari mantan kekasihnya yang masih sama seperti dulu.“Sekarang tugasmu sudah selesai, setelah pulang dari sini, aku akan menjalani hari-hari bersama anakku dan tidak akan mengganggu keluarga kecilmu,” ucap Maya yang dimana jauh di dalam lubuk hatinya merasa sangat sakit harus mengatakan ini. Itu artinya ia memisahkan hubungan ayah dengan anak sejak dini, memang terlihat kejam, namun semua sudah sesuai kesepakatan.Rupanya tidak hanya Maya saja yang merasa sakit, tanpa disadari, Arsenio juga merasakan hal yang sama. Ia tidak suka mantan kekasihnya mengatakan hal itu, padahal dulu, dirinya sendiri yang sangat gigih menginignkan agar Maya menjauh dari hidupnya.“Ada apa dengan perasaanku? Mengapa tidak suka dia mengatakan hal seperti itu?&rdqu
Di villa tantenya Eve, terlihat jika istrinya tengah bermain dengan bayinya, suara tawa dari wanita yang dicintanya menjadi pelipur rasa bersalah serta lara yang selama ini tersimpan di dadanya.“Papah sudah pulang,” sapa Arsenio mencium kening Eve lalu anaknya.“Bagaimana Maya?” tanya Eve memastikan meskipun hatinya sakit harus menanyakan kabar wanita lain.“Baik-baik saja, semuanya berjalan lancar dan anaknya perempuan.” Jawab Arsenio dengan tenangnya.“Kenapa ditinggal?” tanya Eve heran.“Karena dia yang meminta aku kembali ke keluargaku, kalian lebih membutuhkan aku, bahkan kami sudah melakukan kesepakatan, setelah pulang dari rumah sakit nanti, dia akan pergi dari sini dan memulai hidup baru bersama anak dan ibunya.” Jawab Arsenio tidak ada rasa bersalah sama sekali, malah sekarang Eve yang menjadi kasihan dengan mantan kekasih suaminya. Ia tau bagaimana rasanya memisahkan anak dengan
Arsenio sudah tiba di villa, perjalanan yang sangat melelahkan karena dari rumah baru Maya menuju villa membutuhkan waktu lima jam lamanya.“Sudah beres?” tanya Eve memastikan sembari ikut duduk di sebelah suaminya.“Sudah, setelah ini bisakah kita pulang?” tanya balik Arsenio.“Baiklah besok kita pulang, kamu sudah menepati janjimu.” Jawab Eve membuat suaminya bernafas lega karena setelah ini tidak akan mondar mandir lagi.“Ada hal yang ingin aku bicarakan,” ucap Arsenio serius.“Ada apa? Katakanlah.” Tanya Eve penasaran.“Maya memang sudah pergi dari kehidupan kita, bolehkah nantinya setiap bulan aku mengirimkannya sejumlah uang sebagai bentuk tanggung jawabku dan supaya anaknya tidak kekurangan?” tanya balik Arsenio memastikan.“Haruskah? Bukannya kamu sudah memberikan dia deposito?” tanya Eve memastikan.“Deposito untuk anaknya ketika
Di saat istrinya tengah berada di kamar Jutsin, kini Arsenio mengecek ponsel sembari duduk santai di ruang tengah. Ada sebuah postingan yang mencuri perhatiannya, yaitu Maya. Terlihat jelas wajah cantik anaknya yang tengah di bedong dengan ditemani beberapa boneka bernuansa pink.“Menggemaskan sekali,” batin Arsenio tidak bisa melepas pandangan dari bayi perempuannya.Eve yang rupanya sudah turun untuk menemui suaminya, diam-diam memperhatikan apa yang tengah dilihat, hatinya langsung sakit ketika mengetahui jika bayinya Maya mampu mencuri perhatian suaminya.“Aku penasaran bagaimana wajah anaknya Maya jika dilihat secara langsung, besok aku ingin menemuinya!” batin Eve menahan sesak di dada.Terlihat jelas di pantulan layar ponsel mahalnya, ada Eve di belakangnya yang tengah memperhatikan apa yang juga dilihatnya. “Sayang….”“Bayi siapa itu?” tanya Eve memastikan, padahal ia sudah tau.