Sudah seminggu anak buahnya mencari namun tidak juga mendapat petunjuk dimana Eve berada, hal ini semakin membuat Arsenio merasa tidak tenang.
Ketika tengah memejamkan mata sejenak, ada sebuah panggilan dari tantenya Eve. “Tumben sekali menelpon, ada apa?” gumamnya lalu menjawab panggilan untuk mencari tau apa maksudnya.
“Halo, tante… apa kabar?” tanya Arsenio basa-basi.
“Kabar baik, bagaimana keadaan kalian?” tanya balik tante Eve.
“Ka-kami baik-baik saja, ada apa tante?” tanya Arsenio penasaran.
“Aku mencari keponakanku, dimana dia?” tanya tantenya membuat Arsenio kebingungan.
“A-ada di kamarnya sedang menyusui, Tante.” Jawab Arsenio berbohong.
“Oh ya? berikan ponselmu kepadanya, ada hal yang ingin disampaikan.” Tantang tantenya Eve membuat Eve kelimpungan.
“Maaf… ternyata Eve sudah tidur, rupanya kecapekan, Tante. Nanti ka
Ketika Arsenio hendak membujuk istrinya, ada sebuah panggilan telepon yang membuatnya mau gak mau menjawabnya.“Halo….?”“Iya, benar, saya Arsenio Phoenix.”“APA? Baiklah saya akan segera ke sana, terima kasih informasinya.” ucap Arsenio sembari menatap istrinya.“Maaf, aku harus pergi dulu.” Pamit Arsenio setelah memutus panggilan.“Siapa yang menelpon?” tanya Eve penasaran.“Rumah sakit, katanya Maya mau melahirkan,” jawab Arsenio terlihat panik.Eve awalnya ikut panik ketika suaminya setengah berteriak sebelum akhirnya perasaannya menjadi kesal dan cemburu tatkala mengetahui yang membuat suaminya seperti itu adalah Maya.Padahal tadi suaminya berusaha mengembalikan kepercayaannya, mengapa malah sekarang menjadi seperti ini ketika mendengar mantan kekasihnya mau melahirkan anaknya?“O-oh…” jawab Eve hanya singkat seperti i
“Terima kasih sudah menemani proses melahirkan bayi cantik ini,” ucap Maya tersenyum.“Sudah menjadi tugasku,” jawab Arsenio agak canggung karena melihat senyuman dari mantan kekasihnya yang masih sama seperti dulu.“Sekarang tugasmu sudah selesai, setelah pulang dari sini, aku akan menjalani hari-hari bersama anakku dan tidak akan mengganggu keluarga kecilmu,” ucap Maya yang dimana jauh di dalam lubuk hatinya merasa sangat sakit harus mengatakan ini. Itu artinya ia memisahkan hubungan ayah dengan anak sejak dini, memang terlihat kejam, namun semua sudah sesuai kesepakatan.Rupanya tidak hanya Maya saja yang merasa sakit, tanpa disadari, Arsenio juga merasakan hal yang sama. Ia tidak suka mantan kekasihnya mengatakan hal itu, padahal dulu, dirinya sendiri yang sangat gigih menginignkan agar Maya menjauh dari hidupnya.“Ada apa dengan perasaanku? Mengapa tidak suka dia mengatakan hal seperti itu?&rdqu
Di villa tantenya Eve, terlihat jika istrinya tengah bermain dengan bayinya, suara tawa dari wanita yang dicintanya menjadi pelipur rasa bersalah serta lara yang selama ini tersimpan di dadanya.“Papah sudah pulang,” sapa Arsenio mencium kening Eve lalu anaknya.“Bagaimana Maya?” tanya Eve memastikan meskipun hatinya sakit harus menanyakan kabar wanita lain.“Baik-baik saja, semuanya berjalan lancar dan anaknya perempuan.” Jawab Arsenio dengan tenangnya.“Kenapa ditinggal?” tanya Eve heran.“Karena dia yang meminta aku kembali ke keluargaku, kalian lebih membutuhkan aku, bahkan kami sudah melakukan kesepakatan, setelah pulang dari rumah sakit nanti, dia akan pergi dari sini dan memulai hidup baru bersama anak dan ibunya.” Jawab Arsenio tidak ada rasa bersalah sama sekali, malah sekarang Eve yang menjadi kasihan dengan mantan kekasih suaminya. Ia tau bagaimana rasanya memisahkan anak dengan
Arsenio sudah tiba di villa, perjalanan yang sangat melelahkan karena dari rumah baru Maya menuju villa membutuhkan waktu lima jam lamanya.“Sudah beres?” tanya Eve memastikan sembari ikut duduk di sebelah suaminya.“Sudah, setelah ini bisakah kita pulang?” tanya balik Arsenio.“Baiklah besok kita pulang, kamu sudah menepati janjimu.” Jawab Eve membuat suaminya bernafas lega karena setelah ini tidak akan mondar mandir lagi.“Ada hal yang ingin aku bicarakan,” ucap Arsenio serius.“Ada apa? Katakanlah.” Tanya Eve penasaran.“Maya memang sudah pergi dari kehidupan kita, bolehkah nantinya setiap bulan aku mengirimkannya sejumlah uang sebagai bentuk tanggung jawabku dan supaya anaknya tidak kekurangan?” tanya balik Arsenio memastikan.“Haruskah? Bukannya kamu sudah memberikan dia deposito?” tanya Eve memastikan.“Deposito untuk anaknya ketika
Di saat istrinya tengah berada di kamar Jutsin, kini Arsenio mengecek ponsel sembari duduk santai di ruang tengah. Ada sebuah postingan yang mencuri perhatiannya, yaitu Maya. Terlihat jelas wajah cantik anaknya yang tengah di bedong dengan ditemani beberapa boneka bernuansa pink.“Menggemaskan sekali,” batin Arsenio tidak bisa melepas pandangan dari bayi perempuannya.Eve yang rupanya sudah turun untuk menemui suaminya, diam-diam memperhatikan apa yang tengah dilihat, hatinya langsung sakit ketika mengetahui jika bayinya Maya mampu mencuri perhatian suaminya.“Aku penasaran bagaimana wajah anaknya Maya jika dilihat secara langsung, besok aku ingin menemuinya!” batin Eve menahan sesak di dada.Terlihat jelas di pantulan layar ponsel mahalnya, ada Eve di belakangnya yang tengah memperhatikan apa yang juga dilihatnya. “Sayang….”“Bayi siapa itu?” tanya Eve memastikan, padahal ia sudah tau.
“Bukan tidak mengganggu melainkan belum! Bisa saja setelah uang yang diberikan suamiku habis, kamu nantinya akan mengusik kami dengan dalih anakmu itu,” sindir Eve sembari menunjuk bayinya Maya.“Joanna, itu nama bayiku, tolong jangan asal tunjuk karena saya tersinggung!” tegur keras Maya.“Cih!!! Joanna siapa?” tanya Eve penasaran.“Joanna Elloise Phoenix,” jawab Maya dengan tegas.“APA??? MENGAPA HARUS ADA MARGA SUAMIKU DI BELAKANG NAMA ANAKMU, HA?” pekik Eve tidak terima.“Justru suamimu yang memberikan nama untuk bayiku!” jawab Maya berkata jujur.“Ini gak mungkin! Kemarin suamiku juga baru saja memberikan nama untuk anakku! Tidak mungkin anakmu duluan!” protes Eve tidak terima.“Silahkan bertanya langsung kepada suami anda, saya tidak suka mengarang cerita.” Jawab Maya malas berdebat. Saat ini yang menjadi harapannya adalah hidup tenan
rrse“KAMU MENGAKUI BAYI ITU ANAKMU? SAMA SAJA DENGAN KAMU MENGAKUI JIKA NANTINYA BAYI ITU ADA POTENSI UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN TIDAK HANYA DI MATA HUKUM TAPI JUGA MASYARAKAT!!! ATAU JANGAN-JANGAN KAMU MULAI MENYESAL KARENA SUDAH MENCAMPAKKAN MEREKA?” tuduh Eve sangat murka.“Tuduhanmu sangat berlebihan, perihal pengakuan, memang seharusnya itu hak anaknya, namun aku yakin jika Maya tidak seperti itu.” Ucap Arsenio.“TERUS SAJA BELA MANTAN KEKASIHMU ITU! APA CINTA LAMA YANG PERNAH BERSEMI DI HATI KALIAN TENYATA BELUM USAI?” tuduh Eve lagi.“Terus saja menuduh sampai pada akhirnya nanti yang aku takutkan tuduhan demi tuduhanmu berbuah kenyataan!” gertak Arsenio membuat Eve terdiam seribu bahasa.“Jika masalah pemberian nama saja membuatmu semarah ini, bagaimana nanti ke depannya? Aku juga punya alasan mengapa memberikan nama kepada anaknya Maya terlebih dahulu selain karena otodidak ya karena setelah
“Jika aku masih terus penasaran, akan aku kejar sampai dapat!” jawab Eve tak mau kalah.“Teserah kamu saja.” Jawab Arsenio malas.“Pria kurang tegas!” gumam istrinya sangat terdengar jelas.“BRAK!!!” suara gebrakan meja sangat jelas terdengar di dalam ruangan kedap suara ini terlebih hanya ada mereka berdua saja.Eve sangat terkejut ketika tau suaminya menggebrak meja dengan refleks langsung mengusap dadanya.“MAKIN LAMA OMONGANMU MENYUDUTKAN AKU TERUS YA!!! AKU SUDAH MINTA MAAF JUGA MASIH SALAH! JUUR SALAH APALAGI KALAU BERBOHONG!! AKU MEMANG PERNAH SALAH HINGGA ADA BAYI TAK BERDOSA DIANTARA HUBUNGAN SATU MALAM ITU! NAMUN SETIDAKNYA AKU BERUSAHA BERTANGGUNG JAWAB MESKIPUN TIDAK HARUS BERTATAP MUKA DENGAN MEREKA!!! SEDANGKAN KAMU? MASIH INGAT BAGAIMANA SETIAP MALAMNYA MENIKMATI MALAM DENGAN MANTAN ANAK BUAHKU, DALAM PIKIRANMU MUNGKIN HANYA KAMU SAJA YANG MERASA SAKIT HATI SEDANGKAN AKU TIDAJK!!
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan