“Bukan tidak mengganggu melainkan belum! Bisa saja setelah uang yang diberikan suamiku habis, kamu nantinya akan mengusik kami dengan dalih anakmu itu,” sindir Eve sembari menunjuk bayinya Maya.
“Joanna, itu nama bayiku, tolong jangan asal tunjuk karena saya tersinggung!” tegur keras Maya.
“Cih!!! Joanna siapa?” tanya Eve penasaran.
“Joanna Elloise Phoenix,” jawab Maya dengan tegas.
“APA??? MENGAPA HARUS ADA MARGA SUAMIKU DI BELAKANG NAMA ANAKMU, HA?” pekik Eve tidak terima.
“Justru suamimu yang memberikan nama untuk bayiku!” jawab Maya berkata jujur.
“Ini gak mungkin! Kemarin suamiku juga baru saja memberikan nama untuk anakku! Tidak mungkin anakmu duluan!” protes Eve tidak terima.
“Silahkan bertanya langsung kepada suami anda, saya tidak suka mengarang cerita.” Jawab Maya malas berdebat. Saat ini yang menjadi harapannya adalah hidup tenan
rrse“KAMU MENGAKUI BAYI ITU ANAKMU? SAMA SAJA DENGAN KAMU MENGAKUI JIKA NANTINYA BAYI ITU ADA POTENSI UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN TIDAK HANYA DI MATA HUKUM TAPI JUGA MASYARAKAT!!! ATAU JANGAN-JANGAN KAMU MULAI MENYESAL KARENA SUDAH MENCAMPAKKAN MEREKA?” tuduh Eve sangat murka.“Tuduhanmu sangat berlebihan, perihal pengakuan, memang seharusnya itu hak anaknya, namun aku yakin jika Maya tidak seperti itu.” Ucap Arsenio.“TERUS SAJA BELA MANTAN KEKASIHMU ITU! APA CINTA LAMA YANG PERNAH BERSEMI DI HATI KALIAN TENYATA BELUM USAI?” tuduh Eve lagi.“Terus saja menuduh sampai pada akhirnya nanti yang aku takutkan tuduhan demi tuduhanmu berbuah kenyataan!” gertak Arsenio membuat Eve terdiam seribu bahasa.“Jika masalah pemberian nama saja membuatmu semarah ini, bagaimana nanti ke depannya? Aku juga punya alasan mengapa memberikan nama kepada anaknya Maya terlebih dahulu selain karena otodidak ya karena setelah
“Jika aku masih terus penasaran, akan aku kejar sampai dapat!” jawab Eve tak mau kalah.“Teserah kamu saja.” Jawab Arsenio malas.“Pria kurang tegas!” gumam istrinya sangat terdengar jelas.“BRAK!!!” suara gebrakan meja sangat jelas terdengar di dalam ruangan kedap suara ini terlebih hanya ada mereka berdua saja.Eve sangat terkejut ketika tau suaminya menggebrak meja dengan refleks langsung mengusap dadanya.“MAKIN LAMA OMONGANMU MENYUDUTKAN AKU TERUS YA!!! AKU SUDAH MINTA MAAF JUGA MASIH SALAH! JUUR SALAH APALAGI KALAU BERBOHONG!! AKU MEMANG PERNAH SALAH HINGGA ADA BAYI TAK BERDOSA DIANTARA HUBUNGAN SATU MALAM ITU! NAMUN SETIDAKNYA AKU BERUSAHA BERTANGGUNG JAWAB MESKIPUN TIDAK HARUS BERTATAP MUKA DENGAN MEREKA!!! SEDANGKAN KAMU? MASIH INGAT BAGAIMANA SETIAP MALAMNYA MENIKMATI MALAM DENGAN MANTAN ANAK BUAHKU, DALAM PIKIRANMU MUNGKIN HANYA KAMU SAJA YANG MERASA SAKIT HATI SEDANGKAN AKU TIDAJK!!
Maya terdiam beberapa saat untuk mengatur nafasnya agar tenang, mengingat kembali ucapan Eve sama saja membuka luka hatinya.“Tadi istrimu datang ke sini dan menyampaikan protesnya ketika tau ada margamu di nama belakang Joanna, setelah itu ia mengucapkan sebuah ancaman yang sangat menyakiti hatiku.” Jawab Maya menahan rasa sesak di dadanya.“Apa yang sudah dikatakannya?” tanya Arsenio sangat penasaran.“Istrimu mengancam jika Joanna tidak akan mendapat hak pengakuan serta warisan darimu.” Jawab Maya sesenggukkan, hatinya sakit harus mengatakan hal itu. Sedangkan di sisi sana, Arsenio menahan gemuruh amarahnya karena tidak menyangka jika memiliki istri sejahat itu.“Aku tidak menyangka jika sikapnya keterlaluan seperti itu kepadamu, maafkan dia, mungkin saat itu tengah emosi.” Ucap Arsenio berusaha menengahi.“Aku tidak masalah jika terus menerus disalahkan namun jangan sampai melibatkan Joanna,
Setelah memastikan Arsenio sudah pergi menjauh menggunakan mobil mewahnya, kini Maya hendak berbalik untuk masuk ke rumah. Namun baru saja beberapa langkah, ada seseorang yang memanggilnya. “Mayaaaaa…. Apa yang habis kalian lakukan!” teriak orang itu sembari turun dari mobil mewah.“Ka-kamu? Sejak kapan ada di sana?” tanya Maya dengan wajah keterkejutannya.“Tidak penitng! Cepat jelaskan, habis ngapain aja kalian di dalam tadi, ha?” desak orang itu dengan ekspresi wajah yang siap menerkam.“Tidak melakukan apa-apa, jangan salah paham dulu.” Jawab Maya berusaha menjelaskan namun keburu disanggah karena mustahil ada dua orang berlawan jenis berduaan di dalam rumah tidak melakukan apa-apa.“Mustahil! Aku tidak mudah untuk ditipu!” cibir wanita yang terus mendesak Maya rupanya dia adalah Eve.Ternyata sehabis menemui mantan kekasih suaminya, dia memang sebentar pulang ke rumah namun set
Tiba di rumah, Eve meminta penjelasan dari suaminya perihal apa saja yang diucapkan oleh Maya.“Apa benar kamu memberikan tiga miliar kepada mantan kekasihmu?” tanya Eve dengan tatapan serius.“Apa sih! Datang-datang kok langsung main tuduh aja!” protes Arsenio tersinggung.“Sudahlah, tidak ada yang perlu kamu tutupi lagi!!! Benar atau tidak?” desak Eve.“Darimana mendapatkan informasi itu?” tanya Arsenio memastikan.“Aku kembali menemuinya bahkan tepat di saat kamu tengah berada di sana, tidak menyangka jika ternyata diam-diam suamiku membelikan sebuah rumah kepada mantan kekasihnya apalagi di tempat yang sangat elite!” jawab Eve menyindir.Arsenio tertegun ketika mendengar semuanya, jadi, mobil yang terparkir di sebrang jalan yang sempat dilihatnya itu ternyata milik istrinya? Mengapa dia tidak menyadarinya?“Jawab!” pekik Eve.“Ya, ak
Tidak banyak bicara, kini Justin gantian memeluk oppanya dengan sangat erat dan penuh kasih sayang. Ketika tengah dalam pelukan cucunya, tiba-tiba ia teringat dengan anak yang dimiliki Arsenio dengan wanita lain.“Justin sama sus dulu ya, Oppa mau bicara sebentar sama Daddy.” Pinta Abraham lalu babysitter Justin segera menggendong dan membawa pergi.“Ada apa. Pah? Sepertinya serius sekali?” tanya Arsenio penasaran.“Bagaimana kabar anaknya Maya? Apakah kamu masih memikirkan dan merawatnya dari kejauhan?” tanya Abraham membuat Arsenio tersentak kaget.“Mengapa Papah tiba-tiba menanyakan Joanna?” tanya Arsenio memastikan.“Entahlah, ketika di peluk oleh Justin, tiba-tiba teringat anaknya Maya, apakah disana tumbuh dengan baik dan penuh kasih sayang seperti yang anakmu rasakan? Atau sekarang sudah menikah dengan orang lain?” jawab Abraham membuat hati Arsenio sakit.“Aku masih te
Tidak mau terlibat pembicaraan lebih dengan mantan kekasihnya, ia mengajak anaknya untuk segera pergi.Baru beberapa langkah, tangannya di tarik oleh Arsenio. “Biarkan aku bersamanya walaupun sebentar,” pinta Arsenio.“Untuk apa? Berbahagialah dengan keluarga kecilmu, kami di sini juga bahagia bahkan baik-baik saja, lihatah bagaimana gemuk dan menggemaskannya Joanna? Itu saja sudah menjelaskan jika aku merawatnya dengan baik. Jangan memulai api lagi, permisi.” Tolak Maya dengan sangat tegas setelah itu melepas genggaman tangan mantan kekasihnya dengan cepat.Maya menggandeng tangan Joanna untuk menjauh darinya tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.“Mamah, siapa Om tadi?” tanya Joanna sangat penasaran.“Bukan saatnya kamu tau, Nak.” Jawab Maya dalam hati. Ia lebih memilih diam dan tidak menjawab pertanyaan anaknya meskipun ia tau saat ini Joanna tengah penasaran.“Mamah….” Panggil Joanna lagi dengan sorot mata yang sangat teduh.“Iya, Joanna sayang, ada apa?” tanya Maya tersentak kaget
Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kini Justin telah menyelesaikan masa kuliahnya dalam waktu yang singkat dan mendapat predikat cumlaude. Arsenio juga Eve sangat bangga terhadap setiap pencapaian anak semata wayangnya ini.“Congratulation, Boy….” Ucap Arsenio menepuk bahu anaknya dengan senyum bahagia.“Mommy sangat bangga kepadamu, Nak. Terima kasih selalu berusaha menjadi yang terbaik,” puji Eve dengan air mata bahagia.“Justru Justin lebih bahagia dan bangga karena memiliki orang tua yang sangat perhatian kepadaku.” Ucap Justin lalu memeluk kedua orang tuanya erat setelah itu foto bersama di foto studio yang sudah di booking oleh Arsenio.Setelah sesi foto, secara tidak sengaja ia berpapasan dengan wanita yang sangat cantik di sebuah kamar mandi, mereka bertabrakan karena sama-sama memegang ponsel sembari berjalan. “Maaf…” ucapnya berbarengan sehingga menimbulkan suasan