Di villa tantenya Eve, terlihat jika istrinya tengah bermain dengan bayinya, suara tawa dari wanita yang dicintanya menjadi pelipur rasa bersalah serta lara yang selama ini tersimpan di dadanya.
“Papah sudah pulang,” sapa Arsenio mencium kening Eve lalu anaknya.
“Bagaimana Maya?” tanya Eve memastikan meskipun hatinya sakit harus menanyakan kabar wanita lain.
“Baik-baik saja, semuanya berjalan lancar dan anaknya perempuan.” Jawab Arsenio dengan tenangnya.
“Kenapa ditinggal?” tanya Eve heran.
“Karena dia yang meminta aku kembali ke keluargaku, kalian lebih membutuhkan aku, bahkan kami sudah melakukan kesepakatan, setelah pulang dari rumah sakit nanti, dia akan pergi dari sini dan memulai hidup baru bersama anak dan ibunya.” Jawab Arsenio tidak ada rasa bersalah sama sekali, malah sekarang Eve yang menjadi kasihan dengan mantan kekasih suaminya. Ia tau bagaimana rasanya memisahkan anak dengan
Arsenio sudah tiba di villa, perjalanan yang sangat melelahkan karena dari rumah baru Maya menuju villa membutuhkan waktu lima jam lamanya.“Sudah beres?” tanya Eve memastikan sembari ikut duduk di sebelah suaminya.“Sudah, setelah ini bisakah kita pulang?” tanya balik Arsenio.“Baiklah besok kita pulang, kamu sudah menepati janjimu.” Jawab Eve membuat suaminya bernafas lega karena setelah ini tidak akan mondar mandir lagi.“Ada hal yang ingin aku bicarakan,” ucap Arsenio serius.“Ada apa? Katakanlah.” Tanya Eve penasaran.“Maya memang sudah pergi dari kehidupan kita, bolehkah nantinya setiap bulan aku mengirimkannya sejumlah uang sebagai bentuk tanggung jawabku dan supaya anaknya tidak kekurangan?” tanya balik Arsenio memastikan.“Haruskah? Bukannya kamu sudah memberikan dia deposito?” tanya Eve memastikan.“Deposito untuk anaknya ketika
Di saat istrinya tengah berada di kamar Jutsin, kini Arsenio mengecek ponsel sembari duduk santai di ruang tengah. Ada sebuah postingan yang mencuri perhatiannya, yaitu Maya. Terlihat jelas wajah cantik anaknya yang tengah di bedong dengan ditemani beberapa boneka bernuansa pink.“Menggemaskan sekali,” batin Arsenio tidak bisa melepas pandangan dari bayi perempuannya.Eve yang rupanya sudah turun untuk menemui suaminya, diam-diam memperhatikan apa yang tengah dilihat, hatinya langsung sakit ketika mengetahui jika bayinya Maya mampu mencuri perhatian suaminya.“Aku penasaran bagaimana wajah anaknya Maya jika dilihat secara langsung, besok aku ingin menemuinya!” batin Eve menahan sesak di dada.Terlihat jelas di pantulan layar ponsel mahalnya, ada Eve di belakangnya yang tengah memperhatikan apa yang juga dilihatnya. “Sayang….”“Bayi siapa itu?” tanya Eve memastikan, padahal ia sudah tau.
“Bukan tidak mengganggu melainkan belum! Bisa saja setelah uang yang diberikan suamiku habis, kamu nantinya akan mengusik kami dengan dalih anakmu itu,” sindir Eve sembari menunjuk bayinya Maya.“Joanna, itu nama bayiku, tolong jangan asal tunjuk karena saya tersinggung!” tegur keras Maya.“Cih!!! Joanna siapa?” tanya Eve penasaran.“Joanna Elloise Phoenix,” jawab Maya dengan tegas.“APA??? MENGAPA HARUS ADA MARGA SUAMIKU DI BELAKANG NAMA ANAKMU, HA?” pekik Eve tidak terima.“Justru suamimu yang memberikan nama untuk bayiku!” jawab Maya berkata jujur.“Ini gak mungkin! Kemarin suamiku juga baru saja memberikan nama untuk anakku! Tidak mungkin anakmu duluan!” protes Eve tidak terima.“Silahkan bertanya langsung kepada suami anda, saya tidak suka mengarang cerita.” Jawab Maya malas berdebat. Saat ini yang menjadi harapannya adalah hidup tenan
rrse“KAMU MENGAKUI BAYI ITU ANAKMU? SAMA SAJA DENGAN KAMU MENGAKUI JIKA NANTINYA BAYI ITU ADA POTENSI UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN TIDAK HANYA DI MATA HUKUM TAPI JUGA MASYARAKAT!!! ATAU JANGAN-JANGAN KAMU MULAI MENYESAL KARENA SUDAH MENCAMPAKKAN MEREKA?” tuduh Eve sangat murka.“Tuduhanmu sangat berlebihan, perihal pengakuan, memang seharusnya itu hak anaknya, namun aku yakin jika Maya tidak seperti itu.” Ucap Arsenio.“TERUS SAJA BELA MANTAN KEKASIHMU ITU! APA CINTA LAMA YANG PERNAH BERSEMI DI HATI KALIAN TENYATA BELUM USAI?” tuduh Eve lagi.“Terus saja menuduh sampai pada akhirnya nanti yang aku takutkan tuduhan demi tuduhanmu berbuah kenyataan!” gertak Arsenio membuat Eve terdiam seribu bahasa.“Jika masalah pemberian nama saja membuatmu semarah ini, bagaimana nanti ke depannya? Aku juga punya alasan mengapa memberikan nama kepada anaknya Maya terlebih dahulu selain karena otodidak ya karena setelah
“Jika aku masih terus penasaran, akan aku kejar sampai dapat!” jawab Eve tak mau kalah.“Teserah kamu saja.” Jawab Arsenio malas.“Pria kurang tegas!” gumam istrinya sangat terdengar jelas.“BRAK!!!” suara gebrakan meja sangat jelas terdengar di dalam ruangan kedap suara ini terlebih hanya ada mereka berdua saja.Eve sangat terkejut ketika tau suaminya menggebrak meja dengan refleks langsung mengusap dadanya.“MAKIN LAMA OMONGANMU MENYUDUTKAN AKU TERUS YA!!! AKU SUDAH MINTA MAAF JUGA MASIH SALAH! JUUR SALAH APALAGI KALAU BERBOHONG!! AKU MEMANG PERNAH SALAH HINGGA ADA BAYI TAK BERDOSA DIANTARA HUBUNGAN SATU MALAM ITU! NAMUN SETIDAKNYA AKU BERUSAHA BERTANGGUNG JAWAB MESKIPUN TIDAK HARUS BERTATAP MUKA DENGAN MEREKA!!! SEDANGKAN KAMU? MASIH INGAT BAGAIMANA SETIAP MALAMNYA MENIKMATI MALAM DENGAN MANTAN ANAK BUAHKU, DALAM PIKIRANMU MUNGKIN HANYA KAMU SAJA YANG MERASA SAKIT HATI SEDANGKAN AKU TIDAJK!!
Maya terdiam beberapa saat untuk mengatur nafasnya agar tenang, mengingat kembali ucapan Eve sama saja membuka luka hatinya.“Tadi istrimu datang ke sini dan menyampaikan protesnya ketika tau ada margamu di nama belakang Joanna, setelah itu ia mengucapkan sebuah ancaman yang sangat menyakiti hatiku.” Jawab Maya menahan rasa sesak di dadanya.“Apa yang sudah dikatakannya?” tanya Arsenio sangat penasaran.“Istrimu mengancam jika Joanna tidak akan mendapat hak pengakuan serta warisan darimu.” Jawab Maya sesenggukkan, hatinya sakit harus mengatakan hal itu. Sedangkan di sisi sana, Arsenio menahan gemuruh amarahnya karena tidak menyangka jika memiliki istri sejahat itu.“Aku tidak menyangka jika sikapnya keterlaluan seperti itu kepadamu, maafkan dia, mungkin saat itu tengah emosi.” Ucap Arsenio berusaha menengahi.“Aku tidak masalah jika terus menerus disalahkan namun jangan sampai melibatkan Joanna,
Setelah memastikan Arsenio sudah pergi menjauh menggunakan mobil mewahnya, kini Maya hendak berbalik untuk masuk ke rumah. Namun baru saja beberapa langkah, ada seseorang yang memanggilnya. “Mayaaaaa…. Apa yang habis kalian lakukan!” teriak orang itu sembari turun dari mobil mewah.“Ka-kamu? Sejak kapan ada di sana?” tanya Maya dengan wajah keterkejutannya.“Tidak penitng! Cepat jelaskan, habis ngapain aja kalian di dalam tadi, ha?” desak orang itu dengan ekspresi wajah yang siap menerkam.“Tidak melakukan apa-apa, jangan salah paham dulu.” Jawab Maya berusaha menjelaskan namun keburu disanggah karena mustahil ada dua orang berlawan jenis berduaan di dalam rumah tidak melakukan apa-apa.“Mustahil! Aku tidak mudah untuk ditipu!” cibir wanita yang terus mendesak Maya rupanya dia adalah Eve.Ternyata sehabis menemui mantan kekasih suaminya, dia memang sebentar pulang ke rumah namun set
Tiba di rumah, Eve meminta penjelasan dari suaminya perihal apa saja yang diucapkan oleh Maya.“Apa benar kamu memberikan tiga miliar kepada mantan kekasihmu?” tanya Eve dengan tatapan serius.“Apa sih! Datang-datang kok langsung main tuduh aja!” protes Arsenio tersinggung.“Sudahlah, tidak ada yang perlu kamu tutupi lagi!!! Benar atau tidak?” desak Eve.“Darimana mendapatkan informasi itu?” tanya Arsenio memastikan.“Aku kembali menemuinya bahkan tepat di saat kamu tengah berada di sana, tidak menyangka jika ternyata diam-diam suamiku membelikan sebuah rumah kepada mantan kekasihnya apalagi di tempat yang sangat elite!” jawab Eve menyindir.Arsenio tertegun ketika mendengar semuanya, jadi, mobil yang terparkir di sebrang jalan yang sempat dilihatnya itu ternyata milik istrinya? Mengapa dia tidak menyadarinya?“Jawab!” pekik Eve.“Ya, ak